• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Periode Kedua (Menghafal Al quran saat Kuliah) SEMESTER I (Agustus-Desember 2011)

10. Cara Tadarus Al quran Belajar dan Menghadapi UTS-UAS

دماحم لكل ناونعو لضفو

ةدايز موي لك ديفتسم نكو

#

دءاوفلاروحب يف حبصاو ملعلا نم

.

Artinya “Belajarlah, karena sesungguhnya ilmu merupakan hiasan bagi pemiliknya, juga merupakan keutamaan dan bermacam-macam hal bagi sesuatu yang terpuji, dan jadilah engkau sebagai seorang yang berfaidah dengan menambah ilmu, maka suatu saat nanti engkau akan menjadi lautan ilmu yang penuh manfaat. 29

Saya juga pernah menemukan syiir ini dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Imam al Ghozli yang saat itu di ajarkan oleh mbah KH. Ilyas (salah satu pendiri Madrasah Aliyah Salafiyah Simbang kulon Buaran Pekalongan). Sangking senangnya saya dengan syair ini, saya juga menulis di pintu lemari baju saya dengan spidol snowman marker permanen untuk mengingatkan saya akan pentingnya menambah ilmu setiap hari bahkan setiap waktu. Saya juga sering membacanya Ta’alam fainal ilma zainun li ahlihi wa fadlun wa’unwanun likullil ahamidi. Wakun mustafidun kulla yaumin ziadatan minal ‘ilmi fasbah fi buhuril fawaidi.

10. Cara Tadarus Al quran Belajar dan Menghadapi UTS-UAS

Pada akhir semester satu ini, saya mengikuti UAS di STAIN Pekalongan dan juga mengaji hafalan Al quran seperti biasa. Ini adalah UAS

pertama kali saya di kampus. Pagi hari ba’da subuh harus hafalan satu halaman untuk ziyadah di pondok pesantren, jam 07.30 harus sudah sampai di kampus untuk mengikuti UAS di kampus, malam hari hafalan murojaah 5 halaman. Saat itu saya sangat semangat belajar mamperjuangkan hafalan Al quran dan juga memperjuangkan nilai UAS.

Pengalaman pertama mengikuti UAS di kampus STAIN Pekalongan. Pelaksanaan UAS dilaksanakan serentak, namun dalam jangka waktu yang lama yaitu berkisar satu bulan bahkan terkadang lebih beberapa hari. Dulu, dalam satu kelas hanya diisi sekitar 20 Mahasiswa peserta UAS. Adapun nama-nama mahasiswa tertulis di kertas yang dibawa oleh dua orang pengawas ujian. Saat itu, para mahasiswa masih bebas memilih tempat duduk, yang penting ada nama kami tertera pada kertas daftar peserta ujian dalam ruang tersebut. Kami duduk secara acak, karena saat itu tempat duduk belum disesuaikan dengan NIM. Sehingga sering kali para mahasiswa memilih teman yang akrab untuk duduk disebelahnya atau memlih teman yang pintar dan duduk disebelahnya, dengan harapan dapat memperoleh syafaat jawaban dari sahabat dekatnya tersebut. Namun, sejak semester 4, tempat duduk tidak lagi acak. Para mahasiswa harus duduk teratur sesuai daftar mahasiswa dan juga sesuai urutan NIM. Peraturan ujian pun semakin diperketat sehingga mau tidak mau mahasiswa harus benar-benar mempersiapkan diri dengan benyak belajar agar dapat mengerjakan UAS dengan baik, benar dan tepat.

Sering kali saya meniru cara belajar ibu saya dahulu yaitu jauh hari sebelum UAS, saya meringkas materi pelajaran dengan menulisnya di kertas

folio, tulisanya pun kecil-kecil dan singkat-singkat. Hampir kemanapun saya pergi, kertas itu selalu saya bawa. Saya juga mengikuti cara Mbak Tuti belajar yaitu dengan mempelajari meteri bukan dari halaman depan, namun dari belakang bab yang paling belakang yang belum lama diajarkan,karena biasanya materi pelajaran yag dibelakang justru yang sering keluar di soal-soal seperti UAS. Saya juga sering membawa Al quran ke kempus dan membaca (menghafalnya) ketika suasana terasa nyaman untuk menghafal di kampus, sehingga ketika saya pulang ke pondok saya sudah hafal beberapa ayat atau beberapa lembar.

