• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEAMANAN DAN EFEK SAMPING DARI TERAPI

Dalam dokumen Terapi Lintah (Halaman 152-164)

terapi lintah

Komplikasi yang serius jarang ditemukan pada terapi lintah. Jika prosedur terapi dijalankan secara tepat dan memperhatikan kontraindikasi, maka efek sampingnya akan minimal. Efek samping yang biasanya terjadi adalah rasa nyeri lokal dan rasa gatal sementara. Karena itu sebelum diterapi, pasien sebaiknya menandatangani formulir perijinan yang menjelaskan efek samping terapi. Analisis berikut disusun berdasarkan dokumentasi keberhasilan, laporan kasus dan pengamatan pribadi, termasuk data pengendalian kualitas beberapa efek samping terapi pada penyakit persendian karena menurunnya fungsi organ tubuh.

Nyeri lokal selama terapi

Persepsi dari nyeri lokal ini bervariasi. Kebanyakan pasien menggambarkan rasa nyeri yang berlarut-larut segera setelah lintah menggigit dan lamanya sekitar satu hingga lima menit. Semakin banyak air liur memasuki jaringan, efek anestetis (mati rasa) mulai bereaksi. Kuatnya nyeri gigitan lintah biasanya digambarkan sebagai “terasa lembut” atau “dapat diabaikan”, tergantung ambang rasa sakit tiap orang. Beberapa pasien merasakan nyeri yang semakin hebat, mirip sengatan lebah. Kisaran penilaian nyeri mulai dari “sulit dirasakan”, “terasa lembut” (seperti terkena tanaman berdaun gatal) hingga “sama dengan sengatan lebah” (sangat jarang). Sedikit (kadang-kadang lebih kuat) sensasi menarik secara ritmis biasanya dirasakan dalam satu hingga tiga menit pertama gigitan.

Apakah gigitan dirasakan sebagai “nyeri” atau “tidak dirasakan sama sekali” tergantung dari kepribadian masing-masing, namun juga konsentrasi pada gigitan atau pendapat mengenai terapi lintah. Ukuran rahang, kuatnya gigitan dan hisapan, volume dan komposisi air liur lintah, semua sangat berperan. Kebanyakan orang bahkan tidak memperhatikan gigitan lintah, misalnya ketika digigit di dalam air dan perhatiannya terfokus pada sesuatu yang lain. Seringkali, semakin pasien terfokus pada kekuatiran terhadap gigitan lintah, semakin tinggi persepsi nyerinya. Terapis sebaiknya mengingat hal ini selama tahap persiapan dan selama terapi. Pengalihan terhadap sesuatu yang lain kadang-kadang dapat membantu atau dapat juga membiarkan pasien mengenal lintah terlebih dulu dan diyakinkan pada kehandalan terapi.

Gatal-gatal lokal

Gatal-gatal sementara pada bekas gigitan lintah dalam beberapa hari pertama setelah terapi adalah biasa dan jangan dianggap sebagai reaksi alergi. Pada penelitian mengenai keberhasilan terapi lintah terhadap pasien penderita nyeri karena menurunnya fungsi

sendi (osteoarthritis110) lutut, kira-kira 70% pasien yang diterapi

merasakan gatal-gatal lokal yang berakhir rata-rata dua hari setelah terapi. Frekuensi gatal-gatal lebih kuat terjadi pada persendian yang jauh dari struktur sentral atau bagian tengah tubuh (peripheral), misalnya jempol. Berdasarkan penilaian empiris, terjadinya gatal-gatal ini lebih berkurang pada persendian besar dan daerah tulang belakang (vertebrogenik).

Pasien sebaiknya diberitahu efek samping terapi, sehingga tidak menggaruk bekas gigitan lintah, khususnya setelah penutupan luka

110

awal, karena sering dapat menunda penyembuhan. Para ahli merekomendasikan obat lokal yang mendinginkan (seperti diberi dadih (bagian kental susu untuk dibuat keju), pembalut lembab yang dingin, atau cuka. Untuk beberapa rasa gatal, produk antigatal atau obat antihistamin dapat digunakan. Beberapa terapis memberi resep antihistamin untuk pasien dengan sejarah reaksi gatal dan kulit merah. Laporan terpisah menjelaskan adanya pengulangan gatal-gatal ringan pada situasi tertentu (misalnya temperatur tinggi) dalam beberapa bulan setelah rangkaian terapi.

