HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Kebutuhan pembelajaran Keterampilan Menyimak
Kebutuhan pembelajaran Keterampilan Menyimak diperoleh melalui metode observasi, studi dokumen, wawancara dan penyebaran kuesioner. Observasi digunakan untuk menganalisis kebutuhan melalui pengamatan langsung dalam pembelajaran Keterampilan Menyimak di kelas. Studi dokumen digunakan untuk menelaah dokumen yang menunjang pembelajaran atau dokumen-dokumen yang terarsip dari hasil kegiatan pembelajaran. Wawancara digunakan peneliti untuk menemukan kebutuhan prodi dan dosen pengampu dan model produk yang dikembangkan untuk pembelajaran Keterampilan Menyimak. Kueisoner
digunakan peneliti untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan mahasiswa mengenai model produk yang dibutuhkan dalam pembelajaran ini.
Pengumpulan informasi melalui beberapa metode tersebut menggunakan instrumen lembar observasi, lembar studi dokumen, pedoman wawancara dan kuesioner. Instrumen-instrumen ini sebelum digunakan sudah terlebih dahulu di validasi oleh ahli baik dari segi teknis, isi atau substansi maupun dari segi kebahasaan (instumen dan hasil validasi instrumen terlampir). Validasi isi intrumen penelitian dilakukan oleh Bapak Markus Budiarjo, M.Ed. Ed.D., validasi teknis instrument dilakukan oleh Bapak Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntanto, S.Pd., M.Si., dan Validasi kebahasaan insturmen penelitian dilakukan oleh Dr. B Widharyanto M.Pd. Hasil validasi dari ketiga validator ini pada umumnya menunjukan bahwa instrumen penelitian layak digunakan dengan revisi sesuai masukan dari masing-masing validator.
1. Observasi.
Kegiatan observasi yang dilakukan peneliti sebanyak tiga kali perkuliahan Keterampilan Menyimak pada dua kelas yang berbeda. Observasi yang dilakukan peneliti merupakan representasi 2 tahap dalam model pengembangan Dick dan Carry (Tegeh, 2014) yaitu kegiatan (1) menganalisis pembalajaran dan (2) menganalisis pembelajar dan konteksnya. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dalam pembelajaran. Kegiatan observasi ini juga merupakan salah satu kegiatan dalam menemukan masalah seperti yang dimaksudkan pada tahap 1 model pengembangan Sugiono (2015).
Pada kegiatan observasi, peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran dan prilaku mahasiswa di kelas. Adapun aspek-aspek yang terdapat pada lembar observasi peneliti antara lain aspek-aspek aktivitas pembelajaran, mahasiswa, dan media pembelajaran. Tujuan kegiatan observasi ini yaitu manarik kesimpulan mengenai kebutuhan dalam pembelajaran Keterampilan Menyimak. Kebutuhan-ini yang nantinya juga membantu peneliti dalam mengembangkan produk penelitian.
Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data observasi ini adalah teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (1992). Teknik analisis data ini dilakukan dengan tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan peneliti dengan menyederhanakan dan mengabstraksi data kasar yang ditemukan dalam kegiatan perkuliahan Keterampilan Menyimak ke dalam bentuk tabel (lembar observasi terlampir). Data-data hasil observasi ini juga dibuat pengkodean sesuai dengan banyaknya kegiatan observasi yang dilakukan peneliti. Tujuannya agar data yang didapatkan peneliti dapat disajikan dengan seksama sehingga membantu memudahkan peneliti dalam menarik kesimpulan.
Hasil observasi kelas menunjukan bahwa terdapat lima masalah yang terjadi pada saat proses pembelajaran Keterampilan Menyimak berlangsung. Masalah-masalah yang peneliti temukan antara lain; pertama, dosen belum memaksimalkan penyajian materi autentik (Butir 6). Kedua, pemberian tugas autentik belum dimaksimalkan dalam pembelajaran (butir7, dan 8) karena dosen lebih memfokuskan pada tugas pemahaman mengena teori yang dipelajari; Ketiga,
penilaian proses sebagai bentuk dari penilaian autentik belum dimaksimalkan dosen dalam mengapresiasi kegiatan belajar mahasiswa; Keempat, capaian pembelajaran akhir pada tiap perkuliahan belum maksimal (butir 11) karena beberapa mahasiswa yang masih kesulitan dalam menanggapi pertanyaan lisan dosen. Kelima, pembelajaran dikelas kurang kondusif pada saat pembelajaran (butir 13).