Selama UAS, saya juga menambah asupan gizi, sengaja saya makan makanan yang lebih bergizi dari biasanya agar otak ini memperoleh asupan gizi yang lebih. Saya sering tidur larut malam lebih dari biasanya untuk belajar mata kuliah yang besok akan di ujikan dan sebelum tidur saya juga sering kali menyempatkan diri untuk tadarus, hingga mengantuk berat. Jika sudah mengantuk berat barulah saya tidur, saat-saat seperti itu tidur seperti sangat nikmat, mungkin karena lelah.

Setelah UAS pada semester satu ini, saya sakit demam beberapa hari, mungkin karena beratnya beban pikiran saat itu, namun alhamdulillah nilai UAS saya tidak mengecewakan. Saya belajar siang malam, waktupun saya gunakan semaksimal mungkin untuk belajar, disisi lain saya juga harus sering tadarus mempersiapkan hafalan setoran ziyadah dan murojaah di pesantren pada abah kyai Khozin. Alhamdulillah, saya sedikit demi sedikit bisa menyesuaikan dengan kondisi di dua lembaga pendidikan tersebut.

SEMESTER II (Februari-Juni 2012) 11. Pelajaran Ilmu Mantiq

Saya ingat, dulu ketika mata kuliah ilmu mantiq. Salah seorang dosen memerintahkan untuk mempunyai buku pelajaran mantiq, boleh beli bukunya boleh juga foto copy bukunya. Yang penting ada buku bacaan sebagai penunjang belajar mahasiswa. Saat itu, saya hanya mampu memfotocopy buku ilmu mantiq, karena untuk membeli bukunya saya tidak bisa karena kebetulan sedang tidak punya uang. Teman-teman saya juga sebagian tidak punya buku, hanya memfotocopy.

Buku itu adalah karya Prof. Dr. H. Baihaqi berjudul ilmu mantiq teknik dasar berpikir logik. Pada kata pengantar, dijelaskan bahwa buku ini beliau susun setelah mendapat tugas untuk mengajar ilmu mantik oleh Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Gunung Jati. Disamping beliau disuruh mengajar, baliau juga disuruh untuk menyusunnya. Saat beliau menyusunnya, beliau sempat ragu apakah beliau bisa mengerjakannya karena lebih dari 40 tahun lalu beliau tinggalkan saat dulu pernah mengajar di Kutaraja.

Kebutuhan akan ilmu mantiq:

Akal adalah anugerah yang hanya diberikan oleh Allah kepada manusia. Dengan akal, manusia dapat memahami sesuatu yang belum diketahuinya, atau memahami lebih mendalam lagi sesuatu yang sudah diketahuinya baik tentang dirinya maupun tentang hakikat alam dan rahasia-rahasia yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, meskipun dengan akal hasil pemikiran manusia tidaklah selalu banar. Hasil pemikirannya terkadang salah, meskipun

ia telah bersungguh-sungguh berupaya mencari kebanaran. Kesalahan itu bisa saja terjadi tanpa disengaja. Jika hal itu terjadi, maka ia telah mendapat pengetahuan yang salah meskipun ia telah yakin akan kebenarannya.

Oleh kerena itu, supaya manusia terhindar dari kekeliruan berfikir dan terhindar dari kesimpulan yang salah, disusunlah kaidah-kaidah berfikir atau kaidah berfikir ilmiah. Kaidah-kaidah tersebut dapat dipakainya dalam kegiatan berfikirnya sehingga diharapkan akan mencapai kesimpulan yang benar. Kaidah-kaidah tersebut telah tersusun dalam ilmu mantiq. Imam al Ghazali mengatakan bahwa orang yang tidak mengerti ilmu mantiq, pendapatnya atau kesimpulan yang ditemukannya tidak bisa dipercaya.