Habbatussauda (Jinten Hitam) anti Histamin alami

Habbatussauda/jinten hitam diresepkan oleh Nabi Muhammad SAW. Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwa ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Sungguh dalam habbatus sauda' itu terdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam." Saya bertanya, "Apakah as-sam itu?" Beliau menjawab, "Kematian".

Manfaat Habbatussauda:

• Menguatkan sistem kekebalan tubuh • Meningkatkan daya ingat dan konsentrasi • Menetralkan racun dalam tubuh

• Mengatasi gangguan tidur dan stress

• Anti histamin. Histamin adalah sebuah zat yang dilepaskan oleh jaringan tubuh yang memberikan reaksi alergi seperti pada asthma bronkial. Minyak yang dibuat dari Habbatussauda' dapat mengisolasi dithimoquinone. Minyak ini sering disebut nigellone yang berasal dari volatile nigella. Pemberian minyak ini berdampak positif terhadap penderita asthma bronkial.

• Memperbaiki saluran pencernaan • Melancarkan air susu ibu

• Memiliki zat anti tumor dan anti kanker Sumber : Thibbun Nabawi dan HPA

Darah rendah (hypotension) dan serangan pingsan

(vasovagal)

Pasien dengan sejarah serangan vasovagal111 atau sinkop (pingsan)

sebelum dilakukan metode terapi pelukaan (invasif) lainnya mungkin juga akan bereaksi sama di awal atau selama terapi lintah. Sebuah survei menunjukkan serangan vasovagal terjadi pada satu dari 1000 terapi lintah yang dilakukan di sebuah rumah sakit di Jerman. Jadi, terapis sebaiknya selalu bertanya mengenai sejarah serangan pingsan sebelumnya pada pasien sebelum prosedur seperti pengambilan sampel darah atau akupunktur. Untuk mencegah terjadinya serangan pingsan, pasien sebaiknya minum banyak cairan sebelum dan selama terapi, dan terapi sebaiknya dilakukan pada situasi yang tenang ketika pasien sedang berbaring. Kasus dua pasien rawat jalan yang memiliki tekanan darah rendah dan kehilangan kesadaran sementara waktu (vasodepresor

sinkop112) setelah terapi lintah juga diteliti. Kedua pasien diketahui

memiliki tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan penyumbatan arteri, dan minum obat antihipertensi tiga buah, dimana mereka meminumnya seperti biasa. Beberapa jam setelah terapi, kedua pasien mengalami serangan pingsan ringan. Penting untuk diingat, terapi lintah memiliki efek antihipertensi. Pasien sebaiknya minum banyak cairan. Jika arus darah yang keluar dari bekas gigitan lintah kuat, tekanan darah pasien sebaiknya dimonitor dan obat antihipertensi dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan.

111

Vasovagal episode atau vasovagal response atau vasovagal attack (juga disebut neurocardiogenic syncope) adalah ketidaknyamanan fisik karena adanya pengaruh syaraf campuran (vagus nerve). Jika mengarah pada syncope (pingsan) dinamakan vasovagal syncope, tipe pingsan paling umum terjadi

112

Vasodepressor syncope: kehilangan kesadaran sementara waktu dalam jenis situasi yang khusus. Situasi yang memicu terjadinya reaksi ini adalah berbeda-beda termasuk ketika diambil darah, ketegangan sampai membuang air seni (urinating), gerakan usus atau batuk. Reaksi ini dapat juga berhubungan dengan stres emosional atau nyeri

Kehilangan darah

Terapi lintah selalu berhubungan dengan tingkat kehilangan darah tertentu, dimana secara medis tidak berbahaya dalam banyak kasus. Pada percobaan klinis oleh Michelsen dkk, rata-rata kehilangan hemoglobin adalah 0,7 mg/dL. Namun, pengamatan yang diteliti secara terpisah berupa terjadinya perdarahan lanjutan

(afterbleeding) yang kuat dan turunnya hemoglobin113, karena

lintah secara tidak sengaja diletakkan langsung di vena permukaan. Berdasarkan catatan Rumah Sakit Essen-Mitte, penurunan hemoglobin yang secara klinis berbahaya adalah >3 mg/dL terjadi setelah terapi lintah pada dua pasien, dimana salah satu pasien membutuhkan transfusi darah (setelah diterapi dengan enam lintah untuk nyeri karena penurunan fungsi (osteoarthritis) lutut. Setelah ditelusuri ke belakang, salah satu pasien mengatakan pernah mengalami perdarahan lama akibat luka di masa lalu. Pada kasus yang lain, perdarahan lanjutan dari gigitan lintah berakhir setelah 36 jam dan harus dihentikan dengan jahitan di kulit. Tes pengentalan darah yang panjang lebar dilakukan tapi tidak memperlihatkan adanya gangguan spesifik pengentalan darah. Anamnesa (pengetahuan riwayat pasien) atas kejadian sebelumnya mengenai gangguan perdarahan adalah penting, dan pasien sebaiknya secara khusus ditanya mengenai hal itu. Jika anti pengentalan darah diresepkan, maka sejumlah kecil lintah (tiga hingga empat) sebaiknya digunakan pada awal terapi. Tekanan darah sebaiknya selalu diukur sebelum melakukan terapi lintah dan terapis sebaiknya tidak menggunakan lebih dari 12 lintah dalam satu kali terapi.