Selain itu, pada aspek prilaku mahasiswa, terdapat beberapa mahasiswa yang masih sibuk sendiri ketika dosen atau temannya memberikan penjelasan di kelas. Mahasiswa juga kurang termotivasi dalam menyimak penjelasan yang sifatnya teoretis. Mahasiswa lebih antusias ketika mereka sendiri yang lebih aktif memaparkan topik tertentu (butir 14, dan 15). Mahasiswa lebih antusias dalam menyimak bahan simakan berupa video yang berisi hal-hal baru yang terjadi di sekitar mereka (butir 17).
Peneliti juga mengamati objek berupa media yang digunakan dalam pembelajaran menyimak seperti buku/modul/diktat dan media audiovisual. Dalam hal ini, buku/modul/diktat tidak digunakan dalam aktivitas pembelajaran. Selain itu, penggunaan media yang pendunkung dalam pembelajaran Keterampilan Menyimak lebih dominan menggunakan Power Point dan Video simakan. Media berbasis teknologi lainnya belum tampak digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan masalah-masalah yang di temukan tersebut, ada empat poin yang menjadi kesimpulan peneliti yaitu: (1) Pembelajaran menyimak membutuhkan materi, tugas dan penilaian autentik dalam mengoptimalkan kompetensi mahasiswa; (2) Mahasiswa lebih antusias ketika pembelajaran lebih berpusat pada mereka dan mereka lebih menyukai bahan simakan dalam bentuk
video; (3) pembelajaran menyimak membutuhkan buku ajar sebagai buku pegangan dan sumber belajar dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, serta mampu membingkai kebutuhan materi tugas dan penilaian; (4) pembelajaran menyimak membutuhkan media pembelajaran baru yang dapat diakses dan digunakan dengan mudah baik oleh dosen maupun mahasiswa.
2. Studi dokumen
Peneliti juga melakukan studi dokumen dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran. Studi dokumen yang dilakukan peneliti sebagai bentuk representasi tahapan Dick dan Carry (Tegeh, 2014) yaitu menganalisis pembelajaran. Dalam kegiatan ini, peneliti mencoba menemukan kebutuhan pembelajaran menyimak dari beberapa dokumen yang ada. Dokumen yang di kaji peneliti terdiri dari 1) Rencana Pembelajaran Semesteran (RPS), 2) buku acuan atau buku referensi, dan 3) hasil pengerjaan tugas mahasiswa.
Teknik analisis data studi dokumen ini menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman (1992). Alur yang digunakan dalam Teknik analisis ini terdiri dari reduksi, penyajian data, dan penarikan. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah dan menyimpulkan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran Keterampilan Menyimak dari hasil studi dokumen berupa Rancangan Pembelajaran Semesteran (RPS), buku rujukan yang digunakan dan hasil pengerjaan tugas mahasiswa. Dalam studi dokumen, peneliti mereduksi data dalam bentuk tabel yang terdiri dari kolom jenis dokumen, butir pernyataan, kategori pilihan (Ya dan tidak) dan keterangan yang menjelaskan pilihan peneliti. Reduksi ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam penarikan kesimpulan.
Hasil studi dokumen (data terlampir) berupa RPS menunjukan bahwa terdapat lima masalah. Pertama, rumusan capaian kompetensi mahasiswa tidak sampai pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (butir 4). Kemampuan berpikir tingkat tinggi jika mengacu pada taksonomi Bloom revisi Anderson dan Krathwolh (2010) dimulai dari tingkat menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6). Dalam rancangan RPS, rumusan capaian pembelajaran hanya sampai pada tingkat memahami (C2) pada tiap bahan kajian pembelajaran.
