• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOSNIA-HERZEGOVINA

Dalam dokumen demokrasi dan konflik yang mengakar (Halaman 167-169)

Secara sederhana, pertanyaan mengenai Bosnia berkisar pada dua hal: bagaimana 2,2 juta penduduk Muslim Slavia (Bosnia) dapat hidup di antara 4,5 juta warga Kroasia dan 8,5 juta Serbia dalam lingkungan luas di bekas Yugoslavia; dan bagaimana 750 ribu warga Kroasia dan 1,3 juta Serbia dapat hidup bersama dengan 1,9 juta warga Bosnia di wilayah Bosnia-Herzegovina (Bosnia) sendiri. Tergantung di mana batas wilayah ditarik dan apakah mereka dihargai sebagai satu kelompok, orang-orang Bosnia merupakan sebuah minoritas yang terjepit antara dua kelompok etnik yang lebih kuat, atau relatif mayoritas di sebuah wilayah yang dihuni bersama dua komunitas minoritas yang besar, yang menganggap negara tetangganya (Kroasia dan Yugoslavia) sebagai tanah airnya.

Tatanan masa kini yang disahkan dalam Kesepakatan Dayton merupakan akibat dari pertempuran selama tiga tahun sembilan bulan di Bosnia –antara ketiga kelompok– dan perang selama empat setengah tahun di wilayah bekas Yugoslavia. Kesepakatan dicapai setelah lebih dari seratus ribu korban jiwa (tidak diketahui berapa jumlah tepatnya) dan terusirnya sekitar setengah penduduk Bosnia yang berjumlah 4,3 juta jiwa, dalam apa yang disebut “pembersihan etnik”. Tatanan ini disepakati oleh Presiden Bosnia Alija Izetbegovic mewakili Bosnia, Presiden Kroasia Franjo Tudjman mewakili warga Kroasia- Bosnia, dan Presiden Serbia (waktu itu) Slobodan Milosevic mewakili warga Serbia- Bosnia. Kesepakatan ini tertuang setelah bertahun-tahun upaya perdamaian gagal dilakukan oleh mediator internasional untuk menengahi dan menciptakan kesepakatan; tekanan internasional besar-besaran dan bersama-sama, namun terlambat, untuk mendorong terciptanya penyelesaian masalah; dan tiga minggu negosiasi intensif di pangkalan udara AS di Dayton, Ohio selama bulan November 1995.

Pembagian Kekuasaan menurut Kesepakatan D ayton

Dalam Kesepakatan Dayton, Bosnia dinyatakan sebagai sebuah negara tunggal dengan tiga masyarakat penyusun – Bosnia, Serbia dan Kroasia – yang terbagi menjadi dua entitas: Federasi Bosnia dan Herzegovina yang mencakup 51% dari luas wilayah, dan Republika Srpska, 49% . Meskipun merupakan sebuah negara, kedua bagian tersebut memiliki angkatan bersenjatanya sendiri-sendiri (dan angkatan perang federasi terbagi menjadi kekuatan Bosnia dan Kroasia), yang kekuatannya diatur dan dikaitkan dengan kekuatan negara-negara tetangganya. Perbandingan kekuatan militer antara Yugoslavia, Kroasia dan Bosnia adalah 5:2:2, dan dalam wilayah Bosnia sendiri antara Federasi dan Srpska 2:1. Negara hasil Dayton ini mewarisi kemerdekaan politik, integritas wilayah dan kedaulatan negara pendahulunya, Republik Bosnia-Herzegovina, sebuah republik dalam bekas Republik Federal Sosialis Yugoslavia, yang mendapat pengakuan internasional dan menjadi anggota PBB tak lama setelah pecah perang pada bulan April 1992.

Kesepakatan Dayton terdiri atas 11 adendum, tetapi hanya adendum pertama yang

S t u d i K a s u s : B o s n i a - H e r z e g o v i n a

Christopher Bennett

152

berkaitan dengan gencatan senjata dan hal-hal militer. Sepuluh sisanya mencakup aspek- aspek sipil dalam rencana perdamaian, termasuk hak warga Bosnia yang terusir untuk kembali ke rumahnya atau mendapat kompensasi atas hilangnya hak milik mereka. Dan masa depan negara tersebut bergantung pada penerapan aspek sipil perdamaian tersebut sama seperti pada struktur politik yang terkandung di dalamnya.