113

Senyawa protein yang terdiri dari heme dan globin yang memberikan karakteristik warna ada sel darah merah, berfungsi utama mentransfer oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh

Lemahnya penyembuhan luka, superinfeksi dan

alergi

Setelah lintah menjatuhkan diri, luka berbentuk tiga gigitan biasanya akan membengkak selama 24-48 jam disertai dengan perasaan ketegangan lokal, panas, dan memerah. Noda darah kecil

(ecchymoses)114 berkembang di bawah kulit di sekeliling gigitan

lintah. Pengumpulan darah yang lebih besar biasanya jarang terjadi. Seperti pada luka memar di permukaan, noda darah diawali dengan ungu kemerahan, lalu berubah menjadi kuning dan akhirnya hilang dalam waktu sekitar dua minggu. Peradangan lokal kadang-kadang disertai adanya puncak jerawat pada gigitan, biasanya merupakan masalah yang relatif umum terjadi disertai dengan rasa gatal. Peradangan ini biasanya reda secara cepat ketika didinginkan dan tidak diganggu. Penyebab gangguan penyembuhan luka ini tidak diketahui. Penanganan tidak tepat, khususnya pemberhentian dini perdarahan luka lanjutan, pemijitan kepala lintah dengan tang penjepit, pemindahan lintah dengan kekerasan sebelum selesai makan, dan pemeliharaan lintah di air yang tidak segar, seringkali menjadi penyebab potensial. Namun, ini telah diteliti terjadi setelah penanganan lintah secara tepat dalam kasus terpisah.

Secara teoritis, infeksi lokal dengan Aeromonas hydrophilla adalah penyebab potensial, namun tidak ada kejadian mikrobiologi sejauh ini dari keberadaan Aeromonas hydrophilla dalam luka pasien yang

diterapi. Beberapa peradangan lokal sering disebabkan

kontaminasi luka lanjutan atau iritasi mekanis, seperti garukan dan gosokan. Berdasarkan survei rumah sakit, banyak peradangan lokal terjadi dalam tiga kasus terpisah: satu pasien menderita infeksi

114

Istilah medis untuk perdarahan di subkutaneus lebih besar 1 cm atau hematoma, biasanya disebut luka memar, dapat berlokasi di kulit atau dalam jaringan lendir

bakteri terhadap kulit epidermis (erysipelas115) (Gambar 9.1.a) dan

dua pasien menderita peradangan saluran limfatik

(lymphangitis116) (Gambar 9.1.b) menengah. Semua kasus

diselesaikan dengan cepat dengan terapi antibiotik cephalosporin dan atau anti gyrase.

Pematuhan yang ketat terhadap peraturan kontraindikasi dan rekomendasi tempat aplikasi yang tepat akan meminimasi risiko peradangan lokal. Pada kasus yang kurang jelas dimana pasien mengalami kulit memerah yang nyeri dan berkelanjutan, khususnya jika berhubungan dengan peningkatan temperatur, terapis sebaiknya memberikan antibiotik secepatnya. Penyakit yang tergolong tidak ganas, tapi memiliki gambaran klinis dan historis yang ganas (pseudolymphomas) mungkin jarang terjadi, pengkristalisasian jerawat disebabkan reaksi gigitan serangga (arthropod reaction) pada gigitan lintah. Saat ini, tidak ada data untuk menilai frekuensi akurat dari efek samping ini. Menurut para ahli, tiga dokumentasi dan konfirmasi kasus telah dilaporkan. Sulit untuk membedakan gangguan penyembuhan luka lanjutan dari reaksi alergi potensial. Data akurat mengenai frekuensi reaksi alergi pada gigitan lintah tidak tersedia. Rasa gatal lokal, efek samping yang biasa terjadi, sebaiknya tidak diinterpretasikan sebagai reaksi alergi. Reaksi alergi yang pasti seperti gigitan serangga dan pembengkakan pada organ penggerak (lokodistan) dilaporkan pada kasus terpisah yang sedikit. Namun, gejala terlokalisasi, misalnya kemerahan kulit karena luka, infeksi atau

radang (reflex erythema117) (Gambar 9.1.c), kulit cepat memerah

115

Infeksi bakteri streptococcus terhadap epidermis dalam dengan penyebaran Lymphatic