Kedua, rumusan capaian pembelajaran tidak mengarah pada realisasi keeterampilan menyimak di lingkungan masyarakat (butir 5). Hal ini dikarenakan pada umumnya rumusan capaian mata kuliah ini terbatas pada konteks pembelajaran saja. Jika mengacu paduan perumusan CPMK dan sub-CPMK menurut Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (2016) salah satu unsur dalam perumusan capaian pembelajaran harus bersifat realistik, yakni kemampuan atau kompetensi realistis yang dapat dicapai oleh mahasiswa, baik dalam konteks pembelajaran maupun dalam masyarakat. Hal ini menjadi masalah sekaligus informasi kebutuhan pembelajaran Keterampilan Menyimak dalam merumuskan kembali capaian pembelajaran khsusnya yang dapat diterapkan dalam situasi di lingkungan masyarakat.
Ketiga, rumusan capaian pada masalah kedua sebelumnya memberi dampak pada pengalaman belajar (butir 11), dan bentuk penilaian hasil belajar mahasiswa (butir 20). Rancangan pengalaman belajar mahasiswa terbatas pada pengalaman belajar di kelas karena pada dasarnya tujuan pembelajaran yang dirancang hanya
sebatas pada pemahaman teoritis yang diaplikasikan melalui aktivitas-aktivitas pembelajaran tanpa mendeskripsikan pengalaman belajar yang mereka terapkan dari keterampilan menyimak dalam masyarakat. Rancangan tugas perkuliahan (RTP) pun demikian yang pada umumnya masuk dalam bentuk tugas yang diperuntukan untuk mengetahui pemahaman teoritis mahasiswa. Rancangan tugas belum mengakomodasi bentuk tugas autentik. Mishan (2005) yang mengemukakan bahwa tugas bersifat autentik jika menyangkut relevansi dunia nyata. Tugas autentik harus mempertimbangkan kelayakan dan keberlanjutan tujuan belajar saat digunakan dengan mahasiswa di luar kelas.
Keempat, rubrik penilaian tidak mampu mengukur semua aktivitas pembelajaran yang dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap proses belajar mahasiswa sebagaimana yang telah ditetapkan pada Permenristek Dikti (2015) tentang standar penilaian pembelajaran pasal 22 ayat 3 mengenai prinsip autentik dalam penilaian pembelajaran. Prinsip Autentik yang dimaksud berupa penilaian yang berorientasi pada proses belajar yang berkesinambungan dan hasil belajar yang mencerminkan kemampuan mahasiswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Kelima, kurangnya sumber-sumber referensi yang digunakan dalam pembelajaran Keterampilan Menyimak (butir 21). Sumber referensi yang digunakan dalam perkuliahan ini sangat minim (4 sumber) dan kebaruan sumber yang digunakan pada sebagian sumber sudah ketinggalan zaman. Hal ini menjadi salah satu kebutuhan perkuliahan ini dalam menggunakan sumber-sumber
informasi dan referensi guna menjamin kebaruan ilmu yang dipelajari oleh mahasiswa dalam perkuliahan ini.
Peneliti juga melakukan studi dokumen terhadap buku yang digunakan dalam perkuliahan ini berdasarkan daftar referensi yang digunakan pada rancangan RPS. Buku yang dijadikan acuan ialah buku referensi. Buku yang menjadi referensi mahasiswa hanya mengakomodasi teori yang digunakan sehingga tujuan buku refrensi dan tujuan capaian pembelajaran berbeda (butir 23). Buku referensi juga tidak menyediakan teks/contoh/ilustrasi autentik (butir 24) yang berhubungan dengan kehidupan mahasiswa, bentuk tugas yang mampu mengukur keterampilan menyimak mahasiswa (butir 27, 28, 29) serta bentuk penilaian yang mengukur kompetensi mahasiswa.
