• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

1. Materi autentik

Salah satu elemen penting dalam autentisitas dalam pembelajaran adalah teks atau materi autentik. Materi autentik (Guariento & Morley, 2001; Nunan, 2001; Jacobson dkk, 2003; Berardo, 2006; Polio, 2014), merupakan teks yang diciptakan untuk memenuhi beberapa tujuan sosial dalam masyarakat, dirancang

untuk menyampaikan pesan nyata, tidak dibuat untuk tujuan belajar bahasa dan dengan cara berbahasa yang akan digunakan dalam kehidupan peserta didik di luar kelas mereka. Selanjutnya Richards (2001) mengacu pada penggunaan pengajaran teks, foto, pilihan video, dan sumber pengajaran lainnya yang tidak disiapkan secara khusus untuk tujuan pedagogis. Materi autentik dirancang untuk tujuan komunikasi tertentu dalam masyarat sesuai dengan konteks kehidpan yang terjadi.

Apabila materi autentik mengacu pada definisi kedua dari Richard, maka dapat dikatakan bahwa materi autentik terdiri dari bentuk teks, foto, video, audio dan sumber pengajaran lainnya. Sejalan dengan itu, Maroko (2010) mengkalsifikasi materi autentik ke dalam beberapa jenis diantaranya materi audio, visual dan cetak. Materi audio melibatkan peserta didik yang dapat didengarkan. Jenis materi audio ini dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk. Pertama program televisi termasuk iklan, kuis acara, talk show interaktif, kartun, berita, dan laporan ramalan cuaca. Kedua, program radio termasuk wawancara, talk show interaktif, dan iklan radio. Ketiga melibatkan percakapan yang direkam, termasuk percakapan telepon satu sisi, rapat, cerpen, puisi dan novel.

Materi visual berhubungan dengan materi yang dapat dilihat peserta didik. Ini termasuk foto, lukisan dan gambar, karya seni anak-anak, rambu jalan tanpa kata, gambar dari majalah, dan buku bergambar tanpa kata-kata. Teks fungsional yang dapat diilustrasikan dengan bahan-bahan ini meliputi rambu-rambu jalan, pemberitahuan, petunjuk arah, petunjuk, peringatan, deskripsi, teks ekspositori, tabel waktu, dan laporan sinar-X.

Jenis ketiga dari materi autentik berupa materi cetak. Materi autentik jenis ini termasuk surat kabar (artikel, ulasan film, iklan, kolom astrologi, laporan olahraga, kolom, panduan TV, resep, petunjuk arah, pemberitahuan, dll.), Menu restoran, direktori, notulen rapat, memoranda, buku harian, brosur informasi turis, panduan perjalanan, kartu ucapan, surat, papan reklame, poster, jadwal bus, dan formulir (formulir riwayat medis, formulir aplikasi, formulir pajak, dll.). Produksi teks fungsional seperti artikel surat kabar, menu, jadwal bus, panduan perjalanan dapat difasilitasi oleh bahan cetak.

Materi autentik memiliki peran penting dalam pembelajaran di kelas. Mishan (2005) mengklaim bahwa alasan pedagogis utama untuk menggunakan materi autentik dalam pengajaran Bahasa berasal dari budaya, mata uang dan tantangan. Lebih lanjut pakar ini menjelaskan bahwa budaya dalam teks autentik itu menggabungkan dan mewakili budaya penutur bahasa target. Mata uang dalam teks autentik menawarkan topik dan bahasa dalam penggunaan saat ini, dan juga yang relevan bagi peserta didik. Tantangan, karena teks autentik secara intrinsik lebih menantang namun dapat digunakan pada semua tingkat kemahiran. Selain itu, Mamo (2013) menambahkan bahwa materi autentik dapat membantu siswa mempelajari bahasa dalam situasi kehidupan nyata dan memberi mereka kesempatan untuk berlatih menggunakan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa target. Dalam hal ini materi autentik memainkan peranannya dalam mengekspos penggunaan bahasa yang nyata dalam proses belajar mengajar. Di sisi lain juga, guru bertanggung jawab untuk menyaring materi melalui

pemilihan tujuan pembelajaran. Tanggung jawab guru untuk mengidentifikasi item dan kemampuan beradaptasi mereka (Sarapli, 2011).