116

Peradangan saluran lymphatic yang terjadi sebagai hasil dari infeksi pada jarak yang jauh dari saluran. Kasus yang umum terjadi untuk lymphangitis pada manusia ialah Streptococcus pyogenes (Group A strep). Lymphangitis juga kadang-kadang disebut "keracunan darah” (blood poisoning)

117

Dari bahasa Yunani erythros artinya merah, yaitu kemerahan pada kulit, disebabkan hyperemia dari kapiler dalam lapisan kulit yang lebih rendah, terjadi jika kulit mengalami luka, infeksi atau peradangan. Erythema tidak berkaitan dengan wajah menjadi merah karena malu (nervous blushes)

(urticarial dermographism118) (9.1.d) pada individu yang memiliki

emosi abnormal (psychovegetative119) atau labil telah diteliti lebih

sering terjadi. Kasus yang lebih lama menjelaskan kejadian alergi

yang hipersensitif (shock anaphylastic120) (Gambar 9.1.e) jangka

pendek setelah aplikasi enam lintah pada pelipis.

Gambar 9.1.a. Erysipelas di wajah karena serbuan bakteri Streptococcus

Sumber : Wikipedia

Gambar 9.1.b. Lymphangitis

Sumber : Academic of Lymphatic Study

Gambar 9.1.c Karakteristik ruam “mata sapi” dari erythema

Sumber : Wikipedia

Gambar 9.1.d Gambar 9.1.e

Dermatographic urticaria kadang-kadang disebut "skin writing" (tulisan kulit)

Sumber : Wikipedia

Ruam di punggung orang yang menderita anaphylaxis.Sumber : Wikipedia

118

Dermatographic urticaria juga dikenal dengan dermographism, dermatographism, atau "skin writing" adalah gangguan kulit pada 4–5% dari populasi dan salah satu tipe urticaria (kulit gatal) paling umum, dimana kulit menjadi naik dan meradang jika dipukul, digores, digosok dan kadang ditampar

119

Menurut beberapa peneliti penderita gangguan psikovegetatif adalah 10-20% dari populasi. Gejala yang umum adalah gelisah, tegang, gangguan tidur, lekas marah, dan reaksi emosi yang tidak normal.

120

Anaphylaxis adalah multisistem yang akut, reaksi alergi hipersensitif tipe I. Istilah berasal dari bahasa Yunani ἀνά ana, melawan, dan φύλαξις phylaxis, perlindungan

Beberapa terapis lintah memberikan antihistamin secara sistemik untuk mengatasi reaksi alergi lokal (secara empiris) dan berhasil dengan baik. Namun, tingkat respon keberhasilan antihistamin tidak terbukti pada setiap penyebab alergi, tingkat tertentu dari respon placebo pada antihistamin juga perlu dipertimbangkan. Kemungkinan adanya pujian (hanya iklan) terhadap antibiotik alergi pada terapi lintah juga dinyatakan dalam sebuah kasus. Jika hendak menginterpretasikan reaksi lokal yang terjadi setelah terapi lintah, penting diingat bahwa enzim protease dalam air liur lintah menyingkirkan berbagai jenis mediator nonimunologis. Lebih

jauh, reaksi diperburuk oleh faktor emosi abnormal

(psikovegetatif). Hanya beberapa kasus yang menghubungkan antara terapi lintah dan kejadian reaksi alergi dibuktikan dengan cukup pasti. Namun, reaksi alergi mungkin potensial terjadi setelah dimasukkan suatu protein asing. Penyakit kulit (dermatitis) juga telah diteliti setelah penggunaan salep lintah.

Reaksi pembengkakan jangka pendek dan atau mudah rusaknya kelenjar sel darah di daerah yang dekat lokasi penyakit (proksimal) telah dilaporkan pada suatu saat, tapi lebih umum terjadi pada pasien dengan penyembuhan luka yang lama. Gejala ini terjadi paling sering di selangkangan setelah penggunaan lintah untuk menerapi sambungan lutut, sambungan pinggul atau varises. Hilangnya pembengkakan kelenjar sel darah secara cepat dan tidak terperhatikan dijelaskan pada semua laporan kasus tersebut.

