• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

3. Penilaian autentik

2.1.6 Buku Ajar

Kegiatan menulis buku dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dituntut bagi ahli dan para akademisi khususnya dosen dalam memajukan ilmu pengetahuan dibidangnya masing-masing. Hal ini terlihat jelas dalam

Permendikbud No 73 tahun 2013 dan tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia dan Permendikbud No. 49 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan tinggi. Buku pada hakikatnya adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan dan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi (Depdiknas, 2008). Kegiatan menulis buku juga akan menunjang profesi dan keahlian sesorang dalam mendalami ilmu tertentu yang menjadi fokus kajiannya.

Dalam hal ini, buku yang ingin dikembangkan peneliti adalah buku ajar. Pada umumnya, buku ajar sering disebut juga dengan buku teks. Hanifah (2014) mengemukakan bahwa nama yang lebih tepat bagi buku teks adalah buku sekolah, buku pengajaran, buku ajar atau buku pelajaran, baik untuk jenjang pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan yang tertuang dalam Kepmen No: 36/D/O/2001, Pasal 5 ayat 9 (a) yang berbunyi Buku ajar adalah buku pegangan untuk suatu matakuliah yang ditulis dan disusun oleh pakar bidang terkait dan memenuhi kaidah buku teks serta diterbitkan secara resmi dan disebarluaskan.

Definisi mengenai buku ajar pun bervariasi tetapi mengacu pada hal yang sama yakni buku pegangan utama. Buku ajar adalah buku pegangan utama peserta didik yang ditulis oleh dosen atau pakar dalam rangka menunjang materi pokok suatu bidang ilmu yang diajarkan (Muslich, 2010; Sitepu, 2012; Utama 2014). Sejalan dengan itu, Arifin dan Kusrianto (2009). Mengemukakan bahwa buku ajar

disusun dengan alur dan logika sesuai dengan rencana pembelajaran, sesuai kebutuhan belajar mahasiswa, dan disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran atau kompetensi tertentu.

Buku ajar atau buku teks memiliki perbedaan dengan buku referensi. Arifin dan Kusrianto (2009) menjelaskan bahwa buku referensi Buku referensi ditulis dengan mengikuti alur dan struktur logika bidang keilmuan (scientific oriented). Isi buku referensi disusun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dosen bersangkutan atau hasil penelitian orang lain yang relevan dengan bidang keilmuan tertentu. Buku referensi juga masih memerlukan pendampingan dan penjelasan-penjelasan dari dosen, karena memang struktur dan isinya tidak dirancang untuk kegiatan belajar secara mandiri. Bahasa buku referensi sangat formal, isinya mengandung banyak pemikiran atau konsep dasar bidang ilmu, dan bisa jadi merupakan hasil penelitian terkini.

Lebih lanjut, kedua ahli di atas juga menambahkan bahwa posisi buku referensi dalam kegiatan pembelajaran lebih digunakan sebagai rujukan untuk menyadarkan sebuah argumen, menggali pengertian baru, membandingkan sebuah konsep, dan sumber rujukan dalam penyusunan buku ajar. Buku referensi digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian dalam rangka tugas akhir bagi mahasiswa program S-1 dan D-3, menulis skripsi atau tesis bagi mahasiswa program S-2, dan menulis disertasi bagi mahasiswa program S-3. Perbedaan mengenai buku ajar dan buku referensi yang sudah dipaparkan dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 2.1: Perbedaan Buku Ajar dan Buku Referensi

Buku ajar Buku referensi

 Menimbulkan minat

pembacanya

 Mengasumsikan minat dari

pembacanya.  Ditulis dan dirancang untuk

digunakan oleh mahasiswa

 Ditulis terutama untuk digunakan oleh dosen/peneliti

 Dirancang untuk lingkungan sendiri

 Dirancang untuk dipasarkan luas

 Berdasarkan kompetensi  Tidak berdasar kompetensi

 Disusun berdasarkan pola

“belajar yang fleksibel”

 Disusun secara linier

 Strukturnya berdasarkan

kebutuhan mahasiswa dan

kompetensi akhir yang akan dicapai

 Strukturnya berdasarkan logika bidang ilmu (content)

 Berfokus pada pemberian

kesempatan bagi mahasiswa untuk berlatih (soal latihan)