Institusi sentral Bosnia lemah. Mereka bertanggung-jawab pada kebijakan luar negeri, berbagai aspek kebijakan perdagangan luar negeri –termasuk dalam menetapkan tarif impor (meskipun tidak mendapatkan uang tersebut)–-, komunitas antarkelompok- masyarakat dan penegakan hukum terhadap kriminalitas. Hal-hal lain, seperti pengumpulan pajak, diserahkan kepada kedua kelompok masyarakat (Federasi dan Srpska). Meskipun keduanya bisa melakukan “hubungan paralel khusus dengan negara-negara tetangga”, hal ini harus “konsisten dengan kedaulatan dan integritas wilayah Bosnia”. D engan persetujuan Dewan Parlemen, keduanya bisa melakukan perjanjian spesifik dengan negara- negara atau badan-badan internasional. Jadi, Federasi boleh memiliki hubungan khusus dengan Kroasia, demikian juga Srpska dengan Yugoslavia, namun keduanya tidak boleh melepaskan diri dari Bosnia.

Dewan Parlemen memiliki dua kamar: Majelis Rakyat dan Majelis Perwakilan. Yang pertama memiliki 15 anggota, lima dari tiap masyarakat penyusun negara –10 (5 Bosnia dan 5 Kroasia) dari Federasi dan 5 (Serbia) dari Srpska. Anggota-anggota Bosnia dan Kroasia ditunjuk dari Majelis Rakyat Federasi dan anggota Serbia dari Dewan Republika Srpska. Sembilan delegasi, dengan paling tidak tiga dari setiap komunitas harus hadir untuk mencapai kuorum. Majelis Perwakilan beranggota 42 orang, 28 dari Federasi dan 14 dari Srpska. Kehadiran mayoritas dari kedua majelis tersebut merupakan persyaratan untuk membuat keputusan di Parlemen. Namun, setiap komunitas memiliki hak untuk menyatakan bahwa sebuah rencana keputusan “membahayakan kepentingan vital”, yang mengharuskan keputusan ditetapkan melalui voting mayoritas semua delegasi. Dengan cara ini, keputusan disusun melalui konsensus bersama dan tidak bertentangan dengan kepentingan vital yang dinyatakan oleh sebuah komunitas.

M ekanisme “kepentingan vital” ini juga ada dalam badan kepresidenan yang beranggotakan tiga orang. Badan ini beranggotakan seorang Bosnia dan seorang Kroasia, keduanya dipilih langsung dari Federasi, dan seorang Serbia, dipilih langsung dari Srpska. Seorang pemilih hanya bisa memberikan suara kepada satu orang dalam pemilihan presiden, sehingga pada kenyataannya, orang Bosnia akan memilih calon presiden yang berasal dari kelompok Bosnia, demikian pula Kroasia dan Serbia. Meskipun badan ini berusaha mencapai keputusan dengan konsensus, keputusan mayoritas dimungkinkan dengan batasan. Dalam kasus keputusan yang dilakukan dengan voting, anggota Badan Kepresidenan bisa dalam waktu tiga hari mengumumkan bahwa keputusan tersebut “membahayakan kepentingan vital” dan mengirimkan keputusan tersebut kepada Dewan Republika Srpska atau Majelis Rakyat Federasi. Voting yang hasilnya disepakati oleh dua pertiga kelompok yang relevan dalam sepuluh hari menjadikan keputusan tersebut tidak berlaku lagi. Badan kepresidenan menunjuk pemerintah, atau sidang menteri, yang anggotanya paling banyak dua pertiga dari Federasi, dan wakil menteri tidak boleh berasal

Studi Kasus: Bosnia-Herzegovina

153

Dalam dokumen demokrasi dan konflik yang mengakar (Halaman 167-169)