Ada tiga isu yang menjadi perdebatan dalam perancangan materi ajar. Dalam hal ini Widharyanto (2016) mengemukakan bahwa ada tiga polemic mengenai materi ajar khususnya materi ajar Bahasa Indonesia. Ketiga polemic itu antara lain (1) materi ajar itu murni dibuat oleh guru bahasa Indonesia, (2) materi itu diambil oleh guru bahasa Indonesia dari teks yang ada dalam komunikasi sehari-hari dan mengalami modifikasi seperlunya, dan (3) materi diambil oleh guru bahasa Indonesia dari teks yang ada dalam komunikasi sehari-hari tanpa mengalami modifikasi sama sekali. Pakar ini lebih lanjut mengatakan bahwa materi tipe 3 memiliki karakteristik (1) rendahnya (atau bahkan tidak ada) campur tangan guru bahasa, dan (2) asli serta alami. Materi tipe ini memiliki tingkat autentisitas tinggi dan cenderung memiliki tingkat kesulitan tinggi untuk pembelajaran bahasa.

Penggunaan materi autentik dalam pembelajaran sebenarnya belum tentu diterima oleh seluruh peserta didik. Ruddock (Sarapli, 2011) mengatakan bahwa materi autentik hanya digunakan saat peserta didik mencapai tingkat menengah dalam pengajaran tata Bahasa karena sulit bagi pemula. Sama halnya dengan Guariento dan Morley (2001) yang mengingatkan bahwa penggunaan materi autentik membuat peserta didik tingkat rendah semakin bingung dan terdemotivasi oleh kerumitan bahasa dan kondisi kinerja mereka, kecuali teks autentik yang paling sederhana dipilih secara cermat oleh para pengajar.

Meskipun terkesan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, materi autentik sebenarnya memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan materi autentik (Richard, 2001) antara lain (1) materi autentik memiliki efek positif pada motivasi belajar karena lebih menarik daripada materi buatan; (2) materi autentik memberikan informasi budaya autentik tentang budaya sasaran; (3) materi autentik memberikan paparan bahasa nyata daripada teks buatan; (4) materiauntentik berhubungan lebih dekat padakeperluanpembelajar; (5) materi autentik mendukung pendekatan yang lebih kreatif untuk mengajar. Keuntungan materi autentik dalam pembelajaran bahasa juga di paparkan oleh Maroko (2010) diantaranya (1) materi akan memaparkan peserta didik ke berbagai pengajaran bahasa alami yang digunakan dalam komposisi teks fungsional di masyarakat; (2) membawa realitas ke kelas dan membuat interaksi bermakna; (3) materi autentik akan membuat pengajaran dan penilaian berfokus pada keterampilan daripada fakta bahasa; (4) alih-alih menyusun teks idealis untuk tujuan instruksional, sebagian besar materi autentik akan tersedia, sumber pengajaran yang murah.

Penelitian mengenai penggunaan materi autentik pada umumnya mengarah pada hasil yang lebih maksimal. Salah satunya dibuktikan oleh Tamo (2009) yang mengungkapkan bahwa peserta didik merasa lebih baik dengan materi autentik yang membantu mereka terlibat dalam bahasa "sebenarnya" selama guru memberi dukungan pedagogis. Penggunaan materi autentik juga memberi kesempatan untuk mendorong motivasi belajar peserta didik khususnya mengenai topik tertentu yang menjadi minat mereka. Lebih lanjut pakar ini mengklaim bahwa menggunakan materi autentik berupa audiovisual dapat

membantu pemahaman peserta didik serta mencegah peserta didik yang mulai frustrasi dengan materi autentik. Materi seperti lagu populer dan tradisional akan membantu menciptakan dinamika pembelajaran yang lebih nyaman dan santai.