• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM PENGOBATAN DIABETES MELITUS TIPE 1 PADA ANAK

Dalam dokumen JIMKI 5.1 (Halaman 41-49)

Ana Mariana1

1Dokter Intersip RSUD Pameungpeuk - Garut Selatan, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi

26

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

Conclusion: Human Umbilical Cord Blood (hUCB) Stem Cells is a potential candidate of

alternative therapy in diabetes melitus type 1.

Key words: diabetes melitus type 1, hUCB Stem Cells

1. PENDAHULUAN

Prevalensi diabetes melitus (DM) di dunia telah meningkat sangat pesat selama dekade belakangan ini, dari perkiraan 30 juta kasus di tahun 1995 hingga 177 juta di tahun 2000. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dewasa ini, lebih dari 360 juta individu akan menderita diabetes melitus di akhir tahun 2030.[1]

Diabetes adalah penyebab utama terjadinya mortalitas, tetapi beberapa penelitian mengindikasikan bahwa diabetes adalah suatu penyebab dari kematian tersebut. Perkiraan menyebutkan bahwa DM adalah penyebab kematian kelima di dunia dan bertanggungjawab atas kejadian 3 juta kematian di dunia (1,7-5,2%) kematian dunia. Di AS DM didaftarkan sebagai penyebab utama kematian ketujuh di Amerika Serikat saat ini, dengan hampir 200.000 kematian dilaporkan setiap tahun. The American Diabetes Association memperkirakan bahwa hampir 16 juta orang atau 5,9 % dari populasi Amerika Serikat saat ini mengidap diabetes.[1,2]

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar di dunia dalam jumlah penderita DM. Pada tahun 2000, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap DM. Namun, pada tahun 2006 jumlah penderita DM meningkat tajam menjadi 14 juta orang.

The American Diabetes Association (ADA)

memperkirakan bahwa 5 sampai 10 persen orang Amerika didiagnosis dengan penyakit ini memiliki diabetes melitus tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 disebut juga diabetes anak-anak yang sering muncul sendiri dari bayi sampai usia 30-an akhir. Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh pasien kehilangan toleransi imunologi terhadap antigen sel β hal ini yang menyebabkan kerusakan sel β pankreas dan tidak adanya sel β pancreas (sel islet), yang pada akhirnya membuat tubuh gagal untuk memproduksi insulin sehingga memunculkan terapi insulin sebagai pengobatan untuk dm tipe 1.[3,4,5]

Pasien dengan diabetes tipe 1 harus disuntik insulin beberapa kali sehari dan harus melakukan tes konsentrasi glukosa darah tiga sampai empat kali sehari sepanjang hidupnya untuk mengontrol darah glukosa. Hal ini jelas membutuhkan pengawasan yang konstan dan terus menerus, tetapi hanya memberi kontrol glukosa yang tidak sempurna karena sangat berkaitan dengan kepatuhan pasien untuk menjalani suntik insulin seumur hidupnya selain itu dalam jangka panjang dapat berpotensi untuk menimbulkan komplikasi misalnya penyakit jantung, kebutaan, gagal ginjal dan kerusakan pada sistem saraf perifer. Banyak pengobatan yang dapat meringankan atau menunda perkembangan diabetes melitus tipe 1 akan tetapi tidak mengatasi akar masalah penyakit tersebut yaitu adanya kerusakan dan kurangnya jumlah sel ß pankreas pada pasien diabetes tipe1 yang menyebabkan keadaan hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia inilah yang menyebabkan terjadinya komplikasi pada pasien. Maka dari itu diperlukan suatu terapi alternatif lain yang lebih baik agar permasalahan tersebut mampu diatasi.[4]

Saat ini seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan ditemukan bahwa stem cell memiliki peranan dalam terapi pengobatan diabetes terutama pada diabetes melitus tipe 1. Stem sel sendiri adalah merupakan sel yang belum terspesialisasi yang terdapat di dalam tubuh manusia. Sel ini memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berkembang menjadi bermacam-macam sel lain di dalam tubuh manusia. Selain itu, fungsi sistem perbaikan yang dimilikinya membuat stem sel mampu berkembang dan membelah diri secara tepat untuk menggantikan sel-sel yang telah mati pada organ tubuh manusia.[6]

Peranan stem sel untuk terapi diabetes melitus tipe 1 ini salah satunya adalah dengan aplikasi penggunaan Human

Umbilical Cord Blood (hUCB) Stem Cells.

Terapi ini memungkinkan pasien untuk mengurangi suntikan insulin dan juga mengurangi komplikasi diabetes kronis.