Peneliti juga menemukan dua masalah dalam kegiatan analisis dokumen berupa hasil pengerjaan tugas mahasiswa. Pertama, mahasiswa kurang memperhatikan ejaan dan tata Bahasa. Hal ini dikarenakan petunjuk teknis penggunaan ejaan dan tata Bahasa yang belum di tekankan pada RTP atau juga dipengaruhi minimnya pengetahuan dan kesadaran mahasiswa terkait sistem penulisan ejaan dan tata Bahasa. Kedua, adanya inkonsistensi tugas yang dirancang pada RTP dan hasil tugas mahasiswa. Masalah inkonsistensi ini dikonfirmasi kembali pada saat wawancara dengan dosen pengampu.
Berdasarkan masalah-masalah yang ditemukan dalam studi dokumen, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pembelajaran Keterampilan Menyimak membutuhkan modifikasi RPS seperlunya dengan mengacu pada RPS perkuliahan Keterampilan Menyimak yang telah ada. Dalam hal ini, peneliti juga memodifikasi
RPS perkuliahan sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian pengempangan ini. Selain modifikasi RPS, pembelajaran Keterampilan Menyimak membutuhkan buku ajar sebagai buku pegangan mahasiswa dalam pembelajaran Keterampilan Menyimak. Buku ajar ini nantinya mengakomodasi materi ajar, tugas dan bentuk penilaiannya.
3. Wawancara
Kebutuhan pembelajaran menyimak juga diperoleh melalui metode wawancara. Wawancara dilakukakan kepada Kaprodi PBSI dan Dosen Pengampu Mata Kuliah Keterampilan Menyimak. Tujuan wawancara untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan Program studi dan kebbutuhan dosen pengampu mengenai produk dikembangkan peneliti yang dapat berkontribusi pada pemebalajaran Keterampilan Menyimak. Berikut pemaparannya masing-masing.
a. Wawancara Kaprodi PBSI, USD.
Wawancara Kaprodi bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kebutuhan-kebutuhan program studi PBSI terhadap pembelajaran Keterampilan Menyimak. Dalam hal ini, peneliti menggunakan lembar pedoman wawancara dengan total pertanyaan sebanyak 21 butir pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini terdiri atas pertanyaan-pertanyaan konfirmatif dan pertanyaan terkait kebutuhan. Pertanyaan konfirmatif dimaksudkan untuk mengkonfirmasikan kembali temuan-temuan informasi dari hasil penarikan kesimpulan pada kegiatan studi dokumen guna membantu peneliti memodifikasi Rencana pembelajaran berdasarkan pendekatan yang digunakan peneliti, sedangkan pertanyaan-pertanyaan kebutuhan
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mengenai model produk yang dikembangkan peneliti.
Dalam menganalisis hasil wawancara, peneliti menggunakan Teknik analisis model Miles dan Huberman (1992). Teknik analisis model Miles dan Huberman terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan peneliti dengan mengolah transkrip wawancara ke dalam bentuk tabel yang terdiri atas nomor, daftar pertanyaan dan jawaban narasumber. Selanjutnya peneliti menyajikan data hasil reduksi untuk membantu peneliti menarik kesimpulan terkait kebutuhan kebutuhan program studi terhadap pembelajaran Keterampilan Menyimak (data wawancara Kaprodi terlampir).
Berdasarkan hasil analisis data wawawancara kaprodi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemetaan kurikulum Prodi PBSI mengenai Mata Kuliah Keterampilan Menyimak didasari oleh hasil asosiasi dan rapat prodi (butir 1). Pemetaan pembelajaran keterampilan ini dirancang dalam bahan kajian yang berbeda tetapi tidak diajarkan secara terpisah (butir 5). Dalam struktur kurikulum baru, perkuliahan Keterampilan Menyimak dirancang dalam satu mata kuliah dengan bobot 3 SKS pada satu semester. Hal ini didasari pertimbangan bahwa keterampilan menyimak tidak sekompleks keterampilan berbahasa lainnya (butir 2, dan 8). Tantangan dalam pembelajaran Keterampilan Menyimak adalah waktu dan koreksi. Program studi memiliki pedoman penilaian untuk tugas yang sama dari dosen yang berbeda, hanya saja penerapannya di kelas berbeda (butir 9).