Ilmu mantiq adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing menusia ke arah berfikir secara benar yang menghsilkan kesimpulan yang benar, sehingga terhindar dari berfikir secara keliru yang menghasilkan kesimpulan yang salah. Kaidah-kaidah tersebut tidak saja membimbing manusia ke arah bagaimana ia berfikir melainkan juga mengajarnya tentang cara berpikir supaya dangan segera bisa sampai pada

kesimpulan yang benar.30

Pendapat lain mengatakan bahwa Ilmu adalah satu lafadz yang mempunyai pengertian ganda. Pertama; ilmu berarti apa yang diketahui yakni dipercayai dengan pasti dan sesuai dengan kenyataan yang muncul dari argumentasi yang disebut dalil. Kedua; ilmu juga berarti gambaran yang ada

pada akal tentang sesuatu. Sehingga apabila lafadz tesebut di katakan atau di dengar, dengan sendirinya akan muncul gambaran pada akal.

Sedangkan mantiq adalah dalil yang dipelajari untuk mengetahui sesuatu tersebut sesuai dengan kenyataan atau tidak. Karena mantiq sebagai alat untuk menuju ilmu yang benar, atau karena ilmu yang benar perlu pengarahan mantiq, maka ilmu mantiq dikatakan sebagai ilmu segala yang

benar atau seringa dikatakan sebagai Bapak dari ilmu.31

Qodiyah adalah kalimat atau kabar berita, sehingga dapat dikatakan bahwa qodiyah adalah kalimat atau rangkaian kata-kata yang mengandung suatu pengertian. qodiyah selalu mengandung kemungkinan benar dan salah. Dikatakan benar apabila sesuai kenyataan, dan sebaliknya. Ditinjau dari aspek siapa yang mengatakan (subjektifitas), ada qodiyah yang pasti benar. qodiyah yang pasti benar adalah qodiyah tentang firman Allah Swt yang tertulis dalam Al quran. Walaupun mungkin ada ayat-ayat belum bisa dibuktikan kebenarannya saat itu, tetapi qodiyah ini mutlak benar karena yang mengatakan adalah Tuhan Sang Pencipta alam semesta. Ada pula qodiyah yang mungkin salah atau tidak bisa dibenarkan isinya karena subjek yang mengatakan qodiyah adalah seorang pendusta yang memang berniat berdusta. Qodiyah dibagi 2, yaitu Pertama; qodiyah hamliyah adalah kalimat berita. Contoh guru datang, murid-murid duduk, dan sebagainya. Kedua; adalah qodiyah syartiyah, yaitu qodiyah atau kalimat yang disusun dengan menggunakan adat syarat. Sehingga membutuhkan jawab atau akibat. Dalam

bahasa arab, Jika ada kalimat syarat maka harus ada kalimat jawab (sebab-akibat) Contoh jika, kalau, betapapun, bagaimanapun. Contoh kalimat jika daging direbus, daging menjadi lunak.

Pelajaran mantiq bagiku agak sulit, apalagi terkadang bahasa yang digunakan oleh pengarang (penerjemah buku) seperti berputar-putar karena mereka juga seperti menerjemahkan isi kitab mantiq yang berbahasa arab. Untuk memehami pelajaran ini, saya harus fokus dan terkadang saya memadukan materi tersebut dengan ilmu nahwu (ilmu bahasa) yang pernah saya pelajari di pondok pesantren. Karena bagaimanapun pelajaran mantiq ini adalah pelajaran dari bahasa Arab walaupun pada sejarahnya ilmu mantiq

(ilmu logika) sudah ada sejak zaman Yunani pada abad ke-5 SM.32

Tak hanya saya yang merasa agak kesulitan, teman-teman juga. Saya tahu teman-teman merasa sulit memahami bahasa buku mantik karena dulu kami sering belajar bersama di teras gedung E STAIN Pekalongan. Namun, penjelasan dosen kami sangat mudah kami pahami. Hingga terkadang kami marasa heran, ternyata mata pelajaran Mantiq tidak terlalu sulit.