• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP TRANSFORMASI DIRI PESERTA DIDIK. merupakan bentuk penataan dan pengembangan dari Fakultas Syari ah IAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP TRANSFORMASI DIRI PESERTA DIDIK. merupakan bentuk penataan dan pengembangan dari Fakultas Syari ah IAIN"

Copied!
280
0
0

Teks penuh

(1)

47

A. Gambaran Umum STAIN Pekalongan 1. Sejarah berdirinya STAIN Pekalongan1

STAIN Pekalongan lahir dan berdiri pada tahun 1997. Kelahirannya merupakan bentuk penataan dan pengembangan dari Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo di Pekalongan. Fakultas Syari’ah Pekalongan semula berasal dari Fakultas Syari’ah Bumiayu yang berdiri pada tahun 1968, tetapi kemudian dinegrikan pada tahun 1970 dan menjadi salah satu fakultas cabang dari IAIN Walisongo Semarang. Pada tahun 1973, IAIN Walisongo cabang Bumiayu dipindah ke Pekalongan, karena ada kebijakan “rasionalisasi fakultas-fakultas cabang” dari pemerintah pusat, dengan pertimbangan agar lebih prospektif bagi pengembangan dan kemajuan sebuah fakultas pada masa mendatang.

Persiapan kepindahan dari Bumiayu ke Pekalongan telah di rintis sejak awal tahun 1972. Usaha ini berhasil dengan keluarnya SK Rektor IAIN Walisongo Semarang No. 11 tahun 1972, tanggal 31 Desember 1972. Setelah persiapan dianggap cukup, upacara peresmian dilakukan pada tanggal 9 Februari 1973, di Gedung PPIP, Jl. Dr. Wahidin 102 Pekalongan. Peresmian penyerahan kepada masyarakat Pekalongan dilakukan oleh

1

http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/index.php./profil/sekilas-jurusan. Diakses pada 30 Mei 2016.

(2)

Rektor IAIN Walisongo Semarang, Prof. Tengku H. Ismail Ya’kub SH, MA dengan dihadiri oleh Pembantu Gubernur (Residen) Pekalongan, jajaran Pemerintah Daerah dan Kantor Departemen Agama Kota Pekalongan, serta beberapa tokoh masyarakat Pekalongan. Di antara tokoh yang hadir memberi dukungan atas penempatan dan kepindahan tersebut adalah H.A. Djunaidi (pengusaha dan Dirut Primatexo-GKBI), KH. Syafi’i A. Madjid (ulama-Ketua KPB-Buaran), KHM. Sahlan (Kakandepag Pekalongan), HA. Muis Syamas dan HA. Kurdi.

Kepindahan lembaga tersebut secara lengkap meliputi personil dan mahasiswa serta beberapa sarana yang dimiliki, seperti meubelair dan perpustakaan yang masih sangat sederhana. Personil yang ikut pindah dan kemudian menetap di Pekalongan adalah Drs. Moh. Amir Thoha, Drs. Masykuri, Drs. Dadang Sudarna, Drs. Iskandar Qomad, Drs. Rozikin, A. Bushoiri, BA, dan Abu Daud BA. Sedang mahasiswa yang mengikuti pindah sebanyak 22 orang. Adapun sarana yang dimiliki baru 9 set meja-kursi, dua buah almari perpustakaan beserta buku yang jumlahnya kurang lebih 2500 exemplar, dan satu lapangan tenis meja.

Seiring dengan usaha yang dilakukan oleh civitas akademika dan stakeholders Fakultas Syari’ah Pekalongan, terbuka wacana baru di kalangan pejabat Departemen Agama untuk menyelamatkan eksistensi fakultas daerah sebagai asset umat dalam rangka pelaksanaan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989. Bergulirnya wacana tersebut, menjadikan para pejabat Departemen Agama mengambil kebijakan untuk

(3)

melakukan perubahan alih fakultas daerah di lingkungan IAIN menjadi STAIN. Kebijakan ini dilakukan, selain agar fakultas daerah dapat berkembang sebagai lembaga tinggi negeri yang mandiri (tidak bergantung pada induknya), juga dalam rangka menata kelembagaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mewujudkan keinginan ini, sepanjang tahun 1996, Departemen Agama melakukan serangkaian usaha pertemuan dan konsultasi dengan departemen-departemen dan lembaga-lembaga terkait, sementara fakultas daerah mempersiapkan data pendukung yang diperlukan, antara lain: Proposal Rencana Penataan Kelembagaan Pendirian STAIN, Rancangan STATUTA dan Draft Naskah Pengembangan Akademik.

Setelah persiapan dianggap cukup, maka pada pidato Hari Amal Bhakti (HAB) Departemen Agama, 3 Januari 1997, Menteri Agama menyampaikan langkah-langkah penataan dan pengembangan lembaga tinggi agama Islam di lingkungan IAIN. Langkah kebijakan itu kemudian dituangkan dalam Keputusan Presiden No.11 Tahun 1997, tanggal 21 Maret 1997, tentang pendirian STAIN yang jumlahnya 33 buah di seluruh Indonesia, termasuk di dalamnya STAIN Pekalongan. Adapun peresmian berdirinya STAIN dilakukan secara serentak oleh Menteri Agama RI., dr. H. Tarmizi Taher di Auditorium Departemen Agama Jakarta pada tanggal 30

Juni 1997/25 Shafar 1418 H.2

2

http://www.stain-pekalongan.ac.id/en/profil/tentang-stain/sejarah-dinamika.html diakses pada 30 Mei 2016

(4)

2. Visi, Misi, Tujuan dan Tujuan STAIN Pekalongan a. Visi STAIN Pekalongan

"Pelopor Perguruan Tinggi Agama Islam Berbasis Riset Menuju Kampus Rahmatan Lil 'Alamin”

b. Misi STAIN Pekalongan

1) Menyelenggarakan pendidikan Islam berbasis riset untuk mewujudkan perubahan sosial yang berkeadilan.

2) Menyelenggarakan penelitian, pengembangan ilmu, teknologi, seni dan budaya untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, berkualitas dan bermartabat.

3) Berperan aktif dalam penguatan dan pemberdayaan masyarakat. c. Tujuan STAIN Pekalongan

1) Terimplementasinya budaya riset dalam seluruh program akademik dan non akademik.

2) Pengembangan ma'had sebagai bagian integral dalam pengembangan Perguruan Tinggi berbasis riset.

3) Meningkatnya kompetensi bahasa asing melalui program bilingual (Bahasa Ingris dan Arab).

4) Meningkatnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia.

5) Meningkatnya peran sosial dan keagamaan Perguruan Tinggi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat.

(5)

7) Meningkatnya pengakuan dan reputasi Perguruan Tinggi pada level Internasional secara bertahap.

8) Berkembangnya kelembagaaan Perguruan Tinggi.

9) Meningkatnya sumber-sumber pendanaan Perguruan Tinggi.3

3. Jurusan Tarbiyah

Jurusan Tarbiyah lahir pada tahun 1997 bersamaan dengan lahirnya STAIN Pekalongan yang secara resmi dibuka oleh Menteri Agama pada 30 Juni 1997 di Jakarta. Bersamaan dengan tonggak sejarah diatas, saat ini Jurusan Tarbiyah terus berbenah diri dalam semua bidang. Sampai sekarang Jurusan Tarbiyah sudah mengalami kepemimpinan enam orang Ketua Jurusan, Pertama: Drs. H. Chusnan B. Jaenuri, M.A., Kedua:Drs. H. Abdul Mu'in, M.A., Ketiga:Drs. H. Idhoh Anas, M.A., Keempat:Zaenal Mustakim, M.A., Kelima:Drs. Moh. Muslih, M.Pd., Ph.D., dan Keenam: Dr. Sugeng Sholahudin, M.Ag.

Dari keenam kepemimpinan Beliau di Jurusan Tarbiyah telah membuat atmosfir dinamika prestasi yang membuat Jurusan Tarbiyah diusia yang relative masih muda eksistensinya sudah dapat sejajar dengan Fakultas Tarbiyah di lingkungan Universitas Islam Negeri (UIN) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) bahkan antar sesama Jurusan Tarbiyah di lingkungan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Puncak dari kerja keras Jurusan Tarbiyah saat ini sudah terakreditasi B oleh Keputusan Badan

3

http://www.stain-pekalongan.ac.id/en/profil/tentang-stain/visi-misi-dan-tujuan.html diakses pada 30 Mei 2016

(6)

akreditasi Nasional Perguruan Tinggi ( BANPT ) Nomor: 018/BAN-PT/Ak-X/S1/VIII/2007, pada tanggal 18 Agustus 2007.

Hingga saat ini, Jurusan Tarbiyah telah mengelola 4 program studi, yaitu: S1 Pendidikan Agama Islam (PAI), S1 Pendidikan Bahasa Arab (PBA), S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) dan S1 Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA). Selain itu juga Jurusan Tarbiyah telah menyelenggarakan program Kualifikasi S1 Guru PAI, program ini diperuntukan bagi guru-guru agama Islam yang belum

mencapai sarjana.4

Visi Jurusan Tarbiyah adalah terdepan dalam penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan Islam.

Adapun misi Jurusan Tarbiyah adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan mahasisiwa sebagai pendidik, ahli, dan atau praktisi pendidikan lainnya yang memiliki komitmen tinggi terhadap nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan dalam pengembangan pendidikan Islam. b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu agama Islam, khususnya

dalam bidang pendidikan.5

4. Program Studi S.1 Pendidikan Agama Islam

Program studi S.1 Pendidikan Agama Islam menyiapkan calon tenaga kependidikan Islam profesional sebagai guru agama di sekolah dan madrasah, sebagai supervisor pendidikan maupun konsultan pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan mendapatkan akreditasi “A”oleh Keputusan Badan

4 http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/profil/sekilas-jurusan.html diakses pada 30 Mei 2016 5 http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/profil/visi-misi.html. diakses pada 30 Mei 2016

(7)

Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BANPT) Nomor : 042/BAN-PT/Ak/SI/XI/, pada tanggal 23 November 2012.