 Belum tentu memberikan latihan (soal latihan)

 Mengakomodasikan kesukaran belajar mahasiswa

 Tidak mengantisipasi kesukaran belajar mahasiswa

 Selalu memberi rangkuman  Belum tentu memberikan

rangkuman

 Gaya penulisan komunikatif  Gaya penulisan naratif tetapi tidak fleksibel

 Kepadatan berdasarkan

kebutuhan mahasiswa

 Sangat padat  Dikemas dan digunakan dalam

proses pembelajaran

 Dikemas untuk acuan penelitian dan pembelajaran

 Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari mahasiswa (lembar kerja)

 Tidak mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari pembaca

 Menjelaskan cara mempelajari buku ajar

 Tidak memberi saran-saran cara mempelajari buku tersebut

*Dikutip lengkap dari buku “Menulis buku ajar dan buku referensi” yang ditulis oleh Arifin dan Kusrianto, 2009)

Buku ajar sekiranya memuat beberapa fungsi yang dapat membantu siswa atau mahasiswa dalam mmperoleh pengetahuan dan keterampilan mereka. Dalam hal ini, Greene dan Petty (Hanifah, 2014) merumuskan beberapa fungsi buku ajar, diantaranya; (1) Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern,

mengenai pembelajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pembelajaran yang disajikan; (2) Menyajikan suatu sumber pokok masalah, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa; (3) Menyesuaikan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi; (4) Menyajikan metode-metode dan sarana-sarana pembelajaran untuk memotivasi para siswa; (5) Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis; 6) Menyajikan bahan evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.

Selain itu, buku ajar juga memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh seorang guru atau pengajar. Sitepu (2012) mengemukakan bahwa bagi seorang guru, fungsi buku ajar dapat digunakan sebagai acuan dalam (1) membuat desain

pembelajaran, (2) mempersiapkan sumber-sumber belajar lain, (3)

mengembangakan bahan belajar yang kontekstual, (4) memberi tugas dan (5) menyusun bahan evaluasi. Fungsi-fungsi ini dapat diakomodasi melalui konten-konten buku ajar yang dirancang oleh guru atau pengajar.

Dalam penyusunan buku ajar, ada hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penulis buku ajar. Muslich (2014) mengemukakan bahwa penulisan buku ajar perlu ditulis dengan empat landasan yakni landasan keilmuan, landasan ilmu pendidikan dan keguruan, landasan kebutuhan siswa, dan landasan keterbacaan materi dan bahasa yang digunakan. Selain itu, buku ajar yang dirancang penulis harus mengacu pada (1) tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum, (2) kebenaran dan ketepatan informasi yang disampaikan berdasarkan disiplin

ilmu yang bersangkutan, kedalaman dan keluasan bahan pembelajaran yang dikaitkan dengan kemampuan yang perlu dicapai oleh mahasiswa, (4) metode pembelajaran yang sesuai untuk pencapaian pembelajaran serta (5) bahasa yang dipergunakan sesuai dengan kemampuan berbahasa siswa (Sitepu, 2012).

Buku ajar yang lengkap memiliki anatomi tersendiri. Pada umumnya buku ajar memiliki anatomi yang terdiri dari bagian luar buku ajar (kulit buku), bagian depan buku ajar (preliminarises), bagian isi buku ajar dan bagian akhir buku ajar (Arifin dan Kristanto, 2009; Sitepu 2012). Berikut pemaparannya masing-masing. 1. Bagian luar buku (kulit buku). Bagian luar buku ini terdiri atas tiga bagian

yakni cover depan, cover punggung dan cover belakang. Cover depan berisikan judul buku, subjudul, nama penulis atau pengarang, nama penerbit (jika diterbitkan), ilustrasi/gambar/foto, logo penerbit dan logo institusi. Cover punggung berisikan nama penulis atau pengarang, judul buku dan nama penerbit (jika diterbitkan). Cover atau sampu belakang berisi judul buku, subjudul, testimony atau endorsement oleh review atau peer group satu bidang keilmuan, sinopsis, biografi penulis, pembaca sasaran, nama dan alamat penerbit dan nomor ISBN.