27

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

melimpah diantara stem sel lainnya. Sifat dari stem cell yang berasal dari tali pusat ini adalah multipotent stem cell yang dapat berkembang menjadi sel-sel organ tubuh manusia seperti sel saraf, sel otot, dan sel darah merah. hUCB stem cells dapat berpotensi dijadikan terapi untuk penyakit diabetes melitus tipe 1 karena kemampuannya yang multipoten dan selain itu memiliki progenitor genetik pankreas sehingga mampu berdiferensisasi menjadi sel-sel ß pankreas yang berguna untuk mengobati penyakit diabetes. Selain itu, hUCB Stem

Cells dapat diperoleh secara mudah pada

tali pusat dan tidak menimbulkan masalah etik dan pengambilan hUCB Stem Cells pada tali pusat tidak menimbulkan kerusakan sama sekali karena tali pusat tidak dibutuhkan lagi oleh bayi sejak dilahirkan dan selama ini tali pusat hanya sebagai limbah rumah sakit yang tidak dimanfaatkan.. Dari beberapa kelebihan yang dimiliki oleh hUCB Stem Cells ,maka aplikasi penggunaan hUCB Stem

Cells ini dapat menjadi salah satu kandidat

terapi alternatif yang menjanjikan dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka

karya tulis ilmiah mengenai potensi hUCB

Stem Cells dalam pengobatan diabetes

melitus tipe 1 ini disusun dengan harapan

mampu memberikan solusi akan

permasalahan diabetes melitus tipe 1 di

Indonesia.[6,7]

2. PEMBAHASAN

2.1 Potensi Human Umbilical Cord Blood (hUCB) Stem Cells dalam

Pengobatan DM tipe 1 pada Anak

Sehubungan dengan aplikasi

hUCB stem cells untuk pengobatan

diabetes, pengamatan bahwa hUCB stem

cells berisi progenitor pankreas yang

memiliki potensi untuk dapat berkembang menjadi sel yang memproduksi insulin sangat berperan penting. Sampai saat ini, satu studi yang dilakukan oleh

Pessina dan rekan-rekan telah menyelidiki adanya ekspresi penanda progenitor endokrin pankreas pada hUCB

stem cells. Mereka menemukan bahwa hUCB stem cells memiliki penanda

progenitor endokrin pankreas seperti neurogenin-3 (ngn-3), Pax-4 dan juga Isl-1 yang dianggap penting bagi terjadinya diferensiasi sel-β pankreas.[17]

Prekursor endokrin pankreas memiliki fenotip yang sama dengan stem sel hati dan saraf, yang juga dihasilkan dari sel

hUCB. Oleh karena itu, manipulasi lebih lanjut dilakukan in vitro atau in vivo sehingga dapat mengakibatkan diferensiasi sel menjadi sel pankreas.[17]

Gambar 1. Diferensiasi progenitor endokrin pankreas menjadi sel-β

28

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

Mekanisme hUCB stem cells setelah ditransplantasikan ke dalam tubuh yaitu: (1) sel induk akan pindah ke jaringan pankreas yang rusak untuk mempromosikan regenerasi sel-β pankreas; (2) sel induk yang ditransplantasikan ke dalam tubuh akan menghancurkan jaringan imunologi yang rusak dan membangun kembali jaringan imunologi baru dan memperbaiki pankreas yang rusak; (3) setelah sel induk pindah ke pankreas, mereka dapat berdiferensiasi menjadi sel endotel yang dapat menstimulasi proliferasi dari sel-sel prekursor pankreas sehingga bisa berdiferensiasi menjadi sel yang dapat menghasilkan insulin. Pada kondisi ini, sel-sel pankreas endogen akan meningkat. Sel induk akan meningkatkan diferensiasi sel-sel pulau kecil dan menghasilkan sel islet lebih banyak untuk mengurangi gula darah; dan (4) Sel induk mampu meningkatkan imunitas, mengatur lingkungan internal, mengurangi resistensi insulin, meningkatkan kepekaan terhadap insulin, meningkatkan parakrin insulin dan mempromosikan perbaikan insulin.[16,17]

Para peneliti di University of Florida telah mempelajari efek dari penggunaan Hucb dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1 dimana subyeknya adalah 23 orang anak yang berusia di atas 1 yang memiliki tipe 1 Diabetes yang menyimpan darah tali pusat mereka sendiri sejak lahir di bank darah tali pusat. Hasil sementara untuk 6 bulan pertama setelah menerima sel induk darah tali pusat mereka sendiri menunjukkan bahwa anak-anak diperlukan dosis insulin lebih rendah setiap hari dan kadar gula darah mereka yang lebih terkontrol. Sel-sel induk juga memiliki dampak yang menguntungkan pada sistem kekebalan tubuh mereka. Selain itu penelitian di China dimana juga dilakukan tranplantasi hUCB stem

cells untuk pengobatan pasien diabetes

tipe 1, menunjukan adanya penurunan dosis insulin dan kontrol gula darah yang stabil setelah dilakukannya transplantasi.[17,18]

Menurut National Marrow Donor

Program (NMDP) USA, sampai saat ini

stem cell yang terkandung di darah tali pusat, sudah bisa mengobati 72 penyakit seperti diantaranya adalah

Gambar 2. Human Umbilical Cord Blood yang memiliki progenitor endokrin pankreas memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel-β pankreas.[17]

