KAJIAN PUSTAKA
6. Jenis-jenis menyimak
Kegiatan menyimak jika ditinjau dari intensitasnya terdiri dari menyimak ekstensif dan menyimak intensi. Menyimak ekstensif mengarah pada kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu tuturan, dan tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Fokus kegiatan terletak pada bagaimana penyimak memperoleh pokok utama dari apa yang disimak. Prinsip utama menyimak ekstensif yaitu mendorong kegiatan menyimak untuk kesenangan dan tanpa mewajibkan penyimak untuk menunjukkan tingkat pemahaman dari bahasa lisan yang diperoleh. Menyimak ekstensi terdiri dari beberapa jenis seperti menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, menyimak pasif (Field, 2008; Lucas, 2009; Rost, 2011; Tarigan, 2013). Berikut ini pemaparan masing-masing jenis menyimak ekstensif
a. Menyimak sosial. Jenis menyimak yang mengarah pada kegiatan menyimak yang berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian semua orang yang hadir (seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya). b. Menyimak sekunder. Jenis menyimak yang mengarah pada kegiatan
menyimak yang terjadi secara kebetulan dan secara ekstensif (seperti halnya Anda mendengar suara TV ketika sedang membaca, mendengar suara motor ketika berada dalam rumah, mendengarkan musik ketika sedang bercerita).
c. Menyimak estetika. Jenis menyimak yang mengarah pada kegiatan menyimak untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya ketika menyimak pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, syair lagu, dan sebagainya.
d. Menyimak pasif. Jenis menyimak yang mengarah pada kegiatan menyimak suatu bahasan tanpa upaya sadar tapi secara langsung berkontribusi terhadap pemahaman dan kemampuan berbahasa seseorang.
Berbeda dengan menyimak ekstensif, dalam menyimak intensif, lebih diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi atau dikontrol pada suatu hal tertentu. Menyimak intensif berkaitan erat dengan pemahaman mengenai isi pembicaraan dengan maksud memecahkan masukan atau pesan untuk tujuan analisis. Menyimak intensif menawarkan sebuah jalan untuk fokus belajar bahasa, yang merupakan aspek penting dari pemerolehan bahasa secara permanen sehingga menyimak intensif dapat digunakan secara tepat dalam pembelajaran bahasa. Penyimak juga terlibat secara seksama dalam memahami unsur-unsur kebahasaan mulai dari bunyi, kata, kalimat hingga maknanya.
Menyimak intensif terdiri dari enam jenis. Kenam jenis menyimak intensif ini antara lain menyimak kritis, menyimak konsentartif, menyimak kreatif, menyimak eksploratif, menyimak interogatif dan menyimak selektif (Lucas, 2009; Nation dan Newton, 2009; Rost, 2011; Hamouda, 2013; Tarigan, 2013; Arono 2014). Berikut ini pemaparan dari tiap-tiap jenis menyimak tersebut.
a. Menyimak kritis. Jenis menyimak untuk mengevaluasi pesan untuk tujuan menerima atau menolaknya dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat diterima akal sehat. Menyimak kritis dapat mempersiapkan siswa agar
menjadi pemikir independen, pemecah terbaik, dan membuat keputusan yang lebih baik.
b. Menyimak konsentratif. Jenis menyimak yang mengarah pada kegiatan menyimak dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan. Tujuannya adalah: a) mengikuti petunjuk-petunjuk; b) mencari hubungan antar unsur; c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam sutau komponen; d) mencari butir-butir informasi penting; e) mencari urutan penyajian bahan simakan; f) mencari gagasan utama bahan simakan.
c. Menyimak kreatif. Jenis menyimak yang dapat mengakibatkan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh sesuatu yang disimaknya. Jenis menyimak ini bertujuan mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas penyimak.
d. Menyimak eksploratif. Jenis menyimak yang mengarah pada kegiatan menemukan gagasan, informasi, topik atau isu dan unsur kebahasaan yang sifatnya baru.
e. Menyimak interogatif. Jenis menyimak yang mengarah pada pemerolehan informasi dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan informasi yang diterima penyimak. Paparan dan jawaban pembicara akan menuntun penyimak untuk memperbanyak informasi dari topik yang dibahas.
f. Menyimak selektif. Jenis menyimak yang mengacu pada kegiatan menyimak dengan tujuan yang terencana untuk pengumpulkan informasi spesifik karena
hanya merujuk hal-hal utama yang ingin di simak. Penyimak hanya terfokus pada informasi-informasi penting yang dibutuhkan.
2.1.2 Autentisitas
Pandangan mengenai autentisitas dikembangkan pada 1970-an dari orientasi komunikatif terhadap pengajaran bahasa. Idenya adalah bahwa "teks hidup", tidak seperti rekan pedagogis mereka yang dibuat, memberikan paparan yang berarti terhadap bahasa karena sebenarnya digunakan di dunia nyata (Wilson 2008). Gagasan autentisitas kemudian masuk dalam bidang pembelajaran dan pengajaran bahasa didukung oleh "hipotesis" Krashen untuk pemerolehan bahasa kedua yang mengklaim bahwa manusia memperoleh bahasa dengan memahami pesan atau menerima masukan yang komprehensif.
Gagasan mengenai autentisitas ini kemudian menjadi perhatian penting dalam dunia pendidikan. Breen (Guariento & Morley, 2001) menghubungkan autentisitas teks, keterlibatan peserta didik dengan teks, tugas belajar bahasa berdasarkan teks, dan situasi sosial kelas sebagai lingkungan belajar bahasa. Proses belajar bahasa dimaksudkan bertujuan untuk mengembangkan pribadi yang mampu secara otonom berpartisipasi dalam kompetensi, serta terlibat langsung dalam praktek-praktek budaya di masyarakat.
Karakteristik kegiatan autentik dalam lingkup pembelajaran tampak pada relevansi pembelajaran di kelas dengan kehidupan nyata peserta didik. Oliver dkk (2004) juga telah mengidentifikasi karakteristik lainnya dalam kegiatan yang didasari oleh tinjauan literature berbagai penelitian.Karakteristik ini terdiri dari:
(1) kegiatan autentik yang jelas, membutuhkan siswa untuk menentukan tugas dan sub-tugas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas; (2) Kegiatan autentik terdiri tugas-tugas kompleks untuk diselidiki oleh siswa selama periode waktu yang berkelanjutan; (3) Kegiatan autentik memberikan kesempatan bagi siswa untuk memeriksa tugas dari perspektif yang berbeda, menggunakan berbagai sumber; (4) Kegiatan autentik memberikan kesempatan untuk berkolaborasi; (5) Kegiatan autentik memberikan kesempatan untuk merefleksikan pembelajaran; (6) Kegiatan autentik dapat diintegrasikan dan diterapkan di seluruh bidang studi yang berbeda dan mengarah melampaui hasil kajian yang spesifik; (7) Kegiatan autentik terintegrasi dengan penilaian; (8) Kegiatan autentik menciptakan produk berharga bagi kehidupan peserta didik; (9) Kegiatan autentik memungkinkan solusi dan keragaman hasil.
Dalam kajian literatur, autentisitas terfokus pada tiga elemen yang memeiliki sifat-sifat autentik. Ketiga elemen pembelajaran ini seperti materi autentik, tugas autentik dan penilaian autentik. Ketiga elemen ini saling berhubungan dan mempengaruhi pencapaian dan tujuan pembelajaran. setiap elemen ini juga memiliki kontribusi pada kompetensi-kompetensi peserta didik yang dapat diaplikasikan pada lingkup keidupan nyata.