• Tidak ada hasil yang ditemukan

127Demokrasi dan Konflik yang Mengakar: Sejumlah Pilihan untuk Negosiator

Dalam dokumen demokrasi dan konflik yang mengakar (Halaman 143-145)

S t u d i K a s u s : I r l a n d i a U t a r a

menjadi stagnan dengan dua komunitas yang nyaris terpisah; hidup sendiri-sendiri dalam lingkungannya, dengan perumahan, sekolah, toko, gereja, pabrik, klub, dan lain-lain yang terpisah.

Z aman Kekacau an

Stagnasi ini berakhir pada dekade 1960-an. Mahasiswa Katolik, terpengaruh gerakan hak-hak sipil di AS, turun ke jalan menuntut diakhirinya diskriminasi di Utara. “Zaman Kekacauan” ini diawali oleh konflik antara orang-orang Katolik dan negara mengenai hak-hak sipil. Masalah ini bereskalasi dengan cepat karena negara dan polisi menekan dengan brutal gerakan protes yang bercorak damai. Pada tahun 1969, pemerintah Unionis menyadari bahwa situasi tidak dapat lagi dikontrol dan meminta bantuan dari Angkatan D arat Inggris. Tumbuhnya kelompok garis keras berpaham unionisme menggagalkan usaha-usaha reformasi moderat yang mungkin saja bisa meredakan kerusuhan. Pada tahun 1972, pemerintahan sudah berantakan, namun masih menolak usaha-usaha reformasi sehingga Westminster turun tangan dan membubarkan parlemen Belfast, dan menerapkan pemerintahan langsung atas Irlandia Utara.

Inggris bergerak cepat untuk memperbaiki pelanggaran-pelanggaran yang menonjol; namun Angkatan Darat Inggris bertindak brutal terhadap komunitas Katolik, dengan segera mengalienasikan orang-orang yang seharusnya ia lindungi. Orang-orang Katolik segera memobilisasi dirinya untuk mempertahankan diri dari pasukan Inggris dan serangan balik Protestan, melahirkan kembali IRA – yang hampir punah pada dekade 1960-an. Mulai saat itu, angkatan perang Inggris tetap berada di Irlandia hingga seterusnya.

Sejak tahun 1972, apa yang bermula sebagai protes untuk hak-hak sipil oleh komunitas Katolik terhadap pemerintah Protestan Unionis berubah menjadi perang kemerdekaan oleh IRA melawan pemerintah dan angkatan perang Inggris dan polisi setempat.

D ua puluh tahun berikutnya merupakan suatu masa inisiatif politik yang gagal, gencatan senjata yang intermiten, pasang surut dalam tingkat kekerasan, kehancuran ekonomi dan sosial, institusionalisasi kekerasan dalam masyarakat Irlandia Utara, dan suatu keadaan perang yang tidak dapat dimenangkan oleh pihak manapun. Selama proses ini, kedua komunitas semakin terpolarisasi, perasaan kebuntuan merajalela, dan lebih dari tiga ribu orang tewas akibat kekerasan.

Garis pertempuran tergambar dengan jelas. Komunitas Katolik seluruhnya mendukung nasionalisme Irlandia, yang menginginkan Irlandia yang satu dan merdeka. Partai politik nasionalis yang utama, Partai Sosial Demokratik dan Buruh (SDLP) melaksanakan cara- cara damai untuk mencapai sistem politik Irlandia Utara yang lebih adil, dan pada akhirnya, persatuan Irlandia. Kelompok nasionalis lainnya, yaitu Republikan, yang terdiri dari kelompok paramiliter IRA dan partai Sinn Fein (“Kami Saja”) menyarankan perjuangan bersenjata untuk membebaskan Irlandia. Kelompok Protestan dengan sama kerasnya mempertahankan unionisme. Opini politik terluas diwakili oleh Partai Unionis Ulster (UUP) yang mengendalikan parlemen hingga tahun 1972, dan partai kecil bergaris keras Partai Unionis Demokratik (DUP) yang dibentuk pada akhir dekade 1960-an oleh

128

kelompok Loyalis, yaitu kelompok paramiliter yang merupakan lawan Republikan, dan menggunakan kekerasan untuk mempertahankan unionisme.