Pengajar yang disiapkan pun merupakan para ahli dalam bidangnya, yang lulusan dalam negeri maupun luar negeri, serta pendidikan minimal S.2 hingga S.3. Untuk mencetak lulusan yang handal, para mahasiswa Program Studi Agama Islam tidak hanya dibekali dengan teori-teori pendidikan Islam saja tetapi juga mata kuliah yang bersifat praktikum yang

memadai.6

B. Gambaran Umum Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz7

Pondok Pesantren Al quran Roudlotul Huffadz Desa Banyurip Ageng Gg.4 Kota Pekalongan Selatan didirikan pada tahun 1980-an oleh Bapak K.H Abdul Malik, pada mulanya pondok pesantren ini hanya terbatas santri putra saja, namun perkembangan berikutnya mulai menerima santri putri. Pada tahun 1986 M pondok pesantren ini diresmikan oleh Bapak Soepadai selaku kepala daerah Kabupaten Pekalongan. Pada tahun 2000 ada perubahan/pemekaran wilayah sehingga pondok pesantren ini masuk ke wilayah Kota Madya Pekalongan.

Pondok Pesantren in, tidak seperti kebanyakan pondok yang ada pada era saat ini yang mengacu pada standartkurikulum sekolah umum nasional, namun pondok ini mengkhususkan diri hanya untuk menghafal Al quran

6 http://tarbiyah.stain-pekalongan.ac.id/profil/sekilas-jurusan.html diakses pada 30 Mei 2016 7 Arsip Profil Pondok Pesantren Roudlotul Huffadz. 1 Juni 2016

(8)

sesuai dengan kaidah Shalafus Shalih, sehingga para santri rata-rata berlatar belakang pendidikan yang berbeda, ada yang dari pesantren, ada yang sekolah umum dan ada pula yang mahasiswa. Ada pembagian jenjang pendidikan di pondok pesantren ini, yaitu tingkatan binnadlor (baca) dan tingkatang bilghoib (hafalan).

2. Visi dan Misi VISI

Keberadaan Pondok pesantren Al quran Roudhotul Huffadz Desa Banyurip Ageng Gg.4 Kota Pekalongan Selatan dilahirkan dari sebuah visi yang berbasis jangka panjang yaitu mampu mewujudkan santri-santri yang handal dalam menghafal Al quran dengan bacaan tajwid yang benar sesuai dengan tuntunan Rasululah saw, sejahtera, beriman, dan bertqwa berakhlak mulia, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu agama yang didukung oleh suasana persaudaraan, berkeadilan, mampu mandiri, memiliki etos kerja tinggi dan selalu memiliki motivasi untuk berprestasi.

MISI

Keberadaan Pondok pesantren Al quran Roudhotul Huffadz Desa Banyurip Ageng Gg.4 Kota Pekalongan Selatan mempunyai misi mencetak penghafal Al quran yang mampu menjaga, mengamalkan dan mengajarkan Al quran serta mampu berdakwah dengan gigih dan istiqomah di

tengah-tengah masyarakat.8

(9)

3. Struktur Kepangurusan

Struktur Kepengurusan Putra

Pondok Pesantren Al quran Roudhotul Huffadz Masa Khidmat Tahun 2016-2017

Pengasuh : Kh. Ahmad Khozin Muslih Al Hafidz

Pembina : Ky. Ahmad Zaeni Al Hafidz

Ketua : Ali Imron

Wakil Ketua : Abdur Rosyid

Sekretaris : Basyar Sholah

Bendahara : Nur Syahidin

Departeman-departeman :

1. Departeman Pendidikan : Arif Muqodam Mahmud

Almuhtadi billah

2. Departeman Sosial : Zen Jami’ Kurniawan

3. Departeman Keamanan : Asep Rokhmatul Yahya

A. Khudori 4. Departeman Kebersihan : Rohimuddin

Ulil Albab Ibrohim

5. Departeman P.U : Akrom

Ali Imron Kendal Fahmi

Ditetapkan di Pekalongan Maret 2016 M Jumadil Akhir 1437 H

(10)

4. Tata Tertib

TATA TERTIB PERATURAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN

“ROUDLOTUL HUFFADH”

KEWAJIBAN-KEWAJIBAN:

1. Patuh dan ta’dzim kepada Pengasuh Dewan Guru dan Ahli Baitnya 2. Mengikuti semua aktifitas kegiatan Pesantren

3. Mengucapkan salam / bersalaman ketika bertemu Pengasuh /Dewan Asatidz

4. Berpakaian rapi dan islami dalam setiap rutinitas Pesantren

5. Mengikuti sholat berjamaah di Masjid serta memakai pakaian lengan panjang

6. Memakai peci saat keluar dari lingkuangan Pesantren

7. Sowan kepada Pengasuh saat hendak pulang/ meninggalkan pessantren lebih dari satu hari/ tidak mengikuti setoran

8. Menjaga nama baik Almamater Pesantren baik di dlalam maupun diluar pesantren

9. Menjaga ukhuwah Islamiyah antar santri dan masyarakat 10. Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan Pesantren 11. Mentaati semua peraturan yang ditetapkan

LARANGAN-LARANGAN :

1. Berhubungan dengan masyarakat atau santri putri yang bersifat negatif 2. Bermain di rumah orang kampung yang bersifat negatif (ngampung)

(11)

3. Meningalkan pesantren tanpa sepengatahuan pengurus

4. Bermain di luar pesantren/keluar malam diatas pukul 22.30 Istiwa tanpa seizin dapertemen keamanan/pengurus

5. Merokok bagi anak masih terhitung di bawah umur/merokok di lingkungan pesantren 6. Mengambil atau menggunakan hak milik orang lain tanpa seizin

pemiliknya (mencuri / ghosob)

7. Bertengkar atau berkelahi antar santri dan masyarakat

8. Membawa dan menyimpan barang-barang elektronik seperti (HP, tape, radio dan sebagainya)

9. Melakukan aktivitas di kolam masjid ketika sholat berjamaa’ah mulai berlangsung

SANKSI :

Bagi setiap santri yang melanggar tata tertib peraturan akan diproses oleh Pengurus dan dikenakan sanksi sesuai kebijaksanaan Pengasuh.

Hal-hal yang belum termaktub dalam Tata Tertib PPQRH akan dijadikan bahan pertimbangan dan permusyawaratan Pengurus.

Pekalongan, 27 Jumadil Awal 1433 H 19 April 2012 M

Pengasuh,

(12)

TATA TERTIB SETORAN HAFALAN AL QUR’AN PONDOK PESANTREN ROUDHOTUL HUFFADZ

Bersama dengan ini, untuk lebih meningkatkan ketertiban dalam pelaksanaan pengajian Al Qur’an, maka setiap santri diwajibkan melaksanakan tata tertib sebagai berikut:

1. Setiap santri wajib hadir 5 menit sebelum pengajian dimulai 2. Setiap santri wajib berpakaian rapi, sopan dan islami

3. Setiap santri wajib hadir dan menjaga etika selama pengajian berlangsung

4. Setiap santri wajib izin pengasuh/Departemen Pendidikan saat hendak meninggalkan Pengajian, kecuali karena hadast

5. Setiap santri wajib berdo’a saat pengajian dimulai atau berakhir

Demikian tata tertib ini dibuat, harap diperhatikan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Pekalongan, 27 Jumadil Awal 1433 H 19 April 2012 M

Pengasuh,

(13)

5. Jadwal Kegiatan di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz JADWAL KEGIATAN PONDOK PUTRA

No Nama Kegiatan Waktu

Kegiatan

Tempat Kegiatan

1 Sholat Subuh Berjama’ah Subuh Masjid Jami’ Ar

Rahmah

2 Ziyadah Gabungan (Santri

Tahfidz Dan Anak Sekolah)

Bada Subuh- 07.30 Istiwa’

Aula Pondok Pesantren

3 Tadarus, Ziyadah Dan Murojaah

Pribadi

08.00 - Selesai Pondok Dan

Masjid

4 Sholat Dhuhur Berjama’ah Dhuhur Masjid Jami’ Ar

Rahmah

5 Murojaah (Santri-Santri Tahfidz) 13.30-14.30

Istiwa

Aula Pondok Pesantren

6 Sholat Ashar Berjama’ah Ashar Masjid Jami’ Ar

Rahmah

7 Pengajian Kitab Salaf (Sesuai

Jadwal)

Bada Ashar Ndalem

8 Sholat Maghriib Berjama’ah Mahgrib Masjid Jami’ Ar

Rahmah

9 Pembacaan Rotibul Athos Bada Maghrib Aula Pondok

Pesantren

10 Sholat Isya Berjamaah Isya Masjid Jami’ Ar

Rohmah

11 Muroja’ah (Anak Sekolah) Bada Isya -

21.30 Istiwa’

Aula Pondok Pesantren

12 Jam Belajar (Anak Sekolah) 22.00 – 23.00

Istiwa’

Komplek Atas

13 Istirahat - Kamar

Masing-Masing

14. Tahajjuud (Qiyamul Lail) 02.30 Istiwa Kamar

Masing-Masing JADWAL PENGAJIAN KITAB KUNING (KITAB SALAF)

Hari Waktu Kitab Pengajar

Ahad Bada Ashar Fathul Mu’in Ky. Jazuli Fajari

Senin Bada Ashar Fathul Manan KH. Ridho, A.h

Selasa Bada Ashar Tafsir Jalalain KH. Hasan Rumzi

Rabu Bada Ashar Sulimal Munajjah Ust. Syafi’i

Kamis Bada Ashar Ziaroh makam pendiri pesantren

Terjadwal Secara Bergilir

Jum’at Bada Ashar Tajwid Rosh Ushmani Ky. Ali Imron

(14)

C. Periode Pertama (Awal Masuk Pesantren)

1. Sekilas tentang Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan Saya seorang santri pondok pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Saya mulai mondok pada hari rabu sore, tanggal 2 Agustus 2006. Saya mondok disana selama tiga tahun, tepatnya sejak bulan Agustus 2006 - Januari 2009. Kehadiran saya di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan tersebut pada awalnya bukan karena saya ingin menghafalkan Al quran. Melainkan karena saya diperintah oleh abah KH Muchlis Chasani (pengasuh pondok pesantren Asma Chusna, Kranji Kedungwuni Pekalongan) untuk ikut abah KH. Abdul Aziz. Jadi sebelum saya mondok di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan, saya merupakan santri pondok Asma Chusna Kranji Kedungwuni Pekalongan. Saya belajar di pondok pesantren Asma Chusna tersebut kurang lebih selama 6 tahun (tahun 2000 - 2006 M).

