• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK TERAPI LINTAH

Dalam dokumen Terapi Lintah (Halaman 82-93)

Terapi lintah tidak perlu dilakukan pada waktu yang khusus. Namun lebih baik dilakukan pada pagi atau tengah hari, karena lintah memerlukan waktu hingga dua jam untuk menyelesaikan proses makannya. Terapi pagi hari juga memudahkan dalam memonitor pasien selama beberapa jam, menjawab berbagai pertanyaan, dan menyediakan perawatan tambahan jika

dibutuhkan. Pasien yang telah dapat diandalkan dan

berpengalaman memonitor lintah sendiri dapat diskedulkan pada siang hari, jika hanya beberapa lintah yang digunakan.

Kondisi cuaca tertentu dapat mempengaruhi perilaku lintah. Lintah tidak mau makan saat cuaca sangat lembab atau terjadi badai. Kelembaban dan perubahan tekanan udara juga dapat mempengaruhi pasien dengan tekanan darah rendah, yang bermasalah dalam pengaturan sistem syaraf otonomi dan sirkulasi. Prosedur terapi sebaiknya diatur sehingga dapat dilakukan secara tenang dan efisien tanpa diburu-buru waktu, karena kegelisahan terapis dapat menyebar ke semua proses terapi.

Dalam melakukan persiapan, pasien perlu mengetahui prosedur terapi secara detail, sehingga dapat mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan dan apa yang harus dilakukan selama dan setelah terapi. Pengukuran dan pengenduran syaraf pasien juga dapat dilakukan untuk menentramkan. Sifat terlalu cemas dapat menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah dan temperatur secara ekstrem (sympatheticotonia). Sulit membuat lintah mau menghisap pada bagian yang jauh dari struktur utama tubuh, misalnya pada bagian sambungan tangan dan kaki. Terapi panas untuk menghangatkan daerah target dapat membantu.

Peralatan berikut dibutuhkan dan sebaiknya disiapkan sebelum memulai terapi (Gambar 4.1.):

• Lintah yang segar, belum pernah dipakai dan bersih (dikirim sekurang-kurangnya 24 jam sebelumnya)

• Bejana kecil dengan penutup untuk lintah yang telah digunakan; sebaiknya sebagian diisi air

• Handuk dan kapas tahan air

• Alas dari kain, gulungan pembalut dengan daya serap cairan tinggi • Plester yang melekat

• Air panas dan dingin

• Gunting, pisau cukur sekali pakai • Sarung tangan bedah

• Pipa dari kaca, mangkuk kecil atau alat penyemprot sekali pakai jika dibutuhkan

• Alat pengukur tekanan darah

• Obat-obatan alergi, alat injeksi, pisau bedah/lancet, atau jarum

Sumber : Michalsen, dkk, 2007 Gambar 4.1.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk terapi lintah, yang harus dikumpulkan sebelum terapi dimulai

Pengukuran Kesiapan Kulit

Parfum, obat kimia dan obat luar sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang akan diterapi minimal dua hari sebelumnya. Bau disinfektan (obat pembasmi kuman) dapat membuat lintah tidak mau menggigit. Kondisi aseptik (steril) tidak mungkin dicapai tanpa membunuh lintah. Rambut di tempat aplikasi perlu dicukur, janggut sebaiknya dicukur bersih, karena rambut yang masih pendek dan tajam dapat menghalangi lintah. Gosoklah kulit hingga kering dan kemerah-merahan, kelebihan darah pada suatu organ (hiperemisasi) membantu lintah cepat menggigit. Alat untuk merangsang aliran darah dan memperlembut kulit (spons atau alas kain panas, cahaya merah, merendam tangan atau kaki pada air hangat atau panas) dapat membujuk lintah untuk menggigit, tetapi jarang diperlukan kecuali jika terapi dilakukan pada tempat yang jauh dari bagian tengah tubuh (peripheral) seperti pada sambungan tangan atau kaki (misalnya nyeri tulang sendi tangan

rhizarthrosis30). Terapi bekam (cupping) juga tepat untuk menstimulasi aliran darah sebelum terapi. Kulit yang basah memudahkan lintah untuk menempelkan penghisapnya, dan memfasilitasi proses makannya. Tidak perlu memakai air bergula untuk memikat lintah.

Prosedur aplikasi terapi lintah

Pemilihan lintah

Terapis sebaiknya hanya menggunakan lintah yang sehat dan aktif, tidak sedang berganti kulit atau istirahat tanpa energi pada dasar bejana.

