• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Periode Kedua (Menghafal Al quran saat Kuliah) SEMESTER I (Agustus-Desember 2011)

23. Kunjungan Habiburrahman el Shirazy

22 April 2013, Habiburrahman el shirazy sang penulis novel Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, berkunjung ke kampus STAIN Pekalongan. Waktu itu sekitar pukul 15.00 WIB, saya, Aji Triyono dan Asyef Nurdiyanto sedang berjalan kaki menuju tempat parkir sepeda motor kampus STAIN Pekalongan dan hendak pulang ke rumah setelah mengikuti perkuliahan. Tiba-tiba kami diminta oleh seorang dosen untuk masuk ke auditorium mengikuti seminar. Beliau berkata “silahkan mas masuk ke auditorium, ada seminar”. Kami sempat bingung tetapi karena yang menyuruh adalah seorang dosen kami.

Ketika saya masuk auditorium, seperti tidak ada acara apa-apa karena semua masih belum tertata. Saya melihat Pak Ade, pak Abdul Aziz dan beberapa pegawai akademik lalu lalang memasuki auditorium sepertinya mereka sibuk mempersiapkan sesuatu yang penting. Tidak lama kemudian, beberapa mahasiswa masuk ke auditorium mereka juga terlihat bingung seperti saya. Beberapa satpam mempersiapkan ruang auditorium dengan cepat sehingga terlihat benar-benar akan diadakan seminar.

Setelah keadaan siap, beberapa dosen masuk ke auditorium, disusul katua STAIN Pekalongan Pak Ade, Pak Abdul Aziz, Pak Zawawi dan beberapa pejabat tinggi STAIN Pekalongan masuk dan duduk dikursi depan.

Setelah acara seminar dibuka, kemudian Pak Ade memberikan sambutan.37

37

Konfirmasi dengan Dr. Ade Dedi Rohayana, M. Ag (Ketua STAIN Pekalongan), pada tanggal 8 juni 2016

Dalam sambutannya, Pak Ade mengatakan bahwa ini adalah acara seminar dadakan yang diadakan tanpa persiapan sebelumnya. Orang yang akan memberikan materi pada seminar kali ini adalah orang hebat, orang yang terkenal dengan tinta emasnya, beliau sudah membuat berbagai buku cerpen yang menjadi best seller di Indonesia secara berturut-turut,

Sekitar dua puluh menit dari acara pembukaan seminar, Habiburrahman sampai di kampus STAIN Pekalongan. Beliau disambut oleh beberapa dosen dan berjabat tangan dengan beliau. Pak Ade segera menghentikan sambutan

beliau dalam acara seminar ini, beliau menyambut kedatangan

Habiburrahman setelah itu Pak Ade malanjutkan sambutannya sekitar lima menit sambil menunggu agar Habiburrahman istirahat sejenak sambil meminum air mineral dihadapannya. Beruntung sekali saya dan teman-tema yang dapat melihat orang yang dijuluki “Sang Tinta Emas.”

Setelah menunggu beberapa saat, tibalah saatnya habiburrahman menyampaikan materi seminar. Dalam seminar tersbut, Habiburrahman el Shirazy menceritakan bagaimana pendidikan beliau baik di dalam maupun diluar negeri. Beliau adalah teman Pak Zawawi ketika kuliah di Al Azhar

Kairo Mesir.38 Setelah beliau mendapat gelar S1 di Al Azhar, beliau pulang

ke tanah air. Pernah suatu ketika beliau mengumpulkan para pemuda dan pemudi sekitar tempat tinggal beliau untuk mengaji. Beliau mempersilahkan mau mengaji kitab apa saja beliau sanggupi. Namun, semakin lama bukanya jamaah pengajian semakin banyak, tapi malah semakin sedikit. Dalam

38

Konfirmasi dengan Dr. Zawawi, MA (Sahabat dekat Habiburrahman saat kuliah di Mesir). Pada tanggal 8 Juni 2016

keadaan seperti itulah beliau berfikir bagaimana caranya bersyiar agar dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa mereka merasa bahwa mereka sebenarnya adalah sedang belajar. Beliau juga berfikir tema apa yang sekiranya disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Beliau menemukan tema itu adalah “cinta”. Sehingga beliau bermaksud berdakwah mengajarkan nilai-nilai keislaman lewat cinta yang beliau tulis melalui novel-novel. Ternyata memang novel-novel beliau memang mengandung dakwah. Sehingga banyak orang yang menjadi terinspirasi dan mengambil ilmu agama dari novel-novel beliau seperti bagaimana seharusnya cinta sesama manusia yang diridhoi Allah Swt.

Habiburrahman el shirazy juga menyampaikan materi tentang cara menulis yang baik. Beliau mengatakan semua orang bias menulis dengan baik asalkan mau berusaha dengan giat dan tak mudah menyerah. Beliau juga memberikan sedikit trik cara menulis yang baik. Bila tulisan bersifat fiksi maka langkah pertama adalah dengan menuliskan apapun yang ingin kamu tulis. Pada tahap ini, Jangan terlalu pedulikan susunan tulisan karena yang terpenting adalah menulis semua hal yang dapat kamu tulis yang ada pada otak, pikiran, maupun perasaanmu. Langkah kedua adalah apabila sudah selesai menulis, baca kembali tulisanmu berulang ulang, pada tahap ini kamu akan menemukan bahwa tulisan pertamamu tadi harus diganti susunan kalimatnya, selaraskan kembali dengan tema, alur, dan deskripsi yang baik. Langkah ketiga adalah dengan membacanya kembali tulisan tadi dan meng-editnya yagi bila perlu. Maka kamu akan mendapatkan tulisan yang lebih

begus dari sebelumnya. Langkah terakhir adalah dengan banyak belajar tekhnik penulisan yang baik dan benar serta menambah ilmu dan wawasan agar tulisanmu juga berilmu, berwawasan serta berbobot.

Setelah beliau selesai menyampaikan materi teknik menulis fiksi yang baik, beberapa mahasiswa maupun dosen diberi kesempatan untuk bertanya. Dan acara seminar ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh salah satu dosen STAIN Pekalongan. Acara seminar selesai, saya melihat beberapa dosen dan mahasiswa berebut untuk bersalaman dengan beliau. Namun saya memperhatikan beliau berjabat tangan seperlunya. Saat itu juga saya menjadi berfikir daripada saya berjabat tangan di auditorium yang belum tentu bisa terlaksana, lebih baik saya lari meninggalkan auditorium. Para mahasiswa berebut bersalaman di gedung, saya malah berlari keluar auditorium. Asyef heran melihat kelakuan saya, tapi saya tidak peduli karena saya justru punya inisiatif sendiri.

Saya menghadang habiburrahman sekitar 100 meter dari gedung. Dan mepersiapkan HP untuk meminta foto bersama beliau dan tentunya berjabat tangan mengharap Allah Swt menularkan sebagian ilmu Habiburrahman kepadaku. Setelah saya melihat beliau keluar dari auditorium, saya segera menyalami beliau dan meminta foto bersama. Alhamdulillah kesampaian juga foto bersama orang penting. Ternyata apa yang saya lakukan ini ditiru oleh sebagian mahasiswa. Mereka berlarian menuju tempat saya yang ketika itu bersama Habiburahman. Mereka juga meminta foto bersama. Begitu pula dengan Asyef yang akhirnya memahami maksud tujuanku berlari

meninggalkan auditorium saat mahasiswa yang lain berebut berjabat tangan dengan Habiburrahman. “Mohon do’anya Pak, semoga saya dapat meniru seperti Bapak menjadi penulis terkenal yang bermanfaat bagi banyak orang” kira-kira begitulah ucapan saya saat itu.

Gambar 3.28 Foto bersama Habibbirurahman el Shirazy (saya memakai baju merah)