• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3. Analisis Cabang Usahatani Pisang Raja Bulu di Desa Talaga

6.4.2 Analisis Fungsi-Fungsi Tataniaga

6.4.2.2. Fungsi Pengadaan Secara Fisik

Fungsi yang dilakukan terdiri dari perlakuan pasca panen (post

harvest), pengemasan (packaging), pengangkutan (transportasi) dan

penyimpanan.

1. Perlakuan pasca panen (Post harvest)

Pisang yang masih dalam kondisi mentah dipanen, dan langkah selanjutnya adalah mengolahnya lebih lanjut dengan cara dicuci dengan larutan kalsium karbida (CaC2) serta diperam sampai memiliki kematangan tertentu sehingga siap jual atau bahkan siap konsumsi. Pengolahan pisang raja bulu mentah menjadi setengah matang ataupun siap konsumsi dilakukan oleh petani sebagai produsennya, tetapi langkah ini juga bisa dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah pula. Alasan petani tidak

memanen pisang dalam kondisi matang karena pisang yang dipanen dalam kondisi matang mudah busuk sehingga akan sangat berisiko bagi pihak petani.

Sebagai perlakuan pasca panen pedagang pengumpul mengolah pisang dari kondisi mentah menjadi siap konsumsi menggunakan zat tambahan yang umum digunakan agar dapat mematangkan buah tua sampai menjadi siap konsumsi dengan pemberian kalsium karbida (CaC2) atau larutan etefon. Pada perlakuan kalsium karbida, buah pisang dikenai bahan ini selama 24-36 jam dalam sebuah wadah berupa tong plastik dan tertutup, sedangkan pada perlakuan etefon pencelupan yang efektif dilakukan selama 30 detik kemudian ditiriskan dan digantung.

Pada pengusahaan besar atau pedagang pengumpul besar terkadang digunakan gas etilena. Pisang diberi perlakuan khusus selama 24 jam dalam kamar tertutup yang berisi etilena dan suhunya dipertahankan 14 sampai 18 derajat selsius. Setiap 24 jam sekali kamar dibuka untuk ventilasi sampai buah pisang tersebut mencapai warna tertentu. Proses pengolahan terdiri dari pemotongan tandan menjadi sisiran, pencucian buah pisang dari getah buah dan kotoran serta pemeraman. Penjemuran dilakukan jika dalam proses pemeraman buah pisang menggunakan zat pertumbuhan berupa larutan cairan etefon/ Ethrel.

2. Pengemasan (Packaging)

Nilai jual suatu produk atau suatu komoditas pertanian ditentukan dalam proses pengemasannya. Pengemasan dapat berpengaruh terhadap daya tahan suatu produk. Pengemasan yang baik dapat menjaga suatu produk dari kerusakan yang dapat menurunkan kualitas dan pada akhirya menurunkan nilai jual dari produk tersebut. Apabila suatu produk dikemas dalam bentuk yang menarik, maka konsumen akan tertarik untuk membelinya. Berbeda halnya jika produk dikemas dalam bentuk yang kurang baik dan tidak menarik, maka konsumen cenderung tidak tertarik untuk membelinya.

Pengemasan pisang raja bulu sangat penting diperhatikan, tujuan utama dari mengemas pisang raja bulu adalah untuk menjaga kualitas

pisang, sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan tidak menyebabkan kerugian yang besar. Ditingkat pedagang pengumpul pisang raja bulu dijual dengan terlebih dahulu dikemas dalam keranjang bambu besar dengan jerami dan daun pisang kering (serasah) sebagai penyekat antar sisir atau tandan buah pisang agar mutu buah tetap terjaga. Sedangkan di pasaran seperti swalayan dan kios buah pisang raja bulu dijual dalam bentuk telah kemasan plastik dan styrofoam juga diberi label berupa merek buah Pisang Girang Cianjur.

3. Pengangkutan (Transportasi)

Dalam kegiatan tataniaga, pendistribusian suatu barang (transportasi) merupakan salah satu faktor yang penting. Sebab dengan kegiatan inilah diciptakan nilai kegunaan tempat. Apabila fungsi ini dapat dilaksanakan tepat waktu maka dapat mempunyai nilai waktu atas produk serta meminimalisasi risiko kerugian akibat buah yang busuk atau rusak selama proses pendistribusian. Sampainya produk dari produsen hingga ke tangan konsumen dikarenakan adanya transportasi. Jika transportasi ini tersendat ataupun terganggu, petani dan pedagang menjadi rugi karena produknya menjadi rusak dan busuk dan di pihak konsumen akan mengalami kesulitan dalam memperoleh barang yang dibutuhkan. Jika transportasi lancar, petani dan pedagang akan memperoleh hasil dari setiap usaha yang telah mereka lakukan dan konsumen akan dengan mudah mendapatkan barang yang dibutuhkan.