Selain itu, hasil wawancara Kaprodi menunjukan bahwa terdapat beberapa kebutuhan program studi terkait Pembelajaran Keterampilan Menyimak. Program studi membutuhkan Buku ajar dengan merujuk pada RPS yang sudah ada (butir 10, 11 dan 14). Kriteria khusus mengenai buku ajar yang dibutuhkan program studi sendiri belum ada tetapi buku ajar yang diperlukan mampu mengakomodasi capaian atau kompetensi menyimak mahasiswa (butir 12 dan 13). Rumusan capaian pembelajaran Keterampilan Menyimak perlu mengacu pada capaian lulusan program studi serta mengacu pada RPS matakuliah yang telah dirancang (butir 3, dan 6). Selain itu, bobot persentase untuk teori sebanyak 30 % dan praktik sbesar 70 % dalam pembelajaran keterampilan berbahasa.
Dalam buku ajar yang dikembangkan, materi ajar yang dirancang harus sesuai RPS dan materi ajar yang mampu menarik minat dan antusias mahasiswa (butir 15). Jumlah tugas yang ditentukan juga idealnya tiap pertemuan (butir 16). Begitupula dengan sistem penilaian yang mengacu pada penilaian proses (butir 17). Kaprodi juga setuju dengan pengembangan buku ajar berdasarkan pendekatan autentik yang baik dalam aspek materi, tugas, dan penilaian tetapi dengan catatan bahwa perlu memperhatikan kriteria autentik seperti kebaruan (butir 18, dan 19).
Hasil wawancara kaprodi juga menunjukan bahwa pembelajaran Keterampilan Menyimak membutuhkan media pembelajaran yang dapat menunjang kompetensi menyimak mahasiswa. Kebutuhan media ini terkait model media pembelajaran yang dapat digunakan secara mandiri oleh mahasiswa (butir 20). Kompetensi khusus mahasiswa terkait media belum menjadi tuntutan program
studi karena fokus capaian kompetensi lebih mengarah pada keterampilan menyimak (butir 21).
b. Wawancara dosen pengampu.
Kegiatan pengumpulan data juga peneliti lakukan dengan mewawancarai dosen pengampu mata kuliah keterampilan menyimak. Tujuan wawancara dosen pengampu matakuliah adalah untuk mendapatkan informasi kebutuhan mengenai produk yang dikembangkan oleh peneliti. Selain itu, wawancara ini dilakukan untuk mengkonfirmasi data yang peneliti dapatkan dalam kegiatan observasi kelas. Wawancara dosen pengampu mata kuliah keterampilan menyimak ini dilakukan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara. Pedoman wawancara dosen pengampu ini sebanyak 25 butir pernyataan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data wawancara ini menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Huberman (Miles dan Huberman, 1992: 16). Teknik analisis ini terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan peneliti dengan mengolah data mentah yang didapatkan kegiatan wawancara bersama narasumber ke dalam bentuk tabel yang terdiri atas nomor pertanyaan, daftar pertanyaan dan jawaban narasumber. Selanjutnya peneliti menyajikan data dengan tujuan membantu peneliti menarik kesimpulan terkait kebutuhan dosen pengampu terhadap pembelajaran Keterampilan Menyimak (data terlampir).
Berdasarkan hasil wawancara dosen pengampu mata kuliah, terdapat empat kebutuhan dalam pembelajaran keterampilan menyimak. Pertama, pada aspek materi ajar, dosen pengampu membutuhkan sajian materi yang utuh karena
pembelajaran sebelumnya menyajikan materi secara tebatas dengan mengunakan media tertentu (butir 5). Ragam Bahasa yang digunakan dalam sajian materi juga mengarah pada ragam bahasa formal dan semi formal untuk beberapa hal yang dipertimbangkan (butir 6). Kebutuhan contoh dan ilustrasi dalam materi ajar perlu dihadirkan agar mudah dipahami dan sekiranya contoh dan ilustrasi itu memuat permasalahan-permasalahan nyata yang ada dimasyarakat (butir 7, 8 dan 9). Dosen pengampu juga membutuhkan materi autentik karena dianggap lebih menarik bagi mahasiswa dan berpengaruh pada kompetensi dan motivasi mahasiswa (butir 10).