30

Berkurangnya fungsi sambungan tulang sendi tangan, cirinya adalah goresan yang mengakibatkan kemerosotan secara cepat permukaan sambungan dengan tulang baru di persambungan

Lintah yang ideal adalah:

• Berenang dengan cepat dan aktif dalam air • Segera menempel jika diletakkan dalam bejana

• Segera membentuk huruf “O” jika disentuh, dan mengulurkan kepala maju untuk mencari arah gerakan

Lintah berukuran kecil dan sedang sebaiknya digunakan, karena gigitan lintah kecil biasanya tidak menyakitkan dan cenderung lebih cepat sembuh.

Pelaksanaan terapi lintah

Terapi lintah saat ini tidak terlalu berbeda dari metode yang dijelaskan Ibnu Sina 1000 tahun yang lalu. Ibnu Sina bersikeras tidak hanya pada kebersihan lintah, tapi juga tempat aplikasi dan tangan terapis (Robert et al., 2000).

Lintah sebaiknya dikeluarkan dari bejana dengan tangan. Sarung tangan dapat melindungi tangan dari gigitan lintah. Alas dari kain dapat memudahkan untuk menggenggam lintah. Jika lintah menempel pada sarung tangan, pindahkan secara perlahan penghisapnya. Jangan menggunakan pinset atau alat tajam yang dapat melukai lintah.

Jika akan menerapi daerah yang relatif besar, misalnya nyeri di bagian punggung, beberapa lintah dapat digunakan pada satu waktu. Pegang alas kain yang besar pada satu tangan dan letakkan satu hingga tiga lintah pada kain, letakkan lintah secara lembut pada daerah target dan turunkan sudut kain. Lepaskan kain setelah pasien merasakan gigitan beruntun atau nyeri lokal yang berirama. Gerakan berdenyut dapat dilihat pada lengkungan leher lintah. Jaga agar daerah target tetap hangat dan gelap dengan menutupnya memakai handuk atau material lain.

Jika akan menerapi daerah yang kecil, lintah yang digunakan hanya satu ekor. Genggam bagian ekor lintah di antara jempol dan jari telunjuk secara lembut, dengan kain jika diperlukan, dan rendahkan kepalanya (lebih sempit dan ujungnya lancip) ke arah target. Kemudikan lintah kembali pada target sampai ia menggigit dan mulai makan. Tempat aplikasi yang basah, kadang-kadang membantu lintah menggigit lebih cepat.

Jika lintah menempelkan penghisap pada tempat yang salah tetapi belum menggigit, terapis dapat dengan hati-hati memasukkan kuku jari di pinggir bawah penghisap untuk melepaskannya. Tipuan lain adalah potongan lubang film dan plester yang diatur hingga lubang berada di atas tempat yang diinginkan (misalnya persambungan jempol pada pasien dengan rhizarthrosis). Pipa kaca kecil, alat semprot sekali pakai yang bagian bawahnya dipotong (Gambar 4.2) atau mangkuk kecil dapat digunakan, agar dapat menyeleksi satu atau lebih lintah pada satu atau lebih daerah target secara selektif. Sebelum memindahkan mangkuk, terapis perlu memeriksa apakah lintah sudah mulai makan.

Sumber : Clinic of immunology and allergology "Forpost"

Gambar 4.2

Alat semprot sekali pakai untuk membantu lintah menggigit di titik yang tepat

Jika akan menggunakan pipa penyemprot terbuka (2 ml, atau 5 ml, tergantung pada ukuran lintah), potonglah bagian bawahnya, apa adanya atau serong, lalu perhaluslah ujungnya di bawah api. Tarik keluar pipa penyemprot dan biarkan lintah merayap di punggung. Gunakan pipa penyemprot atau potongan kain kasa untuk membantu lintah yang telah merayap jauh agar kepalanya masih menyentuh daerah aplikasi. Ketika lintah mulai makan, lepaslah alat penghisap, sehingga ada cukup ruangan untuk membesar pada saat makan. Jika lintah gagal untuk menggigit tanpa alasan yang jelas, tusuklah kulit pasien dengan jarum atau lancet steril untuk mengeluarkan beberapa tetes darah yang dapat menarik lintah untuk makan.

Catatan : Jika lintah telah ada kontak dengan darah pasien tetapi gagal menggigit, maka sebaiknya, dengan alasan apapun, tidak menggunakannya pada pasien lain dan juga jangan dikembalikan pada bejana tempat penyimpanan lintah segar lainnya.

Menurut Ibnu Sina dan Baghdadi dalam kitabnya Qanun fi al-Tibb dan al-Mukhtarat fi al-al-Tibb, lintah dapat dipakai secara berulang tetapi harus berhati-hati terhadap risiko infeksi-silang. Karena ada kemungkinan risiko menggunakan lintah secara berlebihan, al-Baghdadi dan dokter muslim lainnya menyarankan lintah perlu dibersihkan. Kotoran atau debu yang melekat pada tubuh lintah sebaiknya diseka sebelum terapi. Ketika lintah telah menghisap darah dan akan jatuh ke bawah, garam sebaiknya ditaburkan di bagian tubuh yang luka. Berikut ini kata-kata al-Baghdadi : “Ketika lintah akan digunakan, mereka harus disimpan selama sehari baru dipakai. Jika lintah tidak mau menempel, darah segar sebaiknya dituangkan atau dialirkan atau tanah liat yang diremukkan atau dilumatkan dipercikkan di bagian luka dan jika tubuh telah bebas dari luka, tubuh sebaiknya diusap hingga merah”.