Gambar 7. Alat Transportasi Pisang Raja Bulu di Desa Talaga (Tengkulak)

Lembaga-lembaga tataniaga pisang raja bulu yang melakukan fungsi pengangkutan adalah pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang besar luar daerah, pasar swalayan dan pedagar pengecer dalam dan luar daerah. Pada tingkat petani tidak melakukan fungsi pengangkutan, karena petani ada yang menjual panen pisangnya secara langsung kepada pasar ataupun pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul ataupun pedagang besar melakukan transportasi agar pisang raja bulu dapat sampai ke tangan konsumen. Fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang besar daerah tidak hanya mengangkut pisang raja bulu yang dibeli dari petani semata. Jenis pengangkutan lain adalah ketika pedagang pengumpul menjual pisang kepada pedagang besar dengan cara membawanya dengan kendaraan bak terbuka. Pedagang pengumpul juga mengirimkan pisang kepada pedagang pengecer di pasar atau pun di toko-toko. Dalam hal ini biaya pengiriman pisang menjadi tanggungan pedagang pengumpul.

Sementara yang dilakukan oleh pedagang besar tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul, yakni mereka menjual buah pisang kepada pedagang pengecer baik daerah ataupun diluar daerah dengan cara mengirimkannya secara langsung. Selain kepada pengecer, mereka menjualnya kepada pedagang besar luar daerah. Biasanya pedagang besar daerah menggunakan alat transportasi berupa truk kecil atau mobil box. Dari penelitian ini juga diketahui semua biaya pengiriman pisang raja bulu ditanggung oleh si pengirim (pedagang besar daerah).

Adapun fungsi pengangkutan yang dilakukan oleh pedagang besar luar daerah berupa pengangkutan pisang kepada konsumen dan biaya bongkar muat. Pedagang besar luar daerah di Cibubur (Jawa Barat) memberikan pelayanan khusus kepada konsumennya yang terdiri dari swalayan dan kios-kios buah ataupun konsumen lain yang memesan dalam volume besar dengan mengirimkan pesanan sampai ke tempat kosumen dan harga yang lebih murah dari pasaran. Mereka tidak merugi mengeluarkan ongkos pengiriman barang sebesar Rp. 50 sampai Rp.100 per kilogram. Volume pemesanan pisang raja bulu besarnya mencapai empat ton per pengiriman setiap dua minggu sekali. Pedagang besar PT Berkah Jaya, tidak mengeluarkan biaya pengiriman barang karena konsumen mengadakan pembelian langsung di tempat. PT Berkah Jaya hanya mengeluarkan biaya bongkar muat, yakni biaya untuk menurunkan keranjang bambu yang berisi tandan buah pisang dan mengangkutnya dari mobil pedagang besar daerah ke gudang tempat penyimpanan.

Pasar swalayan melakukan proses pengangkutan saat mengangkut pisang dari pedagang besar daerah. Biaya yang dikeluarkannya adalah upah angkut buruh dan transportasi.

4. Penyimpanan

Pisang merupakan produk yang cepat mengalami kebusukan dan tidak tahan lama. Sehingga memerlukan suatu proses penyimpanan yang baik. Jika proses penyimpanan dan tempat penyimpanan kurang baik, maka akan mengakibatkan pisang menjadi rusak dan busuk. Hal itu akan berdampak pada menurunnya kualitas pisang dan menurunkan nilai jualnya, sehingga merugikan suatu lembaga tataniaga. Oleh karena itu proses penyimpanan pisang yang baik dan praktis mutlak diperlukan.

Kegiatan penyimpanan dalam tataniaga pisang raja bulu dilakukan antara lain oleh pedagang pengumpul, pedagang besar daerah, pedagang besar luar daerah dan pedagang pengecer daerah per luar daerah. Sementara petani dan sebagian pedagang pengumpul tidak melakukan fungsi penyimpanan sebagaimana lembaga tataniaga yang lain. Petani tidak melakukan fungsi penyimpanan dikarenakan langsung menjual pisangnya kepada pedagang pengumpul atau pedagang pengecer.

Pedagang pengumpul ada yang tidak melakukan fungsi penyimpanan, apabila mereka membeli pisang dari petani kemudian langsung menjual kembali kepada pedagang besar daerah tanpa menyimpannya terlebih dahulu. Pedagang besar melakukan fungsi penyimpanan dengan cara menyimpan pisang yang telah dibeli dari petani maupun pedagang pengumpul untuk disimpan di gudang sampai waktunya konsumen datang untuk membeli pisang.

Pasar swalayan melakukan fungsi penyimpanan untuk menyimpan pisang yang belum lakuk dijual. Tempat penyimpanan pada pasar swalayan biasanya sudah sangat modern yaitu berupa ruangan pendingin yang suhunya telah disesuaikan agar pisang raja bulu tetap terjaga kesegarannya. Penyimpanan pisang raja bulu yang dilakukan oleh pasar swalayan sangat higienis, sehingga kualitas pisang yang disimpan tidak mudah rusak.

Untuk pedagang pengecer fungsi penyimpanan yang dilakukan yakni dengan melakukan penyimpanan terhadap pisang raja bulu yang tidak habis terjual. Penyimpanan dilakukan dengan menyimpan pisang kedalam keranjang bambu dengan alas daun pisang kering (serasah) dalam kondisi kering ataupun digantung pada kait paku pada setiap sisirnya.