Gambar 3.1 Kartu Tanda Santri Pondok Pesantren Asma’ Chusna

(berlaku 3 tahun sekali)

Pondok pesantren Asma’ Chusna merupakan pondok salaf yang mengkaji kitab-kitab karya ulama’ terdahulu. Pondok pesantren Asma’

(15)

Chusna tersebut berada di desa Kranji kecamatan Kedungwuni kabupaten Pekalongan. Selain tinggal dipesantren tersebut, saya juga sekolah di MTs N 01 Islamic Centre Capgawen Kedungwuni Pekalongan dan melanjutkan Sekolah Madrasah Aliyah Salafiyah Simbang Kulon Buaran Pekalongan.

Setelah saya lulus sekolah Madrasah Aliyah Salafiyah Simbangkulon, saya dan orang tua sowan ke pengasuh Pondok Pesantren Asma’ Chusna (abah KH. Mukhlis Chasani) untuk pindah pesantren. Namun, saat itu kami belum mempunyai pandangan untuk pindah ke pesantren mana. Ahirnya, beliau menyuruh saya pindah ke Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Pengasuh Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan tersebut adalah abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz yang saat itu masih menjadi salah satu dewan assatidz di Pondok Asma’ Chusna Kranji Kedungwuni

Pekalongan.

Orang tua saya mengajak saya silaturahim ke abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz di kediaman istrinya yang terletak di sebelah selatan Pondok Pesantren Asma Chusna Kranji Kedungwuni Pekalongan. Karena pada beliaulah saya berguru bacaan Al quran binnadhor dan khatam bacaan Al quran 30 juz. Saat itu, saya santri Pondok Pesantren Asma Chusna yang pertama kali khatam mengaji Al quran binnadhor kepada abah kyai Abdul ‘Aziz Al hafidz sejak beliau menjadi dewan assatidz di pondok pesantren Asma’ Chusna. Saya khatam Al quran pada hari rabu, 22 Februari 2006 dan abah kyai Abdul ‘Aziz Al hafidz memberi sanad Al quran kepada saya. Abah kyai Abdul ‘Aziz Al

(16)

hafidz juga meminta saya ikut pada beliau, mondok di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan.

Gambar 3.2 Sanad Al qur’an dari KH. Abdul Aziz Al Hafidz

Mendengar ajakan dan perintah abah kyai Abdul Aziz tersebut, ibu saya merasa setuju mendorong agar saya mengikuti perintah abah KH. Muchlis Chasani maupun abah abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz untuk nyantri di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan karena ternyata ibu juga sangat berharap putra-putrinya menjadi hafidz-hafidzoh quran dikemudian hari. Akan tetapi saya merasa ragu, apakah saya mampu mengikuti pelajaran

(17)

hifdzil quran (hafalan Al quran) di Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan? Sedangkan saya merasa selama ini hafalan saya payah sehingga saya meragukan kemampuan hafalan saya. Saya ingat, dulu saat nyantri di Pondok Pesantren Asma’ Chusna, ketika saya menghafal kitab Amrithy dan kitab Alfiyah hafalan saya terasa payah walaupun sudah berusaha setiap hari untuk tadarus hafalan kitab tersebut.

Akhirnya saya bersedia untuk mondok di pesantren Al quran Buaran Pekalongan meskipun bukan karena kemauan pribadi, namun karena saya berusaha ta’dzim mengikuti perintah abah KH. Muchlis Chasani dan abah KH. Abdul ‘Aziz Al hafidz serta demi ingin mewujudkan harapan dan cita-cita ibu saya yaitu menjadi seorang penghafal Al quranul karim. Saya berharap, semoga saya termasuk sebagai murid sekaligus anak yang berbakti pada para kyai (guru) dan juga kepada orang tua. Saya berpikir, seandainya saya tidak mampu untuk menghafal Al quran dengan baik karena keterbatasan saya, setidaknya saya sudah berbakti kepada orang tua serta guru-guru saya. Saya selalu ingin mendapat ridho dari mereka. Dengan ridhonya mereka terhadap saya, semoga menjadi salah satu sebab keridhoan Allah Swt terhadap saya. Mudah-mudahan Allah Swt mempermudah langkah-langkah saya dalam segala urusan, khususnya dalam mempelajari dan menghafal Al quran, amin.

Pada bulan Agustus tahun 2007 saya menjadi santri di pondok

pesantren Al quran Buaran pekalongan. Saat itu, H. Zaki Arslan Djunaid

(18)

Buaran Pekalongan. KH. Abdul Aziz al hafidz yang “mokoki” (bermukim) di rumah dinas kyai. Terdapat banyak kyai yang mengajar di pondok tersebut. Ada beberapa kegiatan belajar-mengajar di pondok pesantren tersebut. Diantaranya seperti kegiatan mengaji ziyadah, muroja’ah, mudarosah, fashohah, qiro’ah, dan pengajian ulumul quran.

Ketika saya mulai menjadi santri baru di pondok pesantren tersebut, saya hanya mengikuti kegiatan belajar-mengajar di pesantren tersebut tanpa ada niat menghafal Al quran. Saat itu belum tumbuh niat untuk menghafal Al quran dalam diri saya, yang ada barulah niat untuk menuruti perintah orang tua dan kyai untuk nyantri di pondok pesantren tersebut. Namun, lama kelamaan niat menghafal Al quran tersebut muncul. Saya begitu berminat untuk menghafalkan Al quran meskipun sedikit demi sedikit. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu, saya hafal ziyadah Al quran 5 juz. Saat itu, abah kyai Abdul Aziz berpesan kepada saya agar saya tidak melanjutkan hafalan ke juz berikutnya sebelum saya benar-benar hafal Al quran 5 juz tersebut dengan baik. Dengan senang hati, saya mengikuti saran tersebut.

2. Jadwal Kegiatan Pribadi (Harian)

Ketika saya menjadi santri di pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan, saya mempunyai jadwal kegiatan harian. Jadwal ini meniru jadwal pribadi teman saya yang sudah berhasil khatam Al quran bil ghoib dengan mendisiplinkan diri menggunakan jadwal harian ini. Beliau adalah Munir, salah satu santri pondok pesantren Al quran Buaran Pekalongan yang berasal dari kota Cirebon Jawa Barat.

(19)

Suatu ketika, saat saya berada di serambi pondok, saya dipanggil Munir, entah ada apa dia memanggil saya, saya pikir ini pasti ada sesuatu yang penting, maka segera saya menghampirinya. Setelah bertemu, kami membahas tentang kegiatan pesantren dan problematika kepengurusan pesantren saat itu. Setelah itu, Munir menawarkan jadwal kegiatan harian kepada saya.

“Kang Yahya, mau tidak kalau saya buatkan jadwal harian? dulu sewaktu saya belum khatam, saya membuatnya dan alhamdulillah berhasil hingga mengantarkan saya khatam hafalan Al quran bilghoib kang”. Kata Munir kepada saya.

“Jadwal harian? Jadwal harian seperti apa ya? saya jadi penasaran. “Nanti tak buatin kang, kalo udah jadi nanti dilihat.” Kata Munir. “ya sudah, saya mau. ya, nanti saya lihat. Terimakasih Munir” kata saya. “Ya sama-sama kang Yahya”. kata Munir.

Setelah jadwal itu jadi, Munir segera memberikan jadwal tersebut kepada saya. Jadwal tersebut saya baca, saya amati dan kemudian saya praktekkan sedikit demi sedikit, Alhamdulillah jadwal tersebut sangat membantu saya. Dengan menepati jadwal harian tersebut, membantu saya menjadi lebih rajin, lebih bersemangat dalam belajar dan membagi waktu, sehingga saya menjadi lebih sering melakukan tadarus Al quran. Terimakasih banyak Munir, semoga jadwal tersebut bermanfaat bagiku hingga aku khatam

hafalan Al quran suatu saat nanti, amin ya Robbal ‘alamin.9

(20)

Gambar 3.3 Jadwal Harian saat di Pondok Pesantren Al quran Buaran (YPI)

3. Mushaf Pertamaku

(21)

Inilah mushaf pertama saya yang saya gunakan untuk mengaji dan menghafal Al quran. Saya membeli pada tanggal 26 Mei 2006 di koperasi pondok putri Al quran Buaran Pekalongan dengan harga Rp. 35.000. Al quran ini khusus digunakan untuk menghafal. Jarang sekali ada di toko-toko karena dalam Al quran ini terdapat tulisan “untuk kalangan sendiri”.

Saya perhatikan, mushaf ini merupakan Al quran cetakan menara Kudus. Mushaf saya ini terbagi menjadi dua jilid. Jilid pertama juz 1-15, sedangkan jilid dua mulai dari juz 16-30. Biasanya, Al quran ini juga disebut Al quran pojok karena setiap halaman berahir dengan lingkaran akhir ayat. Sedangkan pada Al quran-Al quran lain, belum tentu setiap halaman berahir dengan lingkaran akhir ayat.