Proses Makan

Lintah sebaiknya tidak diganggu pada saat makan. Jika memungkinkan, sebaiknya ditutupi kain dan kapas untuk melindungi lintah dari dingin dan cahaya, juga melindungi kulit pasien dari kedinginan. Material yang menutupi juga menyerap cairan encer yang dikeluarkan lintah pada saat makan (air dan kelebihan serum darah). Pasien sebaiknya berada dalam posisi yang nyaman dan lintah memiliki cukup tempat untuk makan tanpa risiko lepas atau remuk.

Catatan : serum darah yang dikeluarkan lintah berpotensi untuk menyebabkan infeksi sebagaimana darah itu sendiri. Karena itu, terapis sebaiknya melakukan pencegahan yang diperlukan.

Setelah selesai makan, lintah akan segera meninggalkan pasien, biasanya memerlukan waktu sekitar 20-60 menit. Pada bagian tubuh yang berlimpah dengan darah, lintah dapat selesai makan dalam waktu 10 menit, tetapi pada kondisi yang tidak diinginkan, lintah dapat makan lebih dari dua jam. Kadang-kadang lintah yang telah kenyang akan tetap menempel dan tanpa gerakan. Tepukan atau sentuhan lembut dengan kain dapat menolong lintah untuk bangun dan meneruskan makan atau melepaskan diri. Jangan menggunakan kekerasan untuk membuat lintah melepaskan gigitannya. Ini dapat mengakibatkan komplikasi infeksi. Kekerasan juga dapat membuat lintah memuntahkan isi perutnya ke dalam luka, yang menyebabkan infeksi. Cara yang tepat untuk membuat lintah melepaskan diri adalah menggoyangkan dengan lembut seluruh tubuhnya beberapa kali atau melepaskan penghisap belakangnya dengan kuku jari secara lembut, sehingga lintah akan terdorong ke bawah dengan berat badannya. Lintah lalu menjatuhkan diri dari pasien dengan kemauannya sendiri. Para ahli menyarankan tidak menggunakan garam atau bahan lain untuk

membuat lintah pergi, melukai atau mengejutkannya. Hal ini dapat membuat lintah memuntahkan isi perutnya ke dalam luka, yang dapat menyebabkan luka menjadi infeksi.

Setelah terapi

Tiga rahang lintah membuat bekas luka tiga gigitan. Setelah lintah melepaskan diri, biasanya terjadi perdarahan akibat luka bekas gigitan, yang akan berhenti sekitar 3-12 jam. Perdarahan lanjutan dapat terjadi lebih dari 24 jam jika digunakan lintah yang lebih besar. Pengeringan darah secara perlahan adalah bagian penting dari terapi. Menurut pengalaman pada ahli, pemberhentian perdarahan lebih dini biasanya akan membawa efek terapi yang lebih buruk dan tingkat infeksi yang lebih tinggi. Aliran darah mengurangi penyumbatan vena dan mencegah komplikasi dengan mengeluarkan bakteri yang mungkin memasuki luka.

Jika aliran darah yang keluar lancar, maka terapis dapat menutup luka secara longgar, dan memeriksa tingkat perdarahan 15-30 menit kemudian. Jika memuaskan, pasien dapat mengenakan pembalut longgar. Pengurangan dan peningkatan gejala sebagai respon terapi menyebabkan pasien bergerak berlebihan dan dapat meningkatkan perdarahan. Sebagai pencegahan, pasien disarankan agar tidak mengkonsumsi cairan, karena dapat merangsang aliran darah, sehingga meningkatkan pengeluaran air. Pasien juga diperingatkan bahwa tekanan darahnya akan sedikit lebih rendah setelah terapi, karena pengaruh istirahat dan terjadinya perdarahan pada luka.

Pembalut utama sebaiknya terdiri dari kain steril yang ditutupi dengan beberapa cm kain kasa yang cukup besar dan tebal untuk dapat menyerap semua darah yang keluar dari luka. Lapisan kain sebaiknya longgar dengan pembalut kasa yang tidak ketat agar

tidak menghalangi aliran darah. Ketika akan menerapi daerah yang luas, khususnya di bagian tubuh, lebih mudah untuk menguatkan pembalut dengan handuk yang dikaitkan dengan peniti atau plester tambahan. Pasien sebaiknya disarankan untuk mengenakan pakaian yang mudah digunakan dan cukup longgar. Biasanya perdarahan akan berhenti pada hari berikutnya, dan pakaian normal dapat digunakan. Perdarahan kecil dapat terjadi jika pakaian mengenai kerak luka yang telah mengering dan dapat tiba-tiba terlepas ketika berganti pakaian.