Kedua, dosen pengampu membutuhkan tugas yang mampu mengakomodasi ketercapaian kompetensi menyimak mahasiswa. Bentuk tugas yang diberikan bervariasi agar dapat mengukur keterampilan dan sikap mereka baik secara kelompok maupun individu (butir 11). Rancangan tugas yang dibutuhkan sekiranya juga dapat memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan, karena pada umumnya sikap mahasiswa dalam merespon tugas kurang baik (butir 13). Kebutuhan tugas autentik juga diperlukan karena menjadi hal positif dalam memotivasi mahasiswa, misalnya seperti menyimak pergelaran sastra yang telah dilakukan mahasiswa sebelumnya (butir 14).
Ketiga, pada aspek penilaian, dosen pengampu membutuhkan variasi bentuk penilaian yang dapat mengukur pencapaian mahasiswa. Dalam merancang sistem penilaian, sekiranya ada berbagai bentuk variasi penilaian baik penilaian pada tugas proyek, tugas kelompok maupun tugas individu (butir 15). Penilaian yang diberikan juga sekiranya disertai umpan balik untuk merefleksikan kemampuan mahasiswa (butir 16). Bentuk-bentuk penilaian autentik juga
diperlukan karena dengan bentuk penilaian autentik sekiranya dapat menilai proses belajar mahasiswa, bukan sekedar hasil akhir yang diperoleh mahasiswa dalam perkuliahan keterampilan menyimak (butir 17).
Keempat, Produk buku dan media dibutuhkan oleh dosen pengampu. Kebutuhan dosen pengampu mengenai buku ajar memiliki kriteria yang lengkap dan tertata dengan baik. Cakupan isi buku ajar juga harus lengkap dan tentunya sesuai dengan aturan penulisan buku ajar. Dalam hal ini, dosen pengampu setuju apabila buku ajar dikembangkan menggunakan pendekatan autentik. Selain buku ajar, media pembelajaran yang dibutuhkan dosen pengampu berupa media yang mampu menarik perhatian mahasiswa (butir 25). Hal ini dikarenakan pada pembelajaran keterampilan menyimak sebelumnya, media yang cendrung digunakan hanya berupa video simakan dan lebih dominan menggunakan power point (butir 21, dan 22). Media berupa video simakan ini cukup diminati mahasiswa dan cukup efektif bagi mahasiswa (Butir 23, dan 24)
4. Kuesioner
Kebutuhan pembelajaran keterampilan menyimak juga diperoleh melalui penyebaran kuesioner pada mahasiswa. Kuesioner yang disebarkan peneliti merupakan kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban terbatas. Hal ini dikarenakan jumlah reponden terbilang cukup “banyak”. Peneliti ingin melihat rata-rata tanggapan keseluruhan mahasiswa terhadap model produk yang ditawarkan peneliti dalam tiap butir pernyataan kuesioner. Dengan demikian, peneliti dapat mentekan model peroduk yang dikembangkan.
Teknik analisis yang digunakan dalam analisis tanggapan kebutuhan mahasiswa melalui kuesioner tertutup ini menggunakan teknik Weigh Mean Skor (Sudjana, 2005). Teknik perhitungan ini dilakukan dengan melihat kecendrungan rata-rata pilihan keseluruhan mahasiswa pada setiap butir pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Langkah-langkah perhitungan dengan teknik analisis ini adalah 1) memberikan bobot nilai sesuai dengan pilihan mahasiswa, 2) menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih, 3) Menjumlah nilai yang dipilih responden pada tiap pernyataan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian dikalikan dengan bobot pilihan itu sendiri, 4) Menghitung nilai rata-rata setiap butir pernyataan dan 5) menentukan kriteria pengelompokan berdasarkan rata-rata yang diperoleh. Berikut rekapitulasi hasil analisis tanggapan kebutuhan mahasiswa pada seuruh item pernyataan.