2. Bagian depan buku ajar (Preliminaries). Bagian ini terdiri atas halaman perancis (halaman terdepan setelah cover berisi judul buku saja), halaman judul buku (halaman ini juga biasanya memuat nama penulis serta nama dan alamat penerbit, halaman hak cipta, halaman persembahan, halaman ucapan terima kasih, halaman daftar isi, halaman daftar tabel, halaman daftar gambar atau grafik, halaman daftar simbol atau lambang, halaman daftar singkatan, halaman

kata pengantar, halaman prakata (penerbit) dan halaman pendahuluan (berisikan informasi mengenai deskripsi mata kuliah, prasyarat mata kuliah (Jika ada), rencana pembelajaran, petunjuk penggunaan buku ajar bagi dosen dan mahasiswa, kompetensi atau capaian pembelajaran dan bentuk evaluasi atau umpan balik aktivitas belajar mahasiswa

3. Bagian isi buku ajar (Teks Matter) Bagian ini berisikan bab dan judul bab, deskripsi singkat bab, relevansi (menjelaskan peran ilmu atau kompetensi dimasyarakat, atau dapat juga dijelaskan dukungan ilmu terhadap perkembangan ilmu lain yang didukung oleh matakuliah ini), capaian pembelajaran (learning outcome), isi materi sesuai dengan judul bab, aktivitas atau dinamika kelas (contoh kasus dan penyelesaiannya, kertas kerja mahasiswa, latihan dan aktivitas lainnya yang dirancang dosen), rangkuman materi, tes formatif dan kunci jawaban, serta umpan balik dan tindak lanjut. 4. Pasca isi (Postliminaries). Bagian ini berisi halaman daftar pustaka, Epilog

(jika Ada), halaman daftar istilah atau glosarium (bila perlu), halaman catatan akhir, halaman lampiran-lampiran, halaman indeks (bila perlu) dan halaman biografi penulis.

Penelitian yang berfokus pada pengembangan buku ajar dalam sebuah bidang ilmu memang sudah banyak dilakukan. Salah satu penelitian mengenai buku ajar ini misalnya penelitian buku ajar yang dilakukan oleh Marta Susanti (2018) yang berjudul “Pengembangan Buku Ajar Penulisan Artikel Jurnal untuk Meningkatkan Kualitas Argumen pada Mahasiswa Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma”. Hasil pengembangan

menunjukan bahwa buku ajar yang dikembangkan layak digunakan serta berkontribusi pada kompetensi menulis argumen mahasiswa.

2.1.7 Multimedia

Salah satu upaya dalam mengoptimalkan pembelajaran Keterampilan Menyimak adalah dengan cara memanfaatkan multimedia. Vaugan (Sutopo, 2012) menjelaskan bahwa multimedia merupakan kombinasi teks, seni, suara, gambar, animasi, dan video yang disampaikan dengan komputer atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan dan/atau dikontrol secara interaktif. Lebih lanjut pakar ini mengemukakan bahwa terdapat tiga jenis multimedia, yaitu, 1) multimedia interaktif, pengguna dapat mengontrol apa dan kapan elemen-elemen multimedia akan dikirimkan atau ditampilkan, 2) multimedia hiperaktif, multimedia yang mempunyai suatu struktur dari elemen-elemen terkait dengan pengguna yang dapat mengarahkannya dan dapat dikatakan bahwa multimedia jenis ini mempunyai banyak tautan (link) yang menghubungkan elemen-elemen multimedia yang ada, 3) multimedia linear, pengguna hanya menjadi penonton dan menikmati produk multimedia yang disajikan dari awal hingga akhir.

Penggunaan multimedia dalam pendidikan mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Keistimewaan multimedia (Munir, 2012) antara lain (1) multimedia dalam pendidikan berbasis computer, (2) multimedia mengintegrasikan berbagai media (teks, gambar, suara, video dan animasi) dalam satu program secara secara digital, (3) multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik, (4) multimedia

memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan materi pelajaran. (5) Multimedia memberikan kemudahan mengontrol yang sistematis dalam pembelajaran. Keistimewaan ini yang membuat peserta didik tertarik belajar menggunakan multimedia.

