Aldian Mulyanto Lokaria1, Kaharudin1, Malinda Meinapuri2
1 Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang 2 Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas,
76
JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017
Keywords: antithrombotic, Andrographis paniculata, Ocimum tenuiflorum
1. PENDAHULUAN
Trombosis merupakan proses pembentukan massa bekuan darah (trombus) dalam sistem kardiovaskuler yang terjadi akibat ketidakseimbangan sistem hemostasis tubuh.[1] Komponen utama sistem hemostasis tubuh yang sering mengalami gangguan dikenal sebagai triad of virchow berupa perubahan permukaan endotel vaskuler, perubahan aliran darah dan perubahan pada komposisi atau konstitusi darah (bisa berasal dari faktor pembekuan, protein plasma dan konstituen seluler terutama platelet).[2] Adanya ketidakseimbangan faktor pembekuan darah dan fibrin dapat dilihat dari terjadinya beberapa perubahan, seperti pada masa perdarahan (bleeding time) maupun masa pembekuan darah (clotting time).
Trombus yang terbentuk dapat menyumbat pembuluh darah dan menyebabkan beragam komplikasi fatal seperti stroke, emboli pulmonal, acute
limb ischemic, trombosis vena dalam,
hingga penyakit jantung koroner. Pada pembuluh koroner, proses ateroslerosis melibatkan aktivasi dan agregasi platelet yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya Infark Miokard Akut (IMA) hingga kematian.[1],[2]
Terdapat beberapa golongan obat yang memiliki sifat antitrombosis: obat anti agregasi platelet (anti trombotik), anti trombin (anti koagulan), dan agen trombolitik (fibrinolisis).[3] Beragam agen trombolitik seperti tissue
plasminogen activator (t-PA), alteplase,
urokinase dan streptokinase yang telah lama digunakan secara luas di seluruh dunia sebagai terapi utama dan paten pada penyakit yang disebabkan tromboemboli.[4]
Urokinase dan streptokinase menjadi agen trombolitik yang paling sering digunakan di masyarakat karena lebih mudah didapat dan harganya yang lebih rendah. Meski telah banyak dipilih, agen trombolitik masih memiliki beragam kekurangan. Sebagai contoh pada agen trombolitik generasi pertama (urokinase dan streptokinase) yang secara umum dapat menyebabkan efek samping
seperti reaksi anafilaktik, fibrinolisis sitemik, hingga perdarahan.[5] t-PA sebagai pilihan utama pada IMA juga sering dihubungkan dengan penurunan laju perfusi jaringan hingga penyumbatan berulang, dimana pada trombus yang kaya akan komponen platelet memiliki kecenderungan untuk lebih resisten terhadap terapi t-PA yang diberikan.[1]
Beratnya penyakit yang bisa ditimbulkan dan sulitnya penanganan menyebabkan terapi preventif menjadi penting, yaitu dengan mencegah aktivasi dan agregasi platelet sejak awal, sehingga trombus tidak terbentuk. Indonesia sebagai salah satu negara tropis menyimpan banyak potensi tanaman herbal yang memiliki efek antitrombosis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek antitrombosis dari sambiloto (Andrographis paniculata) dan ruku-ruku (Ocimum tenuiflorum) sebagai tanaman herbal yang terdapat di Indonesia.
A. paniculata dan O. tenuiflorum
telah lama digunakan di masyarakat umum dalam pengobatan tradisional. Pada A. paniculata dan O. tenuiflorum terdapat beragam senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, saponin dan glycosides dalam kadar yang berbeda-beda.[1],[6]
Andrographolide yang terdapat pada A. paniculata diketahuil memiliki efek
antibakterial, antihelmintik, antifungal, antiviral, hipokolesterolemik, hipoglikemik, diuretik, antiinflamasi, hepatoprotektif, antiangiogenik, antikanker, antioksidan dan antipiretik.[6],[7],[8]
O. tenuiflorum diketahui memiliki
efek melawan stres metabolik dengan menormalkan kadar glukosa darah, tekanan darah, maupun lipid darah.[1] O.
tenuiflorum juga dapat menurunkan stres
psikologis, sebagai ekspektoran, anti helmintik, anti fungal, anti inflamasi, analgesik, anti kanker, ansiolitik dan anti depresan.[9],[10] Beberapa penelitian terakhir juga melaporkan adanya peran senyawa aktif dari A. paniculata dan O.
tenuiflorum pada beragam penyakit
kardiovaskuler, sebagai antihipertensi, antiplatelet, antiaterosklerosis, dan aktivitas kardioprotektif.[11]
77
JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017
2. METODE
Penelitian ini adalah penelitian anaitik eksperimental dengan desain penelitian pre- and post test design. Penelitian dilaksanakan di laboratorium hewan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas untuk aklimatisasi hingga perlakuan dari Maret - Mei 2016. Sampel berupa mencit (Mus musculus) galur Balb/C jantan. Jumlah minimal dihitung dengan menggunakan rumus Federer (t-1) (n-(t-1) ≥ 15, dimana t menyatakan jumlah kelompok dan n menyatakan jumlah sampel setiap kelompok.[12] Sampel dibagi dalam 4 kelompok, dimana setiap kelompok terdapat 6 ekor sampel, dengan jumlah sampel total sebanyak 24 ekor mencit. Keempat kelompok tersebut yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif serta kelompok perlakuan yang diberikan infus daun A. paniculata dan O. tenuiflorum. Sampel diaklimatisasi selama 1 minggu sebelum diberi perlakuan dengan diet standar ad libitum.
Pasca aklimatisasi, dilakukan pemeriksaan bleeding time dan clotting
time pertama pada hari ke-0. Pemeriksaan dilakukan dengan membuat luka pada ekor sampel yang sebelumnya sudah dilakukan didesinfeksi. Kemudian dengan kertas saring setiap 30 detik, darah yang keluar di serap untuk diukur waktu selama perdarahan dengan metode Ivy. Interval waktu antara timbulnya tetes pertama darah hingga darah berhenti mengalir adalah nilai
bleeding time. Selanjutnya darah dari
ujung ekor juga diteteskan ke slide object
glass dengan diameter 2 cm, akan diukur
lama waktu hingga terjadi pembekuan dengan metode object glass. Setiap interval waktu 30 detik, slide dinilai dengan bantuan pinset hingga terlihat munculnya benang fibrin. Nilai clotting
time adalah waktu yang diperlukan untuk
terbentuknya benang fibrin tersebut.[13],[14] Infus daun A. paniculata dan O.
tenuiflorum berasal dari daun A. paniculata dan O. tenuiflorum yang
dimaserasi dalam larutan akuades dengan konsentrasi 10% (10 g/100 ml) dan dievaporasi dalam suhu 70°-100°C. Infus daun A. paniculata dan O.
tenuiflorum diberikan secara per oral
dengan dosis 0,1 ml/ekor/hari kepada dua kelompok perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol positif diberikan
obat antitrombosis (asetosal) secara per oral dengan dosis 40 mg/kgBB/hari. Pada kelompok kontrol negatif hanya diberikan diet standar ad libitum. Proses induksi keempat kelompok dilakukan selama 28 hari.
Selama di masa perlakuan,
bleeding time dan clotting time diperiksa
kembali pada hari ke -14 dan hari ke-28.
Bleeding time diukur dengan metode Ivy.
Sementara clotting time diukur dengan metode object glass.[14] Data hasil penelitian kemudian dianalisis meng-gunakan paired T-test untuk melihat kebermaknaan hasil yang didapat. 3. HASIL
Pasca masa perlakuan selama 28 hari, maka didapatkan hasil pengukuran rerata bleeding time dan
clotting time sampel seperti pada
diagram di gambar 1 dan gambar 2. Dari gambar 1 didapatkan bahwa terjadi peningkatan rerata bleeding time sampel secara konsisten dari pengukuran hari ke-0, hari ke-14, hingga hari ke-28. Hal ini terjadi baik pada kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, maupun pada kedua kelompok perlakuan yang diberikan infus daun A. paniculata (IAP) dan infus daun O. tenuiflorum (IOT).
Dibandingkan dengan kelompok kontrol, kedua kelompok perlakuan (IAP dan IOT) memberikan hasil peningkatan rerata bleeding time sampel yang jauh lebih besar. Hal ini terjadi baik setelah 14 hari perlakuan maupun setelah 28 hari perlakuan. Dimana peningkatan rerata
78
JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017
lebih besar dibandingkan peningkatan pada IAP.
Dari gambar 2 didapatkan bahwa peningkatan rerata clotting time sampel secara konsisten yang terjadi dari pengukuran hari ke-0, hari ke-14, hingga hari ke-28 tidak terdapat pada keempat kelompok. Hal ini hanya terdapat pada kelompok kontrol positif dan kelompok perlakuan yang diberikan infus daun A.
paniculata (IAP). Sementara kelompok
perlakuan yang diberikan infus daun O.
tenuiflorum (IOT) belum menunjukan
peningkatan rerata clotting time sampel dari hari ke-0 hingga hari ke-14, dan baru terlihat peningkatan yang terjadi pada hari ke-28.
Pada kelompok kontrol negatif tidak terjadi perubahan rerata clotting
time sampel yang konsisten dari setiap
waktu pengukurannya. Dimana dari hari
ke-0, rerata clotting time sampel kelompok kontrol negatif meningkat di hari ke-14 dan menurun kembali pada hari ke-28.
Untuk menguji signifikansi infus daun A. paniculata (IAP) dan infus daun
O. tenuiflorum (IOT) dalam meningkatkan
rerata bleeding time dan clotting time sampel, maka dilakukan uji normalitas dan dilanjutkan uji parametrik menggunakan Paired T-test. Hasil paired
T-test untuk bleeding time dan clotting time pada keempat kelompok dapat
dilihat pada tabel 1 di bawah.
Hasil analisis data untuk
bleeding time menunjukkan perubahan
nilai dari hari ke-0 hingga hari ke-14 yang bermakna (P<0,05), baik untuk kelompok kontrol positif maupun kedua kelompok perlakuan (IAP dan IOT). Hasil yang sama juga terjadi pada perubahan nilai
bleeding time hingga hari ke-28, baik
untuk kelompok kontrol positif maupun kedua kelompok perlakuan (IAP dan IOT). Dimana kelompok perlakuan yang diberikan infus daun A. paniculata (P=0,022) dan O. tenuiflorum (P=0,004), memberikan hasil peningkatan yang lebih signifikan dibandingkan kelompok kontrol positif (P=0,33).
Hasil yang berbeda didapatkan dari hasil analisis data untuk clotting time yang menunjukkan perubahan nilai dari hari ke-0 hingga hari ke-14 secara tidak bermakna (P>0,05), baik untuk kelompok kontrol positif maupun kelompok IOT. Hasil yang sama juga terjadi pada perubahan nilai clotting time hingga hari
Tabel 1. Hasil Bleeding Time dan Clotting Time (dalam detik)
Kelompok Bleeding time
Hari ke-0 Hari ke-14 P Hari ke-28 P
Kontrol (-) 120 (±26,83) 150 (±37,95) 0,041 155 (±39,88) 0,013 Kontrol (+) 135 (±52,82) 180 (±50,20) 0,017 195 (±72,87) 0,033 IOT 144 (±48,06) 180 (±70,99) 0,021 250 (±48,06) 0,004 IAP 100 (±15,49) 145 (±35,07) 0,017 255 (±125,50) 0,022
Kelompok Clotting time
Hari ke-0 Hari ke-14 P Hari ke-28 P
Kontrol (-) 120 (±26,83) 135 (±41,35) 0,415 125 (±29,50) 0,741 Kontrol (+) 95 (±22,58) 100 (±15,49) 0,363 105 (±16,43) 0,465 IOT 110 (±24,50) 110 (±24,50) 1,000 140 (±30,98) 0,203
79
JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017
IAP 75 (±16,43) 110 (±15,49) 0,034 115 (±22,58) 0,043
ke-28, baik untuk kelompok kontrol positif maupun kelompok IOT. Dimana hasil bermakna perubahan nilai clotting time hanya terjadi pada kelompok perlakuan yang diberikan infus daun A. paniculata, baik hingga hari ke-14 (P=0,034) maupun hari ke-28 (P=0,043).
4. PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya potensi antitrombosis dari infus daun A. paniculata dan infus daun O.
tenuiflorum, yaitu dengan meningkatkan
masa perdarahan (bleeding time)
maupun masa pembekuan (clotting time) darah. A. paniculata dan O. tenuiflorum memiliki peran mencegah ketidak-seimbangan pada faktor pembekuan darah dan fibrin, sehingga trombus tidak terbentuk.
Aktivasi dan agregasi platelet darah telah lama dikenal sebagai mediator terjadinya trombosis dan gangguan sistem hemostasis tubuh.
Androprapholide yang terdapat pada A. paniculata memiliki efek mencegah
terjadinya proses trombosis tersebut.[15]
Andrographolide memiliki efek untuk
meningkatan cyclic GMP (Guanosisn
Mono Phosphate) yang akan menginhibisi terjadinya kaskade aktivasi platelet.[16] Andrographolide juga dapat menginhibisi trombin dan Platelet Activating Factor (PAF) yang berperan
dalam agregasi platelet.[17],[18]
Senyawa metabolit sekunder lain pada A. paniculata juga terlibat pada aktivasi t-PA yang mengonversikan plasminogen menjadi plasmin dan memicu matriks ekstraseluler pada trombus, sehingga bisa terjadi proses trombolisis.[1],[19] Penelitian terdahulu menunjukkan ekstrak A. paniculata pada konsentrasi 10-100 μg/m sudah mampu memberikan efek penurunan agregasi platelet secara signifikan, dimana pemberian Androprapholide dengan dosis 10 mg/kg selama 3 minggu tidak menunjukkan gejala toksisitan pada manusia, sehingga aman digunakan untuk manusia.[17]
O. tenuiflorum berperan dalam
menginhibisi ADP dan trombin yang dapat menginduksi agregasi paltelet. Dari
penelitian sebelumnya, pemberian infus dari daun O. tenuiflorum sebanyak 75 mg/ kg/ hari memiliki efek yang sebanding dengan pemberian aspirin sebayak 8,8 mg/ kg/ hari dalam mencegah terbentuknya trombus. Dimana efek maksimal didapat setelah pemberian infus dari daun O. tenuiflorum selama 7 hari, dan efek baru menghilang setelah 3-7 hari penghentian pemberian.[20]
Selain terlibat pada aktivasi t-PA yang bertugas mengonversi plasminogen menjadi plasmin dan memicu trombolisis,
O. tenuiflorum juga memiliki efek sebagai
kardioprotektif.[1],[19] O. tenuiflorum dan jenis Ocimum lainnya memiliki efek hipotensif dengan cara menginhibisi terbentuknya prostglandin E2 (PGE2), sehingga dapat mencegah hipoperfunsi yang disebabkan terbentknya sumbatan trombus.[21]
5. KESIMPULAN
Terdapat peningkatan rerata
bleeding time dan clotting time sampel
pasca pemberian infus daun A. paniculata (IAP) dan infus daun O. tenuiflorum (IOT). Dimana perubahan
signifikan rerata bleeding time sampel terjadi pada kelompok perlakuan yang diberikan IAP dan IOT, sementara perubahan signifikan rerata clotting time sampel hanya terjadi pada kelompok perlakuan yang diberikan IAP.
6. SARAN
Penggunaan senyawa aktif dari
A. paniculata dan O. tenuiflorum yang
sudah terstadarisasi dapat dilakukan pada penelitian berikutnya. Dimana pengukuran gangguan hemostasis bisa dilakukan dengan mengambil variabel lain selain bleeding time dan clotting
time, serta dengan menggunakan metode yang lebih sensitif.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada Prof.dr. Fadil Oenzil, PhD., Sp.GK yang telah memberikan saran dan pertimbangannya. Ucapan terimakasih juga peneliti sampaikan kepada DP2M DIKTI atas hibah dana penelitian yang telah diberikan.
80
JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mahmud S, Akhter S, Rahman MA, Aklima J, Akhter S, Merry SR, Jubair SMR, Dash R, Emran T. “Anti thrombotic Effects of Five Organic Extracts of Bangladeshi Plants In Vitro and Mechanisms in In Silico Models”. Hindawi. ID 782742 (2015):1-8.2.
Fauci, AS et al. Harisson's Principles of Internal Medicine. Edisike-17. New York: The McGraw-Hill Companies. Inc, 2008.
3.
Peter, K. Bagaimana MenggunakanObat-obat Kardiovaskuler Secara Rasional. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI, 2010.
4.
Dwivedi, S. "Terminalia Arjuna Wight & Arn: A Useful Drug for Cardio-vascular Disorders." Journalof Ethnopharmacology. 114:2(2007):
114-129.
5.
Mannan A, Kawser MJ, Ahmed AMA. "Assessment of Anti Bacterial, Thrombolytic and Cytotoxic Potential of Cassia alataseed Oil." Journal ofApplied Pharmaceutical Science.
1:9(2011):56-59.
6.
Akbar, S. "Andrographis paniculata: A Review of Pharmacological Activities and Clinical Efects."Alternative Medicine Review. 16:1
(2011):66-77.
7.
Chandrasekaran CV, Thiyagarajan P, Sundarajan K, Goudar KS, Deepak M. "Evaluation of the Genotoxic Potential and Acute Oral Toxicity of Standardized Extract ofAndrographis paniculata (Kalm Cold™)." Food and Chemical
Toxicology 47:8(2009):1892 -1902.
8.
Ojha SK, Bharti S, Joshi S, Kumari S, Arya DS. "Protective Effect of Hydro alcoholic Extract ofAndrographis paniculata on Ischaemia Reperfusion Induced Myocardial Injury in Rats." Indian J
Med Res. 135(2012):414-421.
9.
Sulianti, SB. "Studi FitokimiaOcimum Spp.: Komponen Kimia
Minyak Atsiri Kemangi Dan Ruku-ruku." Berita Biologi. 9:3(2008):237-241.
10.
Cohen, MM. "Tulsi-Ocimumsanctum : a Herb for All Reasons."
Journal of Ayurveda and Integrative Medicine. 5:4(2014):251-259.
11.
Jarukamjorn K, Nemoto N. "Pharma-cological Aspects of Andrographispaniculata on Health and Its Major
Diterpenoid Constituent Androgra-pholide." Journal of Health Science. 54:4(2008): 370-381.
12.
Federer, WT. "Procedure and Designs Usefull for Screening Material in Selection and Allocation with a Bibliography." Biometrics. 19:1(1963): 553-587.13.
Vogel, HG. Drug Discovery andEvaluation Pharmacological Assays.
Edisi ke-2. Berlin: Springer, 2002.
14.
Sukandar, EY. "Efek Antiagregasi Platelet Ekstrak Air Bulbus Bawang Putih (Allium sativum L.), Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcumadomestica Val.) dan Kombinasinya
pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster." Majalah Farmasi Indonesia. 19:1(2008):1-11.
15.
Hundelshausen P, Weber C. "Platelets as Immune Cells: Bridging Inflam-mation and Cardiovascular Disease." Circulation Research. 100:1(2007):27-40.16.
Lu WJ, Lee JJ, Chou DS. "A novel Role of Andrographolide, an NF-kappa B Inhibitor, on Inhibition of Platelet Activation: The Pivotal Mechanisms of Endothelial Nitric Oxide Synthase/ Cyclic GMP."Journal of Molecular Medicine.
89:12(2011):1263-1271.
17.
Thisoda P, Rangkadilok N, Pholphana N, Worasuttayangkurn L, Ruchirawat S, Satayavivad J. "Inhibitory Effect of Andrographispaniculata Extract and Its Active
Diterpenoids on Platelet Aggregation." European Journal of
Pharmacology. 553:1-3 (2006):
39-45.
18.
Jayakumar T, Hsieh CY, Lee JJ, Sheu JR. "Experimental and Clinical Pharma-cology of Andrographispaniculata and Its Major Bioactive
Phytoconstituent Andrographolide."
Hindawi. ID 846740(2013):1-16.
19.
Palomo I, Fuentes E, Padro T, Badimon L. "Platelets and Athero-genesis: Platelet Anti-aggregation Activity and Endothelial Protection81
JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017
thrombosis in vivo." Thrombosis
Research. 118:6(2006)733-739.
21. Pandey G, Madhuri S. "Pharmaco-logical Activities of Ocimum sanctum (Tulsi): a Review."
International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 5:1(2010):61 -66.
from Tomatoes (Solanum
lycoper-sicum L.)." Experimental and Therapeutic Medicine. 3:4(2012):
577-584.
20.
Tohti I, Tursun M, Umar A, Turdi S, Imin H, Moore N. "Aqueous extracts of Ocimum basilicum L. (sweet basil) decrease platelet aggregation induced by ADP and thrombin in vitro and rats arterio–venous shuntthrombosis in vivo." Thrombosis
Research. 118:6(2006)733-739.
21.
Pandey G, Madhuri S. "Pharmaco-logical Activities of Ocimum sanctum (Tulsi): a Review." InternationalJournal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 5:1(2010):61