Tabel 4.1: Perhitungan tanggapan kebutuhan mahasiswa pada keseluruhan item pernyataan
*Keterangan: SS= Sangat Setuju; S= Setuju; TS= Tidak Setuju; STS= Sangat Tidak Setuju * Data lengkap rekapitulasi dan pengisian kuesioner (terlampir)
*Tabel ini di salin dari format file excel
Data pada Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa secara keseluruhan mahasiswa sangat setuju dengan model yang ditawarkan peneliti. Adapun model produk ini terdiri dari aspek materi, aspek tugas, aspek penilaian dan aspek media
No Pilihan Rata-rata Total Rata-rata Kategori
Butir STS TS S SS STS (1) TS (2) S (3) SS (4) 1 2 6 33 37 2 12 99 148 261 3.35 Sangat Setuju 2 0 0 30 48 0 0 90 192 282 3.62 Sangat Setuju 3 2 6 40 30 2 12 120 120 254 3.26 Sangat Setuju 4 0 0 23 55 0 0 69 220 289 3.71 Sangat Setuju 5 0 1 39 38 0 2 117 152 271 3.47 Sangat Setuju 6 0 1 40 37 0 2 120 148 270 3.46 Sangat Setuju 7 0 11 27 40 0 22 81 160 263 3.37 Sangat Setuju 8 9 34 22 13 9 68 66 52 195 2.50 Tidak Setuju … … … … … … … … … … … … 30 0 0 38 40 0 0 114 160 274 3.51 Sangat Setuju
pembelajaran. Pada aspek materi, mahasiswa membutuhkan materi dengan kriteria bahasa yang mudah di pahami (butir 1), disajikan secara runtut (butir 2), disertai dengan grafik/bagan/diagram (butir 3), disajikan dengan media yang menarik (butir 4), materi ajar yang memuat isu-isu hangat dimasyarakat dan relevan dengan kehidupan mahasiswa (butir 5, dan 6), dan disertai gambar nyata (butir 7). Sumber video simakan dalam materi ajar dipertimbangkan (butir 9) serta materi ajar dalam bentuk lagu, tidak begitu diminati (butir 8) sehingga tidak diakomodasi oleh peneliti dalam rancangan materi ajar pada produk yang akan dikembangkan.
Pada aspek tugas, mahasiswa membutuhkan tugas dengan kriteria antara lain sesuai dengan materi pembelajaran (butir 10, dan 11), petunjuk tugas jelas (butir 12), tugas sesuai dengan capain yang diharapkan (butir 13), tugas mengeksplorasi lingkungan sekitar dan budaya tertentu (butir 15, dan 16), tugas menyimak lebih mengarah pada kegiatan menyimak hal konkrit daripada abstrak yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi disekitar lingkungan (butir 17 dan 14) dan tugas menyimak yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat (butir 19). Tugas membuat video dipertimbangkan (butir 14) karena masuk dalam kategori “diterima” sehingga belum dapat dipastikan apakah diakomodasi dalam rancangan tugas pembelajaran.
Pada aspek penilaian, mahasiswa membutuhkan model penilaian yang terdiri terdiri dari kejelasan penilaian yang dipaparkan (butir 20), penilaian yang sesuai dengan materi dan tugas yang diberikan (butir 21), penilaian yang lebih mengarah pada penilaian proses (butir 22), penilaian praktik dibandingkan penilaian teoritis (butir 23), dan penilaian yang disertai umpan balik (butir 24).
Model penilaian tersebut menjadi dasar pengembangan bentuk penilaian dalam produk yang dikembangkan peneliti. Kebutuhan penilaian ini juga diakomodasi melalui rubrik penilaian.
Pembelajaran keterampilan menyimak juga membutuhkan media pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa. Media yang dibutuhkan mahasiswa antara lain terdiri dari beberapa variasi media (butir 25), media dapat diakses atau digunakan dengan mudah (butir 26) media yang terdiri dari kolaborasi video, audio, teks, animasi dan juga gambar (butir 27) media yang menggunakan gambar autentik (butir 28), media yang mengakomodasi tugas (butir 29) dan media yang dapat mengakomodasi penilaian (butir 30)