Dalam situasi pembelajaran menyimak, jenis multimedia yang cocok digunakan adalah multimedia interaktif. Hofstetter (Waluyo, 2013) memberi definisi mengenai multimedia interaktif yaitu pemanfaatan komputer untuk menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak (video dan animasi) menjadi satu kesatuan dengan link dan tool yang tepat sehingga memungkinkan pemakai multimedia dapat melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. Presentasi multimedia interaktif juga lebih memberikan ruang kepada siswa untuk memahami isi presentasi yang disampaikan karena penyampaian presentasi terdapat operator (guru) sebagai pengontrol jalannya presentasi (Puspitosari, 2010)

Utami dan Nugroho (2013) memaparkan 3 tipe pemanfaatan multimedia pembelajaran. Pertama, multimedia digunakan sebagai sebagai salah satu unsur pembelajaran di kelas. Misalnya guru menjelaskan suatu materi melalui pengajaran di kelas atau berdasarkan suatu buku acuan, maka multimedia digunakan sebagai media pelengkap untuk menjelaskan materi yang diajarkan didepan kelas. Latihan dan tes pada tipe pertama ini tidak diberikan dalam paket multimedia melainkan dalam bentuk prit yang diberikan guru.

Kedua, multimedia digunakan sebagai materi pembelajaran mandiri. Pada tipe kedua ini multimedia mungkin saja dapat mendukung pembelajaran, dan

mungkin juga tidak. Berbeda dengan tipe pertama, pada tipe kedua ini kebutuhan pembelajaran dari pengguna dipenuhi seluruhnya di dalam paket multimedia. Artinya seluruh fasilitas bagi pembelajaran, termasuk latihan dan tes yang mendukung tujuan pembelajaran disediakan dalam paket. Ketiga, multimedia digunakan sebagai media satu-satunya di dalam pembelajaran. Dengan demikian, seluruh fasilitas pembelajaran yang mendukung tujuan pembelajaran juga telah disediakan di dalam paket ini. Paket semacam ini, seperti yang dijelaskan di muka, sering disebut CBL (Computer Based Learning)

Dalam multimedia, terdapat enam unsur kombinasi media. Keenam unsur itu antara lain teks, gambar, animasi, audio, video, dan link interaktif (Munir, 2012, Utami dan Nugroho, 2013). Berikut pemaparan tiap unsur dalam multimedia tersebut.

1. Teks, merupakan dasar dari pengolahan kata dan informasi berbasis multimedia. Multimedia menyajikan informasi kepada peserta (audience) dengan cepat, karena tidak diperlukan membaca secara rinci dan teliti.

2. Gambar, yang secara umum manusia sangat berorientasi pada visual dan gambar merupakan sarana yang baik dalam menyajikan informasi.

3. Animasi, yaitu pembentukan gerakan dari berbagai media atau objek yang divariasikan dengan gerakan transisi, efek-efek, juga suara yang selaras dengan gerakan gerakan animasi tersebut atau animasi merupakan penayangan fram-frame gambar secara cepat untuk menghasilkan kesan gerakan.

4. Audio, penyajian audio merupakan cara lain untuk lebih memperjelas pengertian suatu informasi. Contohnya narasi merupakan kelengkapan dari penjelasan yang dilihat melalui video. Suara dapt lebih menjelaskan karateristik gambar, misalnya music dan suara efek.

5. Video, merupakan media yang digunakan lebih lengkap, karena penyajian informasinya lebih komunikatif dibandingkan dengan gambar biasa. Video merupakan pemrosesan yang diperoleh dari kamera. Dalam video, informasi disajikan dalam kesatuan utuh dari objek yang dimodifikasi, sehingga saling mendukung penggambaran yang terlihat hidup.

6. Link interaktif sebagian dari multimedia adalah interaktif, dimana pengguna dapat menekankan mouse atau objek pada screen seperti button atau teks dan menyebabkan program melakukan perintah tertentu sesuai yang diinginkan pengguna.

Pada umumnya, perancangan multimedia dalam pembelajaran sudah banyak dilakukan. Salah satu contohnya penelitian Agus Purwanto (2016) yang berjudul “Multimedia Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Berbasis Animasi”. Berdasarkan hasil penelitiannya, produk multimedia berbasis animasi yang dikembangkan peneliti layak digunakan mahasiswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia baik di kelas maupun di luar kelas. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan multi media sebagai sumber belajar tidak hanya terbatas pada konteks pembelajaran di kelas saja, tetapi sebagai sumber belajar yang praktis digunakan di luar kelas.