Inisiatif untuk Perdamaian

Setelah menerapkan pemerintahan langsung atas Irlandia Utara pada tahun 1972, pada akhir tahun 1973 pemerintah Inggris berhasil membawa wakil-wakil Unionis dan Nasionalis, serta pemerintah Republik Irlandia di selatan, untuk membuat satu persetujuan politik yang rapuh, yang mencakup pemerintah baru dengan pembagian kekuasaan, dan Dewan Irlandia untuk memfasilitasi masukan Selatan terhadap urusan Utara. Pemerintah baru yang mencakup wakil-wakil UUP dan SDLP ini bertahan selama lima bulan pertama dalam tahun 1974, hingga protes besar-besaran dan militan dilakukan oleh komunitas Protestan yang marah akibat usulan Dewan Irlandia memaksa bubarnya pemerintahan dan mengembalikan kekuasaan ke Westminster. Pemerintahan langsung ini terus berlanjut hingga tahun 1998.

Selama dekade 1970 dan 1980-an, Inggris mengusahakan beberapa usaha penyelesaian politik. D ari waktu ke waktu, pemilihan umum untuk memilih anggota parlemen dilaksanakan, tapi parlemen yang terpilih selalu diboikot oleh salah satu pihak. Kebijakan Inggris memiliki dua cabang. Satu tujuan adalah untuk memungkinkan pemerintahan dengan pembagian kekuasaan yang akan memberikan kelompok nasionalis suatu andil dalam pemerintahan Irlandia Utara. Tujuan yang lain adalah “Dimensi Irlandia”, yaitu meredam nasionalisme dengan memberikan Republik Irlandia kesempatan berpengaruh di Utara. Kaum Unionis bisa menerima tujuan pertama, namun sama sekali menolak yang kedua. Di lain pihak, kaum Nasionalis sangat mencurigai tujuan pertama bila tanpa yang kedua.

Selama periode tersebut, kelompok paramiliter, terutama Republikan, berada di luar pertimbangan politik. Dengan kesepakatan bersama, penggunaan kekerasan menyebabkan mereka berada di luar proses demokratik. Sebaliknya, gerakan Republikan sama sekali menolak dengan keras penyelesaian apa pun yang direncanakan.

Pada tahun 1981, dengan pemberitaan internasional besar-besaran, sepuluh tahanan IRA mogok makan hingga tewas dalam tuntutannya kepada Perdana Menteri T hatcher untuk diadili sebagai tahanan perang politik, dan bukannya penjahat biasa. Gelombang simpati kepada Republikan yang muncul meningkatkan peran partai politiknya, Partai Sinn Fein, yang pada waktu itu mulai turut serta dalam pemilihan umum di Utara dan Selatan.

Menjawab persepsi ancaman dari gerakan Republikan yang tumbuh ini, partai-partai politik di Republik Irlandia dan SDLP bertemu dalam Forum Irlandia Baru 1983 untuk mengembangkan definisi baru mengenai nasionalisme konstitusional Irlandia. Hasilnya, yakni Laporan Forum, memberi definisi baru pada nasionalisme Irlandia. Redaksi dan isinya sangat dipengaruhi pemimpin SD LP, John Hume. Sentimen lama anti-Inggris digantikan dengan pengakuan-pengakuan komitmen pada politik damai dan penghargaan pada tradisi Unionis. Pemerintah Irlandia menggunakan laporan ini sebagai dasar negosiasi dengan Inggris yang kemudian menghasilkan Persetujuan Inggris-Irlandia pada tahun

Studi Kasus: Irlandia Utara

129

Dalam dokumen demokrasi dan konflik yang mengakar (Halaman 143-145)