Saya sengaja membeli mushaf Al quran berukuran kecil yang ada terjemahnya. Ukuran mushaf Al quran yang kecil akan mempermudah saya untuk membawanya, sedangkan tarjamah mushaf akan saya pelajari untuk mengetahui arti ayat yang sedang saya hafalkan. Selain itu, tarjamahan ayat tersebut juga saya gunakan untuk membantu hafalan saya ketika menemukan ayat-ayat yang sulit dihafalkan. Dengan mengetahui arti ayat, diharapkan dapat membantu mempermudah saya dalam menghafal Al quran.

4. Pengajian Ziyadah

Setiap pagi selesai sholat subuh, saya, simbah (Muzani), Edi Mulyadi (mang Edi), Imamudin, dan beberapa santri lainya bertadarus, menghafal Al quran di serambi depan rumah abah KH. Abdul Aziz Al hafidz untuk setoran ziyadah kepada beliau. Satu persatu santri memasuki ruangan untuk setoran

(22)

ziyadah, sedangkan santri-santri yang lain menunggu giliran masuk dengan

bertadarus diluar ruagan. 10

Setoran ziyadah yaitu menambah jumlah hafalan Al quran dengan menyetorkan hafalan kepada guru tahfidz Al quran. Kami menyetorkan hafalan ziyadah kepada KH. Abdul Aziz Al hafidz. Biasanya, ketika kami masuk ruangan untuk setoran ziyadah, kami duduk dihadap abah kyai Abdul Aziz dengan menyerahkan mushaf Al quran dan kertas catatan setoran. Abah Abdul Aziz akan mencatat hafalan tiap santri pada saat itu dan beliau juga menandatanganinya, sehingga buku catatan tersebut bisa digunakan sebagai alat kontrol hafalan, apakah santri tersebut rajin setoran hafalan atau tidak. Apabila santri terbukti tidak rajin setoran hafalan, maka ia akan mendapat peringatan dari abah KH. Abdul Aziz al hafidz.

Gambar : 3.5 Rumah Kyai milik yayasan, tempat mengaji setoran ziyadah dan

murojaah pada KH. Abdul Aziz Al hafidz. Tahun 2006-2009

10

Konfirmasi dengan Imamudin (Sahabat di Pondok Pesantren Al quran Buaran), tanggal 12 Juni 2016

(23)

5. Pengajian Murojaah

Pengajian Muroja’ah merupakan setoran hafalan Al quran berupa pengulangan hafalan yang sudah pernah disetorkan sebelumnya kepada guru tahfidz. Jumlah setoran murojaah sebanyak ¼ juz (5 halaman) atau ½ juz (10 halaman) tergantung kemampuan dan kesepakatan antara santri dengan guru yang mengajar. Namun, biasanya jumlah setoran murojaah hanya ¼ juz. Kami menyetorkan hafalan murojaah kepada KH. Toha Daruni al hafidz. Waktu pengajian muroja’ah ketika saya mondok dipesantren Al quran Buaran Pekalongan sekitar pukul 20.00-22.00 ISTIWA’ dan dilaksanakan di rumah dinas kyai, sama seperti ketika kami mengaji ziyadah..

Setoran murojaah biasanya dilaksanakan secara bergiliran. Santri-santri putri akan dipersilahkan untuk setoran murojaah terlebih dahulu. Setelah semua santri putri setoran murojaah, barulah kami santri-santri putra setoran murojaah kepada KH. Toha Daruni al hafidz. Satu persatu santri menyetorkan hafalan murojaah kepada Kyai Toha. Saya tidak merasa grogi apabila setoran murojaah kepada beliau karena beliau orangnya santai. Namun, saya tidak boleh sedikitpun meremehkannya karena beliau memiliki kemampuan yang mengagumkan. Beliau seringkali dapat mengkoreksi bacaan hafalan para santri yang sedang setoran hafalan murojaah kepada beliau, meskipun saat beliau dalam keadaan sangat mangantuk, hingga saya sering kali terheran-heran kepada beliau. Pantas saja kalau dahulu beliau pernah mendapat juara satu dalam lomba tahfidz Internasional dan sempat mendapat hadiah haji plus. Di samping beliau sangat hafal Al quran, bacaan

(24)

beliau juga terkenal fasih dan mampu meniru dengan baik lagu qiro’ah imam As Sudais (imam besar Masjidil Haram, Makkah al Mukarromah).

6. Pengajian Tadarus

Setiap setelah sholat isya, kami para santri wajib mengikuti kegiatan tadarus bersama di rumah abah KH. Abdul Aziz Al hafidz yang bertempat di dapan asrama pondok putri dan di belakang masjid Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Setelah sholat isya’ berjamaah dimasjid, kami berbondong-bondong memasuki rumah kyai. Tidak hanya para santri putra, para santri putripun wajib mengikuti kegiatan tersebut. Para santri putra menempati ruang atas, sedangkan para santri putri menempati ruang bawah rumah kyai. Kami mulai mengaji setelah isya sampai pukul 21.00 WIB. Kami memulai dengan do’a bersama membaca Asma’ul husna dan diakhiri dengan do’a kalamun Qodim.

Tempat mengaji tadarus sanntri-santri putra berada di lantai atas, sedangkan tempat mengaji tadarus santri putri berada di lantai bawah. Pernah suatu ketika, saya dan teman-teman yaitu Mudhor, Fais, Agus, dan Johan, terlambat kumpul. Sedangkan santri-santri putri sudah berkumpul memenuhi ruangan bawah sehingga suit bagi saya dan teman-teman masuk ruangan menuju lantai atas.

Saya dan santri-santri putra lain merasa malu bila harus menaiki tangga yang sudah dipenuhi dengan santri-santri putri tersebut, hingga akhirnya saya, agus, fais dan johan seringkali nekat menuju lantai atas dengan cara memanjat pohon mangga yang berada disebelah timur rumah tersebut

(25)

kemudian naik ke atas melalui genteng atap rumah dan melompat ke ruangan atas tempat para santri putra kumpul mengaji. Hal ini kami lakukan bila kami terlambat memasuki ruangan. Sekali lagi, kami melakukan hal tersebut dari pada kami malu dilihat para santri putri karena terlambat sedangkan mereka sudah memenuhi tempat yang akan kami lalui.

7. Pengajian Fashohah

Setiap pagi sekitar pukul 09.00 saya mengikuti kegiatan pengajian fashohah. Selain pengajian ziyadah dan murojaah, di pondok pesantren Al quran Buaran juga terdapat pengajian fashohah. Pengajian ini diampu oleh guru kami yang bernama KH. Khadiri yang beralamat di Simbang Wetan Buaran Pekalongan. Setiap hari beliau datang ke pondok pesantren Al quran Buaran kecuali hari selasa dan jumat. Karena hari itu merupakan hari libur di pondok kami.

Setiap hari sekitar pukul 08.45-10.15 ISTIWA’, saya dan teman-teman mengenakan pakaian santri dan membawa mushaf Al quran menuju asrama pondok putri untuk mengaji fashohah kepada KH. Khadiri. Saat itu, tempat pengajian fashohah berada di komplek pondok putri, tepatnya disebelah timur ruang tamu. Dalam ruangan tersebut, terdapat satu papan tulis besar terbuat dari kayu yang digunakan sebagai satir (pembatas) antara santri putra dan putri. Kami mengaji fashohah satu persatu dengan bergiliran antara santri putra dan putri. Saya dan santri-santri putra lainya keluar masuk ruangan melalui pintu depan, sedangkan santri-santri putri keluar masuk ruangan melalui pintu belakang.

(26)

Saya dan santri-santri lainya sering kali disuruh oleh KH. Khadiri untuk mengeraskan suara dan kepala kami dilarang menunduk kebawah saat melafalkan ayat-auyat suci Al quran, dengan tujuan agar KH. Khadiri dapat melihat dan mendengar dengan jelas ayat-ayat Al quran yang saya baca, sehingga mudah pula bagi beliau untuk mengoreksi dan mamberikan contoh bacaan yang benar kapada para santri.

Sering kali, KH. Khadiri memberikan peringatan betapa pentingnya mengaji dengan musyafahah (adu lisan) yang artinya bahwa sang guru harus melihat secara langsung gerak bibir murid saat melafalkan ayat-ayat Al quran, dan murid melihat langsung gerak bibir sang guru saat melafalkan ayat-ayat Al quran sehingga bacaan dapat terlihat jelas bagaimana huruf-huruf dan lafadz Al quran dilafalkan.

Disisi lain, musyafahah juga penting karena makhorijul huruf sering kali memiliki sifat-sifat huruf yang hampir sama sehingga apabila tidak melihat gerak mulut secara langsung akan menyebabkan kesalahan kesulitan

dalam mengkoreksinya. Misalkan pada pelafalan huruf ض dan ظ . Ketika

Huruf ض dilafalkan, lidah harus menekan gigi geraham samping kiri sehingga ujung bibir terlihat miring samping kiri sebagaimana yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad Saw. sedangkan pada palafalan huruf ظ , ujung lidah harus menekan kedua gigi dengan diakhiri hembusan udara keluar dan bibir “muncis”. Bila tidak melihat gerak bibir secara langsung, maka bisa

saja seseorang melafalkan huruf ض dan ظ dengan hasil suara yang benar,

(27)

membenarkan karena wajahnya tertutupi kerudung ataupun penghalang lainnya. Sehingga, wajib bagi seorang guru melihat gerak bibir (musyafahah) saat mengajar ayat-ayat Al quran, sekalipun murid berlainan jenis. Keterangan ini sering saya dengarkan saat kami para santri pondok pesantren Al quran Buaran mengaji kepada KH. Khadiri dalam majelis pengajian fashohah, maupun saat berkunjung bersilaturahim di rumahnya.