29

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

diabetes. Selain itu darah tali pusat digunakan untuk mengobati berbagai kelainan darah seperti thalasemia, kelainan metabolisme turunan, defisiensi kekebalan tubuh, jantung, dan saraf. Keistimewaan dari pemanfaatkan stem cell tersebut adalah tidak hanya untuk pemiliknya saja, tetapi juga bisa digunakan oleh saudara kandung dan orang tua, asalkan mempunyai kecocokan dalam struktur gen dan golongan darah tingkat kecocokan darah tali pusat akan berbeda untuk setiap anggota keluarga. Darah tali pusat seorang bayi, memiliki tingkat kecocokan 50%-75% jika digunakan oleh saudara kandungnya. Sementara tingkat kecocokannya hanya 25%-50% jika digunakan oleh orang tuanya. Dengan demikian, aplikasi penggunaan

human umbilical cord blood cells dapat

dijadikan sebagai salah satu terapi alternatif yang paling menjanjikan untuk pengobatan diabetes melitus tipe 1.[21]

2.2 Prosedur klinis Human Umbilical

Cord Blood (hUCB) Stem Cells

dalam Pengobatan Diabetes

Melitus Tipe 1.

Prosedur klinis pertama dalam penggunaan hUCB Stem Cells untuk

pengobatan diabetes melitus tipe 1

adalah melakukan penyimpanan darah tali pusat di bank tali pusat. Prosedur ini dilakukan saat kehamilan berlangsung dimana orang tua pasien sudah harus

mendaftarkan diri ke bank tali pusat sebelumnya. Kemudian setelah menandatangani kontrak, akan dibekali kit pengambilan darah yang berisi kantong darah, tabung untuk menyimpan darah ibu, dan alat untuk mengambil darah. Selanjutnya darah tali pusat diambil setelah tali pusat dipotong dan diekstraksi dari ujung tali pusat plasenta. Jumlah yang diambil bervariasi, antara 50-100 mL, dengan asumsi dalam 50-65 mL terdapat lebih dari 800 juta stem sel. Pada saat pengambilan darah tali pusat ada resiko kontaminasi jamur dan bakteri yang berasal dari vagina, urine, feces, udara dan sumber lain. Agar dapat digunakan untuk pencakokan di masa depan, darah tali pusat harus bebas dari bakteri dan jamur. Oleh sebab itu resiko kontaminasi pada saat pengambilan dan pemprosesan harus di minimalkan.[19]

Saat ini ada 2 metode pada pengambilan darah tali pusat yaitu dengan menggunakan kantung darah (sistem tertutup) dan jarum suntik (sistem terbuka). Tidak ada perbedaan dalam volume darah yang di dapat dalam 2 metode ini, tetapi resiko kontaminasinya sangat berbeda. Penelitian menunjukkan pengambilan dengan jarum suntik mempunyai resiko kontaminasi sebesar 12,5% sedangkan dengan kantung darah mempunyai resiko terkontaminasinya sebesar 3,3% . Untuk mencegah terjadinya pembekuan

Gambar 3. Prosedur klinis pengambilan dan penyimpanan Human Umbilical Cord

30

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

pada darah tali pusat, anti koagulan harus di tambahkan sewaktu pengambilan. Untuk kantung darah, anti koagulan yang di gunakan berupa larutan garam dan gula, sehingga tidak ada pengaruh terhadap tes HLA. Resiko pencemaran dengan metode kantung darah dapat di perkecil sampai kurang dari 1% dengan metode yang benar, antara lain dengan dibersihkannya tali pusat dengan Iodine sebelum pengambilan. Stem sel tambahan dikoleksi dari plasenta melalui proses di bank. Setelah petugas dari bank stem sel mengambil darah tali pusat dari ujung tali pusat plasenta, plasenta dibawa ke laboratorium stem sel diproses untuk mendapatkan stem sel tambahan.[18,19]

Guna memastikan ada cukup sel untuk transplantasi, jumlah darah yang diambil dari tali pusat minimal 75 mL. Setelah pengambilan, darah tali pusat dibawa ke laboratorium, diproses, dan disimpan dalam bentuk cryo atau beku. Kemudian, unit darah tali pusat pelan-pelan didinginkan sampai -90 derajat Celcius lalu dimasukan ke tank nitrogen cair yang akan menjaga unit tali pusat beku pada suhu -196⁰C. Sewaktu di simpan pada nitrogen cair bersuhu-196⁰C secara cryorgenic, sel induk tidak memiliki masa kadaluarsa. Artinya sel induk dapat disimpan selamanya. Untuk menjamin kelangsungan hidup sel induk, pendinginan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan

Controlled Rate Freezer dengan menggunakan kantung, resiko bocornya nitrogen ke tempat penyimpanan (misalnya terjadi pada tabung) dapat dihilangkan. Proses pembekuan yang lambat diperlukan untuk menjaga sel tetap hidup selama proses pembekuan. Sebelum darah disