• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIOLOGI LINTAH

Dalam dokumen Terapi Lintah (Halaman 37-82)

Ada sekitar 600 jenis lintah telah teridentifikasi, namun hanya sekitar 15 jenis yang dapat digunakan untuk pengobatan (Arndt, 1940) (Gambar 3.1).

Sumber : Department of Biological Sciences, University of Alberta

Gambar 3.1 Berbagai jenis lintah

Lintah di sini adalah “lintah medis” yang selama berabad-abad telah digunakan oleh terapis, terutama di Eropa dan Amerika. Dulu, diasumsikan hanya ada satu jenis lintah medis dengan warna berbeda, yaitu Hirudo medicinalis medicinalis dan Hirudo medicinalis officinalis. Namun, berdasarkan penelitian ilmiah, perbedaan pola permukaan tubuh lintah ternyata mengindikasikan

ada dua jenis lintah medis yang berbeda, yaitu Hirudo medicinalis Linnaeus, 1758, dan Hirudo verbana Carena, 1829, yang saat ini dapat diuji dengan analisis DNA (Gambar 3.2).

Gambar 3.2. Hirudo medicinalis dan Hirudo verbana

Foto : Kutschera U, Moscow, 2004

Kedua jenis lintah selama ini tidak pernah dibedakan, karena keduanya digunakan secara bersamaan dan tidak ada perbedaan pada aktivitas dan komposisi air liurnya. Namun, karena suplai Hirudo medicinalis menjadi langka akibat eksploitasi intensif pada abad ke-19, Hirudo verbana kemudian menjadi satu-satunya jenis lintah yang digunakan selama berabad-abad di seluruh dunia. Karena kedua jenis ini dulu diasumsikan sebagai satu jenis dengan variasi warna, maka banyak penulis menyebut keduanya sebagai Hirudo medicinalis, tanpa membedakan di antara keduanya. Secara terminologi, lintah bukan cacing. Istilah “cacing” (vermis)

tidak digunakan lagi dalam zoology19, karena dulu hewan yang

dikelompokkan sebagai “vermis” adalah binatang seperti cacing dari kelompok yang sama sekali berbeda. Lintah saat ini diklasifikasikan sebagai Annelida atau cacing “bercincin”, yang memiliki kedekatan dengan cacing tanah (Gambar 3.3). Menurut kamus Jerman, Duden, “cacing” juga berarti “menggeliat-geliut”.

19

Sumber : Royal Society

Gambar 3.3 Klasifikasi Hirudinidae

Pada kenyataannya banyak orang “salah konsep” mengenai lintah. Di Jerman, lintah disebut “Blutegel”, mengingatkan pada kata “Ekel” (menjijikkan), walaupun memiliki akar kata yang sangat berbeda. “Egel” diturunkan dari bahasa Yunani “echis”, yang berhubungan dengan “Igel” (landak). “Igel” artinya “bukan ular”, berarti sesuatu yang baik, atau “ular berdarah”. Walaupun secara zoology tidak dapat dibuktikan, penyebutan ini mungkin dapat memperbaiki image terhadap lintah. Dalam bahasa Swedia lintah

disebut “igle”. Peran lintah sebagai penghisap darah ditekankan pada berbagai bahasa, contohnya “sangsue” di Perancis, “sanguijuela” di Spanyol, “sanguisuga” di Italia, “bloedzuiger” di Belanda, dan “sanguisugolam” di Latvia, nama yang terdengar melodis dan merdu. Di Inggris, lintah diturunkan dari kata Inggris kuno, “lӕce” yang berarti dokter di abad pertengahan.

Sejarah Lintah

Lintah diasumsikan telah digunakan lebih awal dari yang terdokumentasi, termasuk bukan oleh manusia. Karena lintah adalah makhluk tanpa tulang belakang, penemuan Hirudinea dalam fosil menjadi jarang.

Hanya ada dua penemuan pada periode Jurassic (sekitar 145 juta tahun lalu), yaitu Epitrachys rugosus (Ehlers, 1869) dan Palaeohirudo eichstaettensis (Kozur, 1970), yang membuktikan struktur umum dari lintah pada jaman Jurassic sama dengan lintah modern.

Berdasarkan penelitian, ternyata darah lintah dan manusia secara mengejutkan memiliki kesamaan yaitu mengandung hemoglobin, pembawa oksigen, yang larut dalam cairan pernafasan lintah, namun disimpan dalam lapisan sel darah merah (erythrocyt) manusia. Pada saat lintah menggigit manusia, ia akan memasukkan kombinasi sekitar 30 zat kimia. Saat ini baru delapan zat yang teridentifikasi struktur dan mekanismenya.

Calin adalah zat lain dalam air liur lintah. Fungsi utama dari protein ini menimbulkan perdarahan lanjutan yang dapat berlangsung hingga 12 jam. Sepintas, kita merasa heran mengapa lintah perlu memproduksi cairan yang mengakibatkan perdarahan relatif lama.

Lintah akan melepaskan diri dalam satu jam atau kurang dan tidak lagi terhubung dengan suplai darah pasien, sehingga tidak memiliki keuntungan langsung dari aliran darah tersebut.

Namun Allah menciptakan segala sesuatu pasti ada manfaatnya. Jawaban teka-teki ini mungkin adalah perdarahan lanjutan didesain untuk menarik lintah lain, sebagai alat pemelihara kelangsungan hidup populasi lintah. Namun, pergerakan air adalah tanda yang telah dikenal untuk tujuan itu, sehingga tidak ada perlunya memproduksi protein dengan fungsi yang sama. Jawaban lain

adalah perdarahan ditujukan untuk membantu pasien

membersihkan lukanya atau sebagai alat disinfeksi. Hal tersebut

dapat mengurangi risiko terjadinya infeksi (sepsis20).

Hewan dan manusia memerlukan jutaan tahun untuk belajar menghargai lintah sebagai terapis. Binatang ternak yang sendi tulangnya sakit terlihat pergi ke tempat berair yang dikerumuni lintah. Berdasarkan laporan dari Yunani dan India, binatang ternak membiarkan dirinya digigit lintah selama beberapa lama, agar dapat pergi dengan langkah yang lebih ringan. Banyak anjing berdiam diri (Gambar 3.4) ketika lintah ditaruh di tubuhnya, karena

secara instinct21 tahu lintah akan menolongnya. Pada jaman batu,

manusia mengembangkan berbagai teknik mengeluarkan darah, dengan atau tanpa lintah. Mereka menganggapnya sebagai metode sederhana untuk “mengeluarkan ruh jahat”.

20

Adanya mikroorganisme patogen (pembawa penyakit) atau toksin di dalam darah atau jaringan lain yang dapat masuk melalui infeksi, misalnya Aeromonas, atau melalui kontaminasi kedua.

21

Sumber : Biebertaler Blutegelzucht

Gambar 3.4. Terapi lintah pada hewan (Vaterinary)

Suplai lintah medis tidak pernah bermasalah serius sebelum abad ke-19, dimana seluruh populasi lintah dibinasakan. Hal ini didukung oleh pengajaran Broussais, seorang dokter Perancis, dimana terapi lintah meledak pada abad ke-19, yang dikenal sebagai “lintah mania” atau “vampirisme” di Eropa. Pada masa itu, lintah dikembalikan ke dekat kolam setelah dipakai. Tidak ada ketakutan terhadap transfer penyakit melalui mikroorganisme, karena orang tidak tahu mikroba itu ada. Lalu terjadilah pengurangan drastis suplai lintah domestik. Tidak ada pembatasan perpindahan lintah dengan kapal dari habitat alaminya, dari Hamburg ke Perancis, Amerika, Australia dan Inggris. Diasumsikan banyak lintah mati setelah pengobatan dan tidak pernah kembali ke siklus alaminya. Pebisnis Jerman pernah mengusulkan dibentuknya perusahaan yang menjual lintah, “the Actiengesellschaft Hirudinea” tahun 1863. Peluang bisnisnya menjanjikan, sayang idenya terlambat. Pada jaman Koch, Pasteur, dan Virchow, terapi lintah menghilang

hingga akhir abad ke-19. Menurunnya populasi lintah

menyebabkan perlu waktu untuk mengembalikan popularitasnya selama abad ke-20. Minat dokter akhirnya muncul lagi pada dua pertiga abad tersebut.

Saat ini mekanisme terapi lintah relatif dikenal, selektif dan biasanya dalam jumlah sedikit. Selang waktu selama abad ke-20 tidak cukup untuk mengembalikan populasi lintah Eropa, karena tanah basah untuk sementara waktu hilang melalui sistem pengairan atau tidak sesuai lagi untuk kehidupan lintah. Sejumlah

besar biotop22 telah dimusnahkan, dan lintah yang tersisa tidak

menemukan mamalia lagi untuk reproduksi. Selain itu, racun lingkungan membuat lebih sulit bagi organisme sensitif ini untuk berkembang di Eropa. Jumlah habitat lintah di alam yang saat ini masih ada di Eropa sangat sedikit.

Kebanyakan lintah di Eropa tengah diimpor dari Turki dan jarang dikembangkan. Karena unsur aktif dalam air liur lintah adalah ramuan efektif pembuatan salep dan produk lokal lainnya, maka populasi lintah Turki dimonitor sangat ketat, hidup atau mati. Beberapa ton lintah, segar maupun beku, diimpor ke Eropa setiap tahun. Bagian konservasi berharap kombinasi hirudin yang dihasilkan dari bakteri yang dimodifikasi secara genetik dan ragi akan segera mengurangi tekanan populasi lintah, tetapi harapan ini belum terpenuhi, karena variasi unsur dan mekanisme kompleks air liur lintah hidup lebih efektif daripada hirudin murni dalam sejumlah kasus. Jumlah lintah hidup yang dipakai di Jerman sekitar 300.000-400.000 per tahun. Jika diasumsikan setiap lintah memiliki berat sekitar 3 g, maka dibutuhkan sekitar 1,2 ton lintah per tahun. Pada 24 Juli 2004, FDA (American Food and Drug Administration) secara resmi menyetujui lintah medis sebagai “alat pengobatan” berdasarkan pengamatan ilmiah kemujaraban terapi ini pada penyakit seperti radang sendi (osteoarthritis) lutut.

Ironisnya, adaptasi pada manusia akhirnya merugikan bagi lintah. Berdasarkan pertimbangan efek menguntungkan dari terapi ini,

22

muncul diskusi apakah lintah lebih tepat diklasifikasikan sebagai “simbiotis” dibandingkan dengan “parasitis” atau “ektoparasitis”. Peran lintah memang telah berubah: saat ini lintah diparasiti manusia. Dengan pertimbangan hampir punahnya lintah berulang kali, maka diperlukan pengembangan strategi baru untuk meyakinkan kelangsungan hidupnya, sehingga Hirudo medicinalis dimasukkan dalam Appendiks II dari undang-undang mengenai jenis hewan langka dalam Washington Endangered Species, yang didesain untuk pajak penjualan lintah. Setiap orang yang membeli atau menjual lintah wajib menyerahkan laporan pada CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesices of Wild Fauna and Flora). Ijin tertulis untuk melaksanakan transaksi harus didokumentasikan pada CITES kapanpun lintah diimpor atau diekspor. Di Jerman, undang-undang yang berlaku dikontrol dan dilaksanakan oleh agen Pemerintah untuk Konservasi Alam (BfN=Federal Agency for Nature Conservation).

Cara melindungi jenis makhluk langka penting ketika berhadapan dengan kebutuhan kita sendiri, termasuk dukungan untuk peternakan pembiakan Hirudo medicinalis dan Hirudo verbana. Pengembangan strategi untuk kelangsungan hidup mereka, dan perencanaan kebijaksanaan terapi lintah sebaiknya dilakukan dengan penuh rasa kemanusiaan.

Anatomi dan Fungsi

Agar dapat mengerti konsep struktur anatomi lintah dari sudut pandang biologi, maka sebaiknya melihat perilaku alaminya di kolam berisi air dengan siklus kejadian berulang berikut ini:

a. Secara diam-diam lintah akan mencari makanan dan mengamati mangsa sambil berenang perlahan dan mengambang dekat permukaan air selama beberapa waktu: ini bisa terjadi berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun;

b. Lintah menempel pada mangsa dan menghisap darah dalam rangkaian gerakan yang cepat; proses makan biasanya selesai dalam beberapa menit;

c. Lintah membenamkan diri pada tempat tersembunyi di kedalaman air untuk beristirahat dan mencerna makanan: periode istirahat mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun.

Biasanya perubahan dari bagian (c) ke (a) terjadi sangat halus dan perlahan.

Setiap kali makan, lintah dapat menghisap banyak darah, hingga 10 kali berat badannya. Ini membuat lintah dapat bertahan hingga dua tahun di antara waktu makan. Cara makan yang hemat ini

berhubungan dengan keterbatasan suplai mamalia dan

direfleksikan melalui struktur tubuh yang sederhana namun sangat menguntungkan (Gambar 3.5). Tubuh Hirudo hampir seluruhnya terdiri dari dinding ganda berupa “tabung pencernaan”.

Sumber : What-when-how, in depth informatin

Usus depan, usus tengah (perut) dan usus belakang adalah organ yang memiliki volume terbesar, dalam keadaan kosong maupun penuh. Usus depan meliputi mulut, kerongkongan, dan esophagus (antara kerongkongan dan perut), panjangnya kira-kira dua persepuluh tubuh. Usus tengah (perut) terdiri dari 10 pasang kantung tidak berlubang yang panjangnya lima persepuluh tubuh. Bagian ketiga, usus belakang, panjangnya tiga persepuluh tubuh. Hanya ada satu jenis bakteri dalam perut lintah yang dapat hidup untuk jangka panjang, yang diperlukan lintah untuk mencerna makanannya yaitu Aeromonas biovar sobria veronii (dulu disebut Pseudomonas hirudinis dan beberapa nama lain).

Perut lintah adalah “ruang penyimpanan” yang sangat besar, sehingga memungkinkan lintah bertahan selama beberapa tahun tanpa makanan. Ini berhubungan dengan usus belakang, tempat pencernaan berenergi rendah dilakukan tanpa memerlukan oksigen bebas (anaerobik). Walaupun isi perut lintah dikosongkan, ia dapat hidup beberapa bulan dengan unsur di dalam tubuhnya. Lintah memiliki penghisap kecil di bagian depan yang mengelilingi mulutnya sebagai titik tertinggi. Anus ada di bagian atas penghisap belakangnya. Lintah juga memiliki organ pengeluaran (nephridia) dan organ reproduksi hermaphrodit (jantan dan betina). Pernafasan dilakukan melalui dinding tubuh. Hemoglobin larut dalam oksigen yang diangkut ke seluruh tubuh melalui jaringan kapiler yang dapat mengerut. Sebagai hewan invertebrata, lintah memiliki tubuh lembut tanpa tulang belakang. Struktur tubuh dari Hirudinea mirip dengan cacing tanah (Annelida, Oligochaeta), menunjukkan adanya segmentasi. Tubuh lintah terdiri dari 34 segmen. Segmen ke 9-11 membentuk clitellum, organ yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan kepompong yang hanya terjadi pada musim panas. Tujuh segmen terakhir membentuk penghisap besar di bagian belakang.

Lapisan cincin kedua, terdiri dari 105 cincin luar (annuli) yang menutupi segmen dalam. Setiap segmen diselubungi lima cincin luar, yang dapat membentang seperti akordion, terdiri dari kulit untuk menampung sejumlah besar darah yang dihisap selama proses makan. Annuli juga membantu lintah bergerak. Dari luar terlihat pembagian segmen dalam berupa pola oranye merah, kuning langsat, hitam yang berulang-ulang dari Hirudo verbana dan Hirudo medicinalis. Tidak ada dua pola yang benar-benar sama. Di bagian dalam, pembagian segmen ditunjukkan oleh pengaturan 32 syaraf, kandung kemih, organ pengeluaran (nephridia) dan kantung berisi benih (seminal vesicle).

Tidak seperti anatomi besar lintah yang sederhana, ternyata struktur individunya sangat kompleks. Sistem syaraf pusat penting untuk keberhasilan perburuan, menentukan lokasi musuh, dan koordinasi umum yang dikembangkan dengan spesialisasi sangat sempurna. Bagian kepala bertugas untuk melekat, menggigit, mengeluarkan, menghisap, juga berfungsi sebagai penggerak yang terdiri dari indra perasa, penerima suhu, dan mata, yang terhubung dengan syaraf kerongkongan yang letaknya lebih rendah. Otot dinding tubuh yang kuat membantu lintah untuk berenang, merayap, bernafas dan melekat pada mangsa dan struktur lainnya.

Anatomi dan Fungsi Mulut

Anatomi dan fungsi mulut lintah memiliki peran penting dalam terapi. Agar dapat menentukan titik tepat untuk menggigit, lintah perlu untuk menyelidiki kulit mangsanya. Lintah menggunakan zat kimia sangat sensitif dan panas serta indra penyentuh di daerah bibir atas untuk memeriksa kulit agar sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Lintah akan merasakan kadar darah, gula darah,

peluh, temperatur antara 350-400 dan pergerakan denyut arteri, sampai menemukan titik yang tepat. Rongga mulut utama (penghisap mulut) dipisahkan oleh langit-langit mulut (velum), yang terdiri dari rahang (Gambar 3.6).

Gambar 3.6

Penampang melintang penghisap mulut j rahang

r otot radial

c otot annular berbentuk cincin l ruangan hampa (lacuna) ph kerongkongan (pharynx) s pembuluh air liur (saliva duct) lm otot longitudinal

ns sistem syaraf (nervous) v langit-langit mulut (velum)

Sumber : Michalsen, dkk, 2007

Sebelum makan, lintah mulai memompa udara kedalam dan keluar rongga dan memposisikan rahang pada mangsanya. Selama proses makan, lintah meluncurkan rahang yang banyak giginya, lalu menyayat kulit mangsanya dengan gerakan menggergaji. Sementara itu lubang kerongkongan berkontraksi dan melebar secara berirama. Gerakan memompa menciptakan kevakuman yang menghasilkan daya hisap darah. Ini dapat dilihat terutama pada tahap akhir penghisapan. Penghisap mulut membentuk bibir atas (prostomium), yang terdiri dari indra perasa. Zat pelekat (mucus=lendir) yang dikeluarkan penghisap mulut dan mekanisme memompa kerongkongan membantu penghisap depan dan

belakang mencapai tekanan hisap yang kuat (sekitar 0,2 atm23).

Akibatnya lintah dapat melekat pada setiap jenis permukaan yaitu amplas, kaca, kain, kawat kasar atau halus, plastik, bahkan memanjat pada permukaan vertikal yang dilapisi vaselin.

23

Atmosfer adalah satuan tekanan yang dihasilkan oleh atmosfer bumi pada permukaan laut, 1 atm setara dengan 1,01325x105 pascal (sekitar 760 mm Hg)

Lintah yang sedang makan mengunci rahangnya sangat erat, sehingga sangat sulit dicabut dan sebaiknya tidak dilakukan, karena berisiko terkena infeksi. Dengan sistem pelekatan efisien, tidak mudah bagi mangsanya untuk mengusir lintah yang tubuhnya ditutupi berbagai lapisan. Usaha sekuat tenaga untuk menarik atau menghentikan lintah yang sedang makan dapat menyebabkan tubuh lintah pecah. Lintah dapat memuntahkan (regurgitasi) zat yang baik, termasuk bakteri lintah, Aeromonas, kedalam luka, yang dapat berakibat infeksi. Penyebab infeksi, bukan karena pemisahan seluruh giginya secara paksa, namun lebih mungkin karena pecahnya gigi yang tertinggal dalam luka.

Mulut lintah ada di penghisap depan. Dalam mulut ada tiga rahang

yang ketiga sisinya membentuk sudut 1200, mirip simbol mobil

Mercedes-Benz. Gambar 3.7.a menunjukkan penghisap mulut lintah yang sedang melekat di kaca. Daerah cembung pada kedua sisinya, berwarna oranye kuning, adalah bibirnya yang terdiri dari gumpalan keras otot rahang. Rahangnya berbentuk seperti mata pisau, dengan 60-100 gigi kecil pada setiap sudutnya, sehingga total giginya berjumlah 180-300 (Gambar 3.7.b). Dengan mikroskop elektron, pori-pori gigi tempat keluarnya air liur lintah dapat diidentifikasi (Gambar 3.7.c).

Gambar 3.7.a Penghisap mulut menempel di kaca. Otot kerongkongan berkontraksi berirama menciptakan tekanan menghisap. Foto : C. Morkel Gambar 3.7.b Segmen rahang lintah memiliki hingga

80-100 gigi kecil yang kuat, dilihat dari sudut pandang belakang.

Foto : E. Schulte

Gambar 3.7.c Segmen rahang lintah, memperlihatkan pori-pori antar gigi, tempat air liur dan zat-zat yang dikeluarkan

Foto : C. Morkel

Air liur lintah diproduksi dalam sel kelenjar yang terpancar dan terpisah membentuk kelenjar besar. Pembukaan luar yang bersilangan dengan pertemuan gigi di antara pasangan gigi adalah pori-pori akhir saluran pusat, yaitu bagian akhir pembuluh pengeluaran sel kelenjar. Otot yang berlawanan pada dasar rahang bekerja bersama menggerakkan bagian belakang rahang dengan gerakan setengah lingkaran. Melalui aktivitas otot ini, daerah kontak relatif kecil dari rahang berbentuk lengkungan setengah lingkaran menembus kulit semakin dalam dan dalam. Penembusan yang berturutan ini memiliki dua keuntungan berbeda : pertama, membutuhkan tenaga lebih sedikit dibandingkan dengan rahang yang berbentuk lurus. Kedua, mangsanya merasa lebih nyaman dan tidak merasakan gigitan, sehingga ada kesempatan lebih besar bagi lintah untuk pergi tanpa terlihat. Air liur lintah juga mengandung zat bius (anestetik). Secara mekanis, struktur anatomi bekerjanya seperti pipet kecil efisien, mengijeksi zat kimia ke dalam luka. Tidak ada alat bedah mikro dapat berfungsi kompleks dengan presisi tinggi seperti ini.

Kerongkongan menghubungkan rongga mulut dengan esophagus24. Kelompok otot ini berinteraksi menghasilkan aktivitas otot kerongkongan yang berirama pada saat makan. Pada fase pertama makan (menghisap), otot berbentuk seperti roda memperlebar kerongkongan. Pada fase kedua (pengangkutan), otot berbentuk cincin yang memfasilitasi kerongkongan untuk berkontraksi,

memulai pergerakan dengan frekuensi 2,4 Hz25 atau kurang,

menuju akhir proses makan.

Lintah kadang-kadang terlihat “ketiduran” ketika sedang makan. Sentuhan lembut pada kepala atau kerongkongan dapat membantu mereka untuk “bangun”. Karena lintah biasanya akan membebaskan mangsanya secara sukarela dalam waktu sekitar 20-60 menit, maka lebih baik menunggu proses alami makan ini sampai selesai. Jika tidak terjadi, sebaiknya pertama kali pisahkan penghisap belakang untuk menipu lintah agar ia berpikir akan jatuh. Dalam banyak kasus, lintah akan segera melepaskan penghisap mulutnya. Namun jika tidak, maka penghisapnya dapat secara hati-hati dilepaskan dengan menggunakan alat yang datar (atau kuku yang dilindungi sarung tangan dari karet).

Ketika lintah telah merasa kenyang, biasanya ia akan membuka rahangnya dan melepaskan diri dari mangsanya. Jika hal ini terjadi, sebaiknya handuk, kapas atau sejenisnya telah ada di tangan terapis. Sebaiknya disediakan sebuah tempat tidak tembus air yang diisi dua pertingganya dengan air (disarankan berupa air suling yang ditambah 1 g garam laut per liter), beserta penutup yang rapat untuk menyimpan lintah yang sekarang ukuran tubuhnya telah bertambah menjadi 10 kali lipat ukuran semula.

24

Lapisan otot/urat yang terdiri dari urat/otot yang berbentuk annular (cincin), longitudinal (memanjang/garis bujur) dan radial (roda), yang memiliki konsentrasi tertinggi dari tipe otot yang berbeda dalam tubuh lintah.

25

Kulit, Otot, Syaraf dan Indra

Dinding tubuh lintah memiliki bentuk yang mudah dikenali, sesuai dengan kebutuhan hidupnya yaitu :

• sangat elastis

• berfungsi untuk pernafasan

• sebagai penghalang untuk melawan zat merugikan dan infeksi • berwarna untuk tujuan penyamaran

• untuk osmoregulasi26

dan regulasi pertukaran zat kimia dan gas • berfungsi seperti organ tunggal indra yang sempurna

• untuk melawan serangan mekanis • pelindungi lapisan luar (cuticula) • alat untuk mengenali jenis

• untuk menghindari dehidrasi dan melindungi lintah selama hibernasi di musim dingin dan periode istirahat di musim panas

Keseluruhan tubuh termasuk kerongkongan, rongga mulut dan rahang, sebagian ditutupi lapisan lendir (epithelium). Sel epithelial terhubung erat, sehingga dapat bertahan terhadap tekanan kuat selama dan setelah proses makan. Kulit lintah terlipat seperti akordion pada saat perut kosong, tapi dapat membentang besar sekali untuk menampung darah yang dihisap selama makan.

Lapisan kulit bagian luar (kulit epidermis) terdiri dari matriks collagen berongga kecil, ditutupi lapisan yang mengeluarkan jaringan tanduk (cuticula), memancar setiap 3-10 hari dengan gerakan seperti gelombang (peristaltis). Frekuensi berganti kulit ditentukan oleh temperatur, kualitas air dan makanan. Kulit lintah mengelupas seperti selubung putih, mengambang di air, menempel pada tumbuhan, atau seperti cincin putih di dasar.

26

Pemeliharaan konsentrasi partikel yang bersifat osmosis aktif di dalam suatu larutan dinyatakan dalam bentuk osmol solut per liter larutan oleh organisme sederhana atau oleh sel tubuh dengan menjaga medium sekelilingnya

Lapisan lendir terdiri dari mucopolysaccharides, terletak di atas serat sangat halus dari lapisan luar (cuticula), yang ikut berganti selama proses penggantian kulit. Lapisan lendir rangkap ini melindungi lintah dari bakteri tumbuhan air yang langsung menempel pada kulit epidermis. Bakteri juga dikurangi setiap ganti kulit sebagai cara alami untuk menjaga kebersihan.

Lintah sebaiknya diberikan alat untuk proses pergantian kulitnya. Ketika mengganti air, semua kulit terkelupas harus dibuang. Pergantian kulit yang tidak sempurna dapat mengakibatkan luka serius bahkan kematian. Sisa kulit tua dapat menyebabkan luka pada kulit epidermis dan bakteri dapat masuk melalui bagian bawah cincin keras lapisan luar tubuh. Luka yang telah sembuh, akan berbentuk seperti cincin. Benda keras, seperti batu berujung

Dalam dokumen Terapi Lintah (Halaman 37-82)