8. Pengajian Ulumul Quran

Ketika terdengar iqomah ashar, biasanya kami para santri berbondong-bondong pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat. Selesai sholat, kami antri untuk mandi, disela-sela antri mandi tersebut babarapa santri berolahraga barbel. Setelah mandi, kami bersiap-siap berangkat ke madrasah ulumul quran yang bertempat di ruang kelas Madrasah Aliyah KH. Syafi’i di kompleks Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan.

Pelajaran agama yang diajarkan sangat beragam, diantaranya pengajian kitab tafsir jalalain, pelajaran qiro’ah sab’ah, pengajian kitab minhajuh ‘abidin, dan lain sebagainya. Adapun nama-nama pengasuh pengajian ulumul quran diantaranya KH. Abdul Rosyad, KH. Usfuri (alm), Ustadz Abdul Choliq Jahja (alm). Pengajian ulumul quran tersebut selesai sekitar 17.20 WIB dan masing-masing santri pulang ke asrama pondok putra maupun putri untuk makan sore bersama teman-teman dengan penuh keceriaan.

9. Harapan dan Cita-cita Membuatku Bertahan Menghafal Al quran Sabtu, 6 Maret 2010. Kegiatan setoran hafalan ziyadah dilaksanakan setiap pagi setelah sholat subuh. Setiap pagi setelah solat subuh, kami para

(28)

santri putra pondok pesantren Al quran Buaran segera bergegas menuju rumah dinas bapak KH. Abdul Aziz, pengasuh Pondok Pesantren Al quran Buaran untuk hafalan ziyadah Al quran. Rumah tersebut masih satu komplek dengan Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan dan bertempat di sebelah timur Madrasah Aliyah Syafi’i (MAHASYI).

Pengajian ziyadah ini dimulai setelah selesai sholat subuh dan berahir sekitar pukul 07.40 WIB. Saya, Agus Saifudin, Durahman (Mas Dur), kang Edi, kang Muzani (Simbah), Johan, Fais, Imam, Reza, dan santri-santri lain biasanya tadarus Al quran untuk membuat hafalan ziyadah di teras rumah pengasuh dengan duduk bersila. Setelah kami marasa hafal dan mantab dangan hafalan kami, kami mengaji ziyadah kepada KH. Abdul Aziz satu-persatu. Sering kali kami mengantri untuk mengaji setoran hafalan ziyadah sampai pukul 07.40 WIB.

Hal yang sering saya alami dan saya pun merasa aneh, karena meskipun hafalan saya sudah lancar, tiba-tiba menjadi tidak lancar apabila para santri putri dan para siswa lalu lalang lewat dihadapan kami. Hal ini terjadi tidak sekali, namun berkali kali hafalan saya menjadi kacau hingga kami pun menyadari hal ini, akhirnya saya memutuskan untuk pergi dan pindah ke tempat lain yaitu tadarus di dalam masjid agar tidak melihat para santri putri dan para siswi berangkat sekolah dan berlalu lalang dihadapan kami.

Sekitar pukul 06.30-07.15 WIB siswa-siswi SD, MTs dan Aliyah berangkat ke sekolah, mereka lewat di depan rumah pengasuh tempat kami tadarus ziyadah dengan lalu lalang dan sering kali bergurau, hingga saya

(29)

menjadi kurang bisa fokus. Konsentrasi saya menjadi lebih pecah apabila para santri putri mulai berangkat ke sekolah dan melewati tempat kami tadarus ziyadah, karena kami para santri putra menjadi ribut sendiri melihat para santri putri tersebut lewat dihadapan kami.

Setelah mengantri setoran hafalan, tibalah saatnya bagi saya untuk menghadap abah KH. Abdul Aziz untuk menyetorkan hafalan ziyadah saya. Saya memulai dengan ta’awudz, basmallah dan kemudian membaca surat al Fatihah. Kemudian saya menyetorkan hafalan ziyadah kepada abah KH. Abdul Aziz untuk di sima’ (didengarkan) dan dikoreksi oleh baliau.

Pada pertengahan surat, abah KH. Abdul Aziz membetulkan hafalan saya beberapa kali dan kemudian berkata “hafalannya bagaimana yahya, ko salah-salah?”. Saya menjadi terdiam beberapa saat dan hanya bisa menundukkan kepala. Saya berusaha mengingat-ingat ayat-ayat Al quran yang telah saya hafalkan, namun kali ini tidak berhasil melanjutkan pada ayat selanjutnya. Setelah saya merasa tidak sanggup lagi melanjutkan hafalan ziyadah karena grogi, gugup, minder dan lupa. Saya segera mengahiri bacaan dengan bacaan shodaqollahul ‘adzim sambil mencium tangan KH. Abdul Aziz dan langsung pulang meninggalkan tempat mengaji menuju kamar.

Saya membuka pintu kamar dengan penuh emosi dan berkata “aduuuh.. pusiiing.” sambil merebahkan tubuh diatas karpet kamar. Saya berbicara pada diri sendiri “menghafalkan Al quran bagi saya bukan hal yang mudah, Bahkan sangat sulit. Sering kali saya menghafalkannya dengan susah payah, bahkan banyak yang lupa saat disetorkan ke KH. Abdul Aziz.

(30)

Terkadang saya merasa putus asa. Meskipun saya telah berusaha rajin tadarus siang-malam, tetapi masih saja hafalan saya banyak yang salah dan lupa, hal ini menjadikan saya benci pada diri sendiri dan katerkadang membuat saya susah tidur. Sering kali saya merasa heran, mengapa para santri yang lain terlihat begitu mudah dalam menghafal? padahal mereka jarang melakukan tadarus? Seakan hafalan mereka lancar dan seakan tidak ada kesulitan apapun. Bagaimana ini ya Allah, hamba mohon petunjuk-Mu. Astaghfirullahal ‘adzim. Ampuni dosa-dosa hambaMu ini ya Allah.

Saya selalu berdo’a dan berharap “Semoga saya mampu untuk terus bersabar dan berusaha dalam belajar menghafalkan ayat-ayat Al quran. Mudah-mudahan saya mampu bertahan dalam perjuangan ini dan bahkan semoga saya menjadi semakin rajin dan dapat beristiqomah dalam tadarus Al quran. Mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu hati saya untuk mandapat petunjuk-Nya dan menjadikan saya sebagai seorang hamba yang hafidzul Quran dan hamilul Quran yang mendapat ridho-Nya baik di dunia maupun di akhirat kelak, Amiin ya Robbal ‘alamiin.

10. Mendapat Nasehat dari Dosen STAIN Pekalongan

Selasa, 15 April 2008 pukul 10.30 WIB saya sedang berada di teras rumah KH. Abdul Aziz, pengasuh Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan. Saat itu, saya sedang menyapu lantai. Tiba-tiba Sebuah mobil kijang datang dan berhenti di depan rumah pak KH. Abdul Aziz. Pemilik mobil turun dari mobilnya. Beliau mengenakan baju batik lengan panjang,

(31)

celana warna hitam, peci warna hitam dan bersepatu pantofel warna hitam. Beliau berjalan menuju tepat saya berdiri, beliau hanya seorang diri.

“Assalamualaikum, Mas santri, apa pak kyai Abdul Aziz ada?” tanya beliau kepada saya yang kebetulan sedang menyapu lantai rumah kyai.

“Maaf pak, abah kyai Abdul Aziz sedang keluar.” jawab saya. “Oh ya sudah ndak apa-apa. terimakasih mas santri.”

“Iya pak, sama-sama“ jawab saya.

Saya kira beliau akan pergi meninggalkan rumah pak kyai, namun ternyata beliau hanya berbalik badan dan kemudian kembali menghampiri saya yang sedang memandang beliau. Beliau mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri, namanya Pak Misbah, beliau mengaku sebagai Dosen di STAIN Pekalongan.

Beliau menanyakan nama lengkap saya, alamat rumah, latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua saya. Kemudian, beliau menanyakan hafalan Al quran saya, kesulitan apa yang sedang saya hadapi dalam menghafal Al quran.

“Sudah berapa juz dek menghafalnya?” Tanya beliau. “hafalan Al quran saya masih sedikit pak.” jawab saya.

“Ya sudah, selesaikan dulu. Apa saja hambatan adik dalam menghafal Al quran?.” tanya beliau.

“Banyak pak, diantaranya saya merasa kesulitan dalam menghafal ayat-ayat Al quran. Saya ragu apakah saya mampu menghafal Al quran sampai selesai atau tidak.” Jawab saya.

Beliau melanjutkan nasehatnya,

“Kamu harus yakin dek, kamu harus optimis kalau kamu mampu menghatamkan hafalan Al quran. Ikuti nasehat saya dek, Perbanyaklah beristighfar, memohon ampunan Allah SWT, perbanyaklah amalan-amalan sunnah, lakukanlah puasa sunnah senin-kamis, perbanyaklah qiyamul lail, istiqomahkan sholat sunnah dhuha, jangan tinggalkan sholat lima waktu, lakukan sholat fardhu dengan berjamaah dan datanglah ke masjid sebelum adzan berkumandang.”

(32)

“Fokuslah pada hafalan Al quran dan bilang pada pak kyai bahwa kamu akan bersungguh-sungguh dan kamu punya target bahwa umur sekian kamu harus sudah hatam hafalan Al quran. Katakan kalau kamu meminta bimbingan khusus dari beliau. Kemudian kamu harus yakin bahwa kamu mampu sesuai apa yang kamu targetkan. Perbanyaklah membaca kalimat Hauqollah “Lahaula Wala Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil Adzim”. Kita bisa melakukan sesuatu karena Allah yang memberikan kemampuan dan kekuatan. Tidak ada perkara yang tidak mungkin bagi Allah.”

“Usahakan jangan sering tidur larut malam, tidurlah pada malam hari masksimal pukul 22.00 WIB. Bangun jam 03.00 WIB pagi, lalu lakukan sholat qiyamul lail, sholat hajjat dan setelah itu tadarus Al quran. Adapun urusan-urusan lain seperti masalah kuliah, kerja, dan jodoh dipikirkan nanti. Pikirkan saja apa yang sedang kamu hadapi sekarang yaitu menghafal Al quran agar kamu lebih fokus. Semakin kamu fokus, maka kamu akan semakin cepat dalam melakukan sesuatu.”

“Masalah pekerjaan, pada saatnya nanti bukan perkara yang sulit karena semua orang pasti akan mendapatkan pekarjaan. Masalah jodoh juga urusan mudah, karena orang yang tidak sekolah, orang yang tidak tamat SD sekalipun bisa mendapatkan jodoh. Yang sulit itu menuntut ilmu agar mendapat ilmu yang bermanfaat dan mendapatkan ijazah, oleh karena itu sekarang yang terpenting adalah kamu harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, sungguh-sungguh dalam menghafalkan Al quran. Yakinlah Allah nanti akan mencukupi semua kebutuhanmu.”

“Selesaikan hal-hal yang susah dahulu, carilah ilmu dahulu. Ingat kata pepatah “Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” kata beliau. Kalau kamu ingin kuliah, nanti saja setelah hafalan Al quranmu selesai dan nanti kamu akan berkesampatan mendapat beasisawa. Banyak sekali lho beasiswa hafidz quran,.” kata beliau kepada saya.

Setelah perbincangan kami selesai, kamudian beliau pamit dan menitipkan salam untuk abah kyai Abdul Aziz. Beliau berjalan menuju mobilnya dan segera meninggalkan pondok pesantren Al quran buaran. Saya merasa beruntung mendapat banyak naasehat dari beliau. Semoga saya dapat melaksanakan nasehat-nasehat beliau dan suatu saat nanti manjadi orang yang

berhasil serta menjadi orang sukses, amin ya Allah.11

11

Percakapan dengan Pak Misbah (Dosen STAIN Pekalongan), pada tanggal Selasa, 15 April 2008

(33)

11. Proses Perpindahan dari Pondok Pesantren Al quran Buaran ke Pondok Pesantren Modern Al quran Buaran Pekalongan

Suatu ketika, para pengurus pondok pesantren Al quran Buaran Pekalongan bermaksud menembangkan pesantren. Hal tersebut tidak dapat dilaksanakan di area pondok pesantren al quran Buaran karena lahan yang ada tidak mencukupi, hingga akhirnya pengurus pesantren membeli lahan baru di area persawahan Jalan Pelita II dan segera membangun pesantren baru disana.

Pada bulan september tahun 2008 santri-santri putri dipindahkan dari asrama putri Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan ke pondok yang baru. Pondok tersebut sering dikatakan sebagai “Pondok Sawah” oleh para santri-santrinya karena letak pesantren tersebut di tengah sawah dan belum diberi nama serta tidak ada bangunan apapun disekitar pondok selain SDLB.

Asrama putri Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan ditempati para santri putra. Sedangkan bangunan asrama pondok putra dikosongkan untuk sementara waktu dan gerbangnya dikunci gembok. Barulah sekitar bulan maret 2009 semua santri putra Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan dipindahkan dari Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan ke “pondok sawah” yang sekarang bernama pondok pesantren Modern Al quran Buaran Pekalongan.

Ketika terjadi pemindahan santri-santri putra dari pondok Buaran menuju pondok Modern Al quran Buaran, saya ikut pindah bersama teman-teman (Muzani, Abdurrohman, Edi Mulyadi, Agus Saifudin, Mudhor, Imamudin, Teguh, Johan, Faiz, dan lainya) sesuai permintaan para

(34)

pengasuhnya.12 Di pondok Pesantren Modern Al quran yang baru tersebut, kami melanjutkan hafalan Al quran.

Beberapa tahun kemudian, Pondok Pesantren Al quran Buaran Pekalongan (YPI) yang tadinya ditutup, sekarang dibuka kembali dengan Kyai Husni Farrah sebagai pengasuh.

Gambar 3.6 Peletakan Batu Pertama Pembangunan Pondok Putra di lingkungan

Pondok Modern Al quran Buaran Pekalongan Tahun 2008

Gambar 3.7 Acara Peresmian Masjid, Khataman, Wisuda Santri dan Peringatan Nuzulul

Quran di Pondok Pesantren Modern Al quran ( saya no. 1 sebelah kiri)

12

Konfirmasi dengan Edi Mulyadi (santri senior Pondok Pesantren Modern Al quran), pada tanggal 11 Juni 2016

(35)

12. Mendaftar Sebagai Santri di Pondok Modern Al Qur’an

Gambar 3.8 Formulir Pendaftaran Santri Pondok Modern Al quran

Sekitar bulan april 2009, kami para santri pondok Al quran Buaran di didata ulang sebagai santri Pondok Pesantren Modern Al quran oleh H. Abdul Choliq Jahja. Blangko data ulang tersebut disebarkan kepada santri-santri, kemudian dikumpulkan kepada Pak Abdul Ghoni yang merupakan staf TU pesantren. Saya segera meminta bapak saya untuk datang menjenguk ke pondok sekalian mau minta uang jatah bulanan serta tanda tangan. Bapak saya datang sendirian ke pesantren. Kami mengobrol hal-hal dan info terbaru

(36)

tentang pesantren saat itu. Kemudian sebelum pulang, bapak saya menandatangani blangko pendaftaran santri baru Pondok Pesantren Modern Buaran pekalongan.

13. Tiga Bulan di Pondok Pesantren Modern Al quran

Saat itu saya dan teman-teman termasuk babad santri Pondok Modern. Saya beserta santri-santri Al quran Buaran yang lain dipindahkan ke Pondok Modern. Barang-barang kami seperti almari pakaian, kasur, kursi dan lain-lain diangkut menggunakan truk pada siang hari ba’da duhur. Proses berjalan sampai ba’da ashar. Bangunan Pondok Modern kala itu kira-kira sudah 90 % hampir jadi.

Sebagian santri yang tadi siang dipindah ke pondok modern kembali lagi ke pondok Al quran Buaran pada malam harinya dan keesokan harinya kami kembali ke Pondok Modern. Ketika kembali ke pondok modern, sedikit demi sedikit kami membersihkan bagian dalam Pondok Pesantren Modern Al quran agar kami menjadi nyaman berada di pondok Modern yang baru ami temati tersebut.

14. Hal-hal yang membuat saya pindah ke pesantren lain

Beberapa bulan sebelum perpindahan pesantren, saya mendapat cobaan dari Allah berupa penyakit TBC. Beberapa saat sebelum saya pindah dari pondok Al quran Buaran ke Pondok Pesantren Al quran Modern, saya sudah divonis oleh dokter bahwa saya menderita penyakit TBC hingga saya harus menjalani pengobatan selama enam bulan berturut-turut. Sakit saya makin tersasa setelah berada di Pondok Pesantren Al quran Modern. Mungkin Allah

(37)

sedang menguji saya. Saya berikhtiyar berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Dokter menyarankan agar saya pindah dari Pondok Pesantren Al quran Modern Buaran Pekalongan karena lokasi pesantren yang berada di tengah sawah ini belum terdapat bangunan-bangunan lain disekitar pesanatren, bahkan belum ada pagar beton yang mengelilingi pesantren sehingga dinginya angin malam semakin membuat dada ini terasa sakit. Saya sowan ke abah Kyai Abdul Aziz (pengasuh pondok pesantren Modern) untuk pindah pesantren dengan alasan kesehatan dan berbagai hal lain sehingga saya diperbolehkan untuk pindah pesantren oleh beliau.

15. Mendaftar sebagai Santri Baru di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz Al Maliky

Saat akan pindah pesantren, saya lebih dahulu melakukan survei ke beberapa pesantren di Kota maupun Kabupaten Pekalongan. Beberapa pesantren telah saya datangi. Saya mendapatkan beberapa informasi, diantaranya saya mendapatkan keterangan dari beberapa tetangga pesantren terdapat pesantren tahfidz yang kurang terawat setelah pengasuhnya meninggal serta belum ada kyai yang menggantikan kedudukan pengasuh sebelumnya, ada pula pesantren yang letaknya terlalu jauh dari pemukiman penduduk sehingga terkesan sulit dalam memenuhi kebutuhaan sehari-hari, lain sebagainya. Dari data-data yang saya temui dilapangan menganai pesantren-pesantren tahfidz yang talah saya datangi tersebut, orang tua saya belum bisa merestui saya pindah pesantren lain, sehingga saya harus bersabar untuk menetap di pesantren Al quran Buaran.

(38)

Suatu hari saya diajak orang tua makan siang di daerah Buaran, kemudian orang tua saya bertanya kepada beberapa orang tentang pesantren tahfidz sekitar Buaran. Mereka menunjukkan lamat Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz yang ternyata letaknya masih disekitar Buaran dan tidak jauh dari pesantren Modern Al quran yang saya tempati sebelumnya. Nama pesantren Roudhotul Huffadz tidak terlalu asing bagi saya karena kebetulan saya sudah kenal dengan beberapa pengurusnya, namun pesantren itu baru pernah didengar oleh orang tua saya.

Selesai makan siang, kami menuju pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Saat itu saya mengamati keadaan pondok pesantren Roudhotul Huffadz terlihat bersih, hampir disetiap pojok tidak ada satupun sampah. Suasana pesantren dan masjid di depan pesantren juga terkesan tenang, bahkan terkesan teduh dan sejuk, sepertinya nikmat bila menghafal Al quran di tempat ini. Sekilas, terlihat hubungan keakraban antar santri saat saya melihat beberapa santri tidur dalam satu bantal di atas karpet tipis.

Dua santri yang sepertinya berusia 23 dan 27 tahun berjalan menemui kami. Mereka menyambut kedangan kami. Sedangkan beberapa santri lain yang masih seperti anak-anak berusia belasan tahun ikut mengerubungi kami, wajah mereka terlihat menampakkan ekspresi kegembiraan saat kami datang. Mereka menjabat tangan kami, kemudian menanyakan maksud kedatangan kami. Setelah orang tua saya memperkenalkan diri, kami menyatakan maksud dan tujuan datang ke pesantren tersebut yaitu untuk mencari informasi seputar pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Kemudian orang tuaku menanyakan

(39)

mengenai pengasuh pondok pesantren tersebut dan cara beliau mendidik santri-santrinya, hingga akhirnya orang tuaku merasa yakin bahwa inilah pondok pesantren yang tepat untuk menitipkan putra-putrinya agar bisa mengaji menghafalkan Al quran.

Salah satu santri senior menanyakan data diri saya, kemudian beliau menulis kwitansi pembayaran pendaftaran. Pendaftaran saya sebagai santri di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz pada tanggal 5 maret 2009. Saya membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 151.000,-. Kedatangan saya saat itu hanya untuk mendaftarkan diri, barulah pada 23 maret 2009 saya secara resmi menjadi santri ke Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz.

Dua santri senior yang berusia sekitar 23 dan 27 tahun tersebut adalah kang Fahrul dan kang Ahkam. Kang Fahrul merupakan wakil lurah pondok pesantren, sedangkan kang Ahkam merupakan sekertaris pesantren Roudhotul Huffadz pada tahun 2009. Hal ini saya ketahui beberapa hari kemudian

setelah saya tinggal di pesantren tersebut.13

Gambar 3.9 Kwitansi yang saya dapatkan saat mendaftar sebagai santri baru

di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz

13

Konfirmasi dengan Ahkam Failsuf (Pengurus Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz tahun 2009), pada tanggal 16 Juni 2016.

(40)

Hari-hari pertama saya berada di pondok pesantren Roudhotul Huffadz saya gunakan untuk mengenal lingkungan pesantren. Saya mengamati bangunan pesantren, bagian depan komplek bawah digunakan sebagai ruang serba guna yang berfungsi sebagai tempat santri-santri mangaji ziyadah, latihan muhadoroh atau latihan ceramah dan juga sebagai tempat bermusyawarah. Bagian belakang terdapat terdapat 3 kamar mandi dengan satu sumur yang airnya ditarik dengan menggunakan pompa listrik secara langsung tanpa adanya bak penampung air atau tabung ledeng.

Bagian atas kamar mandi terdapat bangunan tingkat yang dikenal sebagai komplek kamar atas. Antara kamar mandi dengan komplek atas terdapat anak tangga. Komplek kamar atas terdiri dari 3 kamar. Kamar barat ditempat khusus untuk anak-anak yang mondok sambil bersekolah diluar pesantren, kamar tengah digunakan sebagai kantor dan kamar timur ditempat oleh beberapa pengurus. Bangunan kamar atas beralaskan lempeng-lempeng kayu. Pada saat itu tidak terdapat stop kontak ataupun terminal listrik yang terpasang di kamar-kamar tersebut, mungkin tidak adanya lubang stop kontak sengaja dilakukan karena dapat disalah gunakan oleh para santri untuk mengeces barang-barang elektronik seperti HP, Radio, Tape Recorder, dan sebagainya. Peraturan pondok pesantren melarang penggunaan barang-barang elektronik karena dapat mengganggu konsentrasi belajar para santri.

Pada umumnya santri-santri tahfidz menampati komplek bawah. Namun karena saya sedang sakit TBC dan tidak boleh tidur diatas lantai, akhirnya saya ditempatkan di komplek atas kamar paling timur untuk tinggal

(41)

satu kamar dengan beberapa pengurus komplek atas. Kamar tersebut dihuni oleh tiga orang santri, mereka adalah kang Abdul Aziz asal Bekasi, Khoirul Anam asal Brebes dan Abdurrohim asal Grobogan Jawa Tengah.

Abah kyai Khozin al hafidz merupakan pengasuh pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Beliau berasal dari Jepara Jawa Tengah. Beliau merupakan menantu KH. Abdul Malik al hafidz pendiri pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Abah kyai Khozin al hafidz dikenal sebagai sosok pribadi yang kharismatik, tenang, berwibawa dan sangat disiplin dalam mendidik santri-santrinya. Beliau juga sangat memperhatikan para santri, sehingga para santri benar-benar merasa dibimbing, diarahkan, distimulasi dan dipersiapkan menjadi para hafidz-hafidzoh mumpuni.

Santri-santri pondok pesantren Roudhotul Huffadz terlihat sangat ta’dzim kepada para kyainya, terutama pada Pengasuh Pesantren Roudhotul Huffadz yaitu Abah Kyai Ahmad Khozin al hafidz. Sering kali para santri memakai wangi-wangian ketika akan mengaji, mencium tangan para kyai sebelum dan sesudah mengaji, menata ruangan dan meja kyai, mempersiapkan air minum untuk para kyai, menata sandal saat kyai mengajar, mengambilkan payung untuk kyai saat musim hujan, menyiapkan bolpoin bila dimungkinkan abah kyai kehabisan tinta bolpoin, dan lain sebagainya. Para santri melakukannya bukan karena terpaksa, namun karena ta’dzim dan khidmat kepada para kyai dan juga pesantren tempat mereka menuntut ilmu agama.

(42)

Hari berganti hari, saya semakin senang untuk mengamati keadaan pesantren. Saya terkesan melihat penampilan para santri Roudhotul Huffadz yang penuh dengan kerukunan, kebersamaan, dan kesederhanaan. Saya merasakan, dibalik kesaderhanaan di pesantren ini, terdapat kebersamaan, saling menghormati antar santri, ketaatan pada peraturan dan juga jalinan kasih sayang yang erat antara santri dengan pengasuh Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz.

16. Alasan Memilih Pindah ke Pondok Roudhotul Huffadz

Saat saya bingung memilih tempat pindah pesantren. Saya sholat istikhoroh. Saya memohon pada Allah agar diberi petunjuk pesantren mana yang baik untuk saya, karena saya sudah tidak mungkin lagi berada di pesantren Modern Buaran karena penyakit TBC yang saya alami. Saya melakukan sholat istikhoroh pada malam hari. Sekitar pukul 22.00 wib, saya mengambil air wudhu di mushola samping rumah. Setelah saya sholat istikhoroh dan berdo’a, saya merasa lemas dan tertidur di mushola.

Saya bermimpi seakan saya mendapat gambaran tentang pondok Pesantren Roudhotul huffadz ini, seakan akan saya berada di lingkungan pesantren ini. Dan mimpi itu baru ku sadari bahwa akhirnya saya menjadi santri pondok pesantren Roudhotul huffadz di banyurip ageng. Hal ini saya sadari pada ahad, 29 Mei 2010 jauh setelah saya menjadi santri Pondok Roudhotul Huffadz. Saya berharap, semoga mimpi itu menjadi pertanda baik yang datang dari Allah SWT dan pertanda baik untukku.

(43)

Gambar 3.10 Pondok Pesantren Al quran Rodhotul Huffadz

17. Menghafal dari Awal di Pondok Pesantren Roudhotul Huffadz Awal saya mondok di pesantren Roudhotul Huffadz, saya disuruh Abah Kyai Ahmad Khozin untuk mengulangi hafalan dari awal QS. Al Baqarah. Entah apa alasan beliau menyuruh saya mengulang hafalan dari awal. Sebagai seorang santri, saya manut saja yang penting saya bisa ikut nyantri di pondok pesantren tersebut.

Saya mulai menghafal pada hari Ahad, yaitu sekitar 4 hari setelah kehadiran saya di pesantren. Sengaja saya gunakan hari-hari pertama untuk beradaptasi dulu dengan lingkungan pesantren Roudhotul Huffadz dan juga untuk tadarus secara pribadi dahulu. Pertama saya hafalan, saya setoran ¼ juz baik setoran hafalan ziyadah maupun murojaah sampai juz 5. Kemudian mulai juz 6-10 saya mulai merasa berat dan kesulitan, saya hanya mampu setoran ziyadah dua atau tiga halaman saja tiap pertemuan dalam pengajian.

(44)

Saya merasa senang karena bisa melanjutkan mengaji Al quran meskipun dari awal, semoga Allah meringkankan langkah saya hingga saya dapat khatam khatam Al quran suatu saat nanti, Amin ya Robbal ‘alamin.

18. Jadwal Tadarus Harian

Malam jum’at kliwon 20 Februari 2015, saya membuka lemari pribadi di kamar pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Saya membuka bagian bawah lemari, saya melihat banyak buku-buku saya. Saya ambil buku tersebut satu persatu, saya menemukan beberapa buku yang dulu sering saya gunakan untuk menulis kegiatan saya di pesantren. Saya membuka halaman demi halaman dengan perlahan. Saya menemukan jadwal-jadwal pribadi yang dahulu pernah saya buat untuk tadarus Al quran.

Inilah jadwal-jadwal tersebut:

a. Jadwal harian pertama di pondok roudhotul Huffadz

(45)

Jadwal harian ini sudah saya perbarui. Sebelumnya, jadwal ini merupakan jadwal tadarus harian saya saat mondok di pondok pesantren Al quran Buaran pekalongan. Saya merubah isi jadwal sesuai dengan keadaan pesantren, baik waktu maupun kegiatan-kegiatannya. Namun, susunanya masih tetap seperti jadwal pribadi saat di pondok pesantren Al quraan Buaran.

b. Jadwal Tadarus Harian (Pribadi) Untuk Menghadapi Ulangan Surat Ba’da ziyadah : nderes persiapan ulangan surat

Ba’da sarapan :membuat murojaah, nderes ½ - 1 juz dari juz terjauh sampai awal

Ba’da murojaah siang : membuat setoran ziyadah ½ halaman

Ba’da ashar : melanjutkan membuat setoran hafalan ziyadah dan membaca surat al waqiah sebagai rutinitas pribadi.

Ba’da mahgrib : membuat hafalan untuk di sima’ teman (surat yang sudah pernah di tes)

Membuat 2 halaman untuk persiapan ulangan surat

Ba’da isya’ : sima’an mudarosah ¼ juz surat-surat yang sudah pernah di tes + 2 halaman untuk persiapan ulangan surat.

Ba’da qiyamul lail : memantapkan ziyadah. c. Jadwal Khusus Menjelang Test

(46)

Setelah sarapan pagi : nderes 1 juz untuk persiapan tes mambuat murojaah

Ba’da murajaah : membuat setoran 1/2 halaman untuk ziyadah.

Ba’da ashar : membuat setoran 1/2 halaman untuk melanjutkan yang tadi bada murojaah.

Ba’da maghrib : mambuat 1/4 juz untuk persiapan tes.

Ba’da isya : sima’an 1/4 juz yang akan dites, kemudian besoknya diulang lagi dua kali.

Ba’da subuh : Nderes 1 juz untuk persiapan tes yang tadi pagi sudah di deres

Khusus untuk bangun tidur atau ba’da tahajjud sampai sebelum setoran ziyadah untuk melancarkan hafalan yang akan disetorkan ke Abah Kyai. Kelemahan saya, saya kurang konsisten dalam melaksanakan jadwal. Bahkan jadwal terkadang saya rubah sesuai keadaan dan tuntutan mengaji saat itu. Misalnya apabila saya sedang tidak lancar setoran ziyadah, maka saya akan memperbanyak jadwal untuk mambuat ziyadah. Begitu pula apabila saya sedang kesulitan dalam murojaah, maka saya merubah jadwal untuk memperbanyak tadarus murojaah, apabila saya sedang menghadapi ulangan surat, maka saya akan merubah jadwal tersebut untuk memperbanyak tadarus untuk persiapan ulangan surat. Sehingga saya menjadi tidak bisa istiqomah dalam waktu yang lama.

(47)

19. Tempat Saya Tadarus Al quran

Gambar 3.12 Tadarus di Serambi Masjid Ar Rohmah

Sabtu, 7 Maret 2009, saya melihat beberapa santri duduk tadarus Al quran di teras masjid Ar Rohmah depan pondok pesantren Roudhotul Huffadz. Keesokan harinya, saya melihat mereka tetap tadarus Al quran di tempat itu, seakan mereka selalu tadarus Al quran di tempat tersebut. Mereka melakukan tadarus pada jam-jam tertentu dan di tempat-tempat tertentu pula. Pada hari-hari berikutnya, saya mendekati mereka dan kemudian bertanya kepada kang Uswandi.

“Mengapa mereka tadarus di tempat tersebut dan tidak di tempat lain dan apa alasannya?”

“Dalam usaha tadarus Al quran, kita perlu istiqomah, Yahya.” Jawab Kang Uswandi.

Beliau melanjutkan pembicaraan,

“Istiqomah artinya tetap dan tidak berubah. Istiqomah dalam tadarus sangat diperlukan agar santri selalu dapat menjaga hafalan Al quran.

(48)

Istiqomah dalam tadarus al quran bagi saya ada dua, istiqomah waktu dan istiqomah tempat. Istiqomah waktu berarti kita sebagai orang yang sedang menghafal Al quran harus menyempatkan diri untuk tadarus pada jam dan waktu-waktu tertentu sesuai dengan jadwal dan kebutuhan kita. Adapun istiqomah tempat berarti kita perlu menempati suatu tempat khusus untuk tadarus tersebut. Kalau hanya istiqomah waktu saja, maka hasilnya tidak akan sebagus apabila beristiqomah waktu dan tempat. Karena bagaimanapun, tempat sangat mempengaruhi ketenangan jiwa dan pikiran, sehingga akan

berakibat pula pada kualitas hafalan.” Jawab kang Uswandi.14

Kemudian, saya berterima kasih kepada Kang Uswandi karena hal ini merupakan ilmu baru yang belum saya ketahui sebelumnya. Keesokan harinya, saya meniru apa yang dilakukan kang Uswandi dan beberapa santri lainnya. Saya berusaha melakukan istiqomah waktu dan tempat. Saya memiliki tempat tersendiri yang biasa saya gunakan untk tadarus. Saya bertadarus di serambi masjid sebelah utara di sebelah tiang serambi masjid keempat dari depan. Tiang serambi masjid paling depan adalah tempat yang biasa digunakan untuk tadarus Al quran oleh kang Uswandi, tiang serambi masjid kedua tempat Rozikin, tiang serambi masjid ketiga tempat Umam dan tiang serambi masjid keempat itulah tempat saya. Kami tadarus Al quran sambil bersandar pada tiang-tiang masjid tersebut.

Biasanya kami mulai mendatangi tempat tersebut setelah sarapan pagi di Warung Mba Ip. Biasanya saya tadarus 2-3 juz kemudian membuat setoran murojaah siang 3-5 halaman. Sekitar pukul 11.00 WIB kami menyudahi tadarus dan menuju pondok untuk tidur siang. Kami sengaja tidur pada jam-jam sekian karena kami melakukan shunnah tidur qoilula. Selain kami melakukan sunnah tidur qoilulla, kami juga bermaksud tidur untuk istirahat,

14

Percakapan dengan Kang Uswandi, santri pondok pesantren Roudhotul Huffadz pada hari Sabtu 7 Maret 2009

(49)

agar nanti saat mengaji murojaah siang tidak mengantuk dan pada malam harinya juga kami tidak mengantuk dan bisa tadarus Al quran dengan baik.

Saya ingat salah satu nasehat KH. Toha al Hafidz pengasuh pondok pesantren tahfidzul Quran Podo Kedungwuni Pekalongan yang mengatakan bahwa istirahat terbaik bagi orang yang sedang belajar menghafalkan Al quran adalah tidur. Sebab otak dan tubuh akan beristirahat total dan ketika bangun tidur dapat tadarus lagi tanpa rasa lelah. Sedangkan apabila hanya istirahat biasa tanpa tidur, dikhawatirkan hanya akan ngobrol dengan teman-teman sehingga lalai waktu dan yang lebih dikhawatirkan lagi obrolannya ghibbah pada orang lain.

20. Ingin Menjadi Penulis yang Bermanfaat bagi Orang Lain

27 November 2010. Sejak kecil, saya hobby menulis. Apapun itu bentuk tulisannya. Baik cerita, impian, cita-cita, masalah-masalah yang sedang saya hadapi dalam belajar menghafal Al quran, serta harapan-harapan. Saya berharap, suatu saat tulisanku bisa bermanfaat bagi diri saya sendiri di masa depan dan menjadi inspirasi dan barometer dalam menata kehidupan berdasarkan pengalaman manis pahitnya kehidupan santri yang saya alami. Dan saya juga ingin suatu saat menjadi seorang penulis yang terkenal dan bermanfaat bagi banyak orang.

Namun saya tidak tahu bagaimana jalan yang harus saya tempuh untuk dapat mewujudkan cita-citaku tersebut. Saya bukanlah termasuk sebagai seorang yang ahli dalam menulis, saya berharap semoga Allah mrngabulkan suatu saat nanti, amin ya Robbal ‘alamin.

(50)

Gambar 3.13 Artefak Cita-cita Ingin Menjadi Penulis

21. Beberapa Kenikmatan Hafal Ayat-ayat Suci Al quran

a. Nikmatnya bisa duduk santai di masjid sambil tadarus melantunkan ayat-ayat suci kalam Illahi.

b. Membaca 1 huruf bernilai 10 kebajikan, berarti kalau tadarus 1 juz berapa kali kebajikan? Saya tidak sanggup untuk menghitungnya sungguh benar-benar hal yang sangat luar biasa. Subhanallah. c. Nikmat rasanya saat mendengarkan MP3 murottal Al quran, nikmat

juga terasa saat melihat mushaf cetakan Arab Saudi, juga saat melihat potongan ayat Al quran dibuku LKS yang memerlukan jawaban untuk melanjutkannya dan ternyata saya mampu melanjutkannya.

d. Kenikmatan juga sangat saya rasakan saat saya disuruh membaca Al quran di rumah sakit. Saya merasa senang, karena bisa mendo’akan

Gambar

Gambar 3.1 Kartu Tanda Santri Pondok Pesantren Asma’ Chusna  (berlaku 3 tahun sekali)
Gambar 3.2 Sanad Al qur’an dari KH. Abdul Aziz Al Hafidz
Gambar 3.3 Jadwal Harian saat di Pondok Pesantren Al quran Buaran (YPI)
Gambar : 3.5  Rumah Kyai milik yayasan, tempat mengaji setoran ziyadah dan   murojaah pada KH
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diperoleh dengan tehnik survey dalam format pengumpulan data dan wawancara berstruktur, wawancara mendalam dan studi dokumentasi yang disajikan dalam

4.  Pedoman  PKB  dan  Angka  Kreditnya,  Buku  4,  Ditjend  Peningkatan  Mutu  Pendidik  dan  Tenaga  Kependidikan,  Kemendiknas, Tahun 2010 

Dalam aplikasinya di proses pengeringan kayu nilai di ujung-ujung ruas garis atau di sisi-sisi luar persegi panjang tersebut adalah temperatur yang diberikan

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3, nilai kesalahan (E) yang dihasilkan dari data pelatihan sudah lebih kecil dibandingkan dengan batas kesalahan, sehingga

Pemeliharaan modal keuangan (financial capital maintenance) dalam satuan moneter nominal (nominal monetary units) sendiri dalam periode inflasi dan deflasi adalah suatu

The variability of pica across settings suggests that multiple factors should be considered (e.g., activity, item availability) when interpreting functional assessment or analysis

Dengan tujuan untuk mengurangi bullwhip effect di level delivery, maka penulis menggunakan metode Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) dan Single

Tumor Efek direk dari tumor terhadap sistem imun melalui penglepasan Efek direk dari tumor terhadap sistem imun melalui penglepasan molekul imunoregulatori imunosupresif