Kerak kering luka akan terlepas dengan sendirinya setelah satu minggu atau lebih. Luka sebaiknya ditutup dengan plester untuk menghindarkan terjadinya infeksi karena garukan jika luka mulai terasa gatal dan untuk melindungi luka dari tarikan dan ikatan pakaian. Pasien juga sebaiknya menghindari pemakaian air yang berlebihan dalam beberapa hari agar kerak kering pada luka tidak lepas sebelum waktunya. Plester kedap air terbukti efektif untuk pasien yang melakukan terapi air atau berenang beberapa hari setelah pelaksanaan terapi lintah. Setelah itu plester kedap air dapat diganti dengan plester normal.

Para ahli merekomendasikan untuk memberikan surat edaran berisi instruksi (lihat Lampiran) yang menjelaskan apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan; terapis juga sebaiknya memperhatikan surat edaran instruksi pada catatan pasien. Sebagai tambahan, pasien diberikan telepon emergensi agar dapat menelepon jika terjadi efek yang merugikan.

Luka gigitan tentunya adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan dari terapi lintah, dan mungkin meninggalkan luka

pada pasien yang cenderung mengembangkan keloid31. Tergantung

31

Jaringan parut dengan bentuk tidak teratur yang jelas meninggi dan membesar secara progresif, akibat pembentukan kolagen yang berlebihan dalam lapisan korium selama perbaikan jaringan ikat

pada jenis kulit, hilangnya zat pewarna tubuh (depigmentasi32) biasanya terjadi di daerah gigitan dan berlangsung dalam periode waktu tak tentu. Sisi luka bekas tiga gigi akan mengalami pembengkakan selama 12-48 jam, dimana pasien mungkin merasakan sedikit kenaikan tekanan darah, panas dan kemerahan, karena pelebaran pembuluh darah. Sedikit koyakan dan denyutan mungkin akan juga dirasakan. Daerah luka akan berubah warna seperti luka memar. Pada awalnya menjadi merah pudar dan ungu, lalu berubah menjadi kuning setelah sekitar dua minggu. Perubahan warna adalah normal dan bukan merupakan tanda infeksi, jadi tidak memerlukan terapi. Luka bekas gigitan akan segera mengecil ukurannya, menjadi pudar dan tidak dapat dilihat lagi setelah beberapa minggu. Gigitan lintah yang menyembuhkan seringkali berhubungan dengan tingkat rasa gatal, sama dengan gigitan nyamuk besar. Kain yang dicelup dengan cuka, rendaman air atau dadih susu kental untuk dibuat keju dapat menghindarkan rasa gatal (Gambar 4.3).

Gambar 4.3. Dadih (curd)

Foto : David B. Fankhauser, Ph.D

Perdarahan yang berlebihan adalah komplikasi yang jarang terjadi pada terapi lintah. Kasus-kasus yang dapat dikenal secara historis

32

dapat disebabkan oleh penggunaan lintah yang berlebihan dan kontraindikasi yang tidak dipedulikan. Lintah besar dapat menyebabkan kehilangan banyak darah jika ditempatkan di pembuluh darah utama dekat permukaan tubuh. Cara sederhana dan dapat dipercaya untuk menghentikan perdarahan adalah dengan menekan plester luka. Jika dibutuhkan, penjahitan atau

kauterisasi (penempelan besi panas, pembakaran atau

pembekuan) adalah lebih efisien.

Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi sekunder, karena pemberhentian perdarahan lebih dini atau kerak kering luka lepas akibat pasien berganti pakaian atau digaruk, dimana bakteri kulit dapat masuk ke dalam luka. Jadi, mental pasien disiapkan agar tidak menggaruk dan menghindarkan garukan dengan memakai baju yang sesuai. Peringatan khusus dibutuhkan jika luka berlokasi di bagian tempat yang merangsang keinginan untuk menggaruk, misalnya di tempat pakaian seringkali menyapu kulit.

Referensi Tambahan

1. Dr. Nurdeen Deuraseh, Health and Medicine in The Islamic Tradition based on the Book of Medicine (Kitab al-Tibb) of Sahih al-Bukhari, UPM, Selangor, Malaysia

2. E. Wittke-Michalsen, “The Technique of Leech Therapy”, Medicinal Leech Therapy, Thieme, Germany, 2007.

Dalam dokumen Terapi Lintah (Halaman 82-93)