Infeksi (sepsis)

Sepsis yang disebabkan oleh infeksi sistemik dari Aeromonas hydrophila telah berulang-ulang diteliti yang terjadi setelah penerapan terapi lintah dalam indikasi bedah rekonstruktif, tetapi tidak dalam masalah terkait lain. Hal ini mendukung kesimpulan

bahwa risiko infeksi Aeromonas hydrophila meningkat hanya pada pasien dengan beberapa penyakit yang dideritanya atau tekanan terhadap imunitas tubuh, yang biasanya merupakan kasus dalam kandidat pembedahan. Para ahli merekomendasikan penggunaan antibiotik secara bersamaan pada semua pasien bedah yang menerima terapi lintah. Pada bidang penggunaan lain, terapi antibiotik utama tidak diperlukan berdasarkan status pengetahuan saat ini tetapi kontraindikasi yang relevan harus diteliti.

Antibiotik pada terapi lintah

Terapi antibiotik minimal enam jam sebelum terapi

direkomendasikan untuk semua pasien bedah. Dalam semua indikasi, pengalaman menunjukkan terapi antibiotik saat ini tidak dibutuhkan. Pasien dengan berbagai penyakit tambahan

(comorbidity121) dapat mengkonsumsi antibiotik selama tiga hari

(anti gyrase122 seperti ciprofloxacin atau Ciprobay). Anti gyrase juga

indikasi peradangan parah atau radang jaringan penghubung

(phlegmonous123) atau radang kelenjar limfatik (limphangitis).

Transmisi penyakit infeksi

Saat ini lintah biasanya hanya digunakan sekali, sehingga tidak ada risiko transfer langsung penyakit infeksi dari satu pasien ke pasien lain. Infeksi utama oleh Aeromonas hydrophila secara klinis hanya berbahaya jika lintah digunakan untuk bedah pencangkokan. Penggunaan antibiotik secara bersamaan direkomendasikan untuk

121 Dalam dunia pengobatan, comorbidity adalah kehadiran satu atau lebih gangguan (penyakit) sebagai tambahan pada penyakit atau gangguan primer, atau efek dari gangguan atau penyakit tambahan

122

DNA gyrase, sering disebut gyrase saja, adalah enzim yang membebaskan dari ketegangan ketika DNA strip ganda dibebaskan oleh kelompok enzim

123

pencegahan infeksi (prophylaxis124). Transmisi dari bakteri lain atau penyakit vital pada manusia dalam terapi lintah belum diteliti sampai sejauh ini. Terapis sebaiknya membeli lintah dari pensuplai yang membiakkan lintah pada kondisi tertentu (misalnya perusahaan ZAUG di Jerman).

Luka

Jika luka akibat gigitan lintah tidak diganggu, maka biasanya cepat mengering hingga sulit dilihat atau hanya berupa tanda bekas tiga gigitan yang tidak terlihat dan akan hilang sama sekali dalam satu hingga tiga minggu. Namun, jika penyembuhan luka terganggu karena garukan atau infeksi luka lanjutan, maka luka akan tetap terlihat untuk periode waktu yang lama. Perubahan kulit berjerawat untuk beberapa bulan juga telah dilaporkan dalam

kasus terpisah. Pada suatu kasus, reaksi arthropod125 (Gambar 9.2)

permanen juga dilaporkan terjadi setelah terapi lintah.

Gambar 9.2 Reaksi gigitan serangga

Sumber : Skinsight

Luka yang parah mungkin terjadi terutama jika lintah digunakan pada area dengan kulit yang tipis dan lapisan tipis dari jaringan sub kulit epidermis atau daerah persambungan dimana kulit bergerak secara konstan. Penggunaan pakaian yang membatasi gerak

124

Bahasa Yunani "προφυλάσσω" artinya menjaga atau melindungi sebelum terjadi adalah prosedur medis atau kesehatan publik dimana tujuannya adalah untuk mencegah daripada mengobati penyakit

125

setelah terapi, misalnya di sekitar lutut, juga dapat menghasilkan luka.

Untuk alasan estetika, penahanan diri disarankan jika

menggunakan lintah di daerah muka atau yang dapat jelas terlihat dan bagian yang berhubungan secara kosmetik (kecantikan) dari tubuh. Disini, para ahli menegaskan bahwa perlu untuk memberitahu secara keseluruhan dan mendapatkan ijin tertulis dari pasien sebelum melanjutkan terapi.

Dalam dokumen Terapi Lintah (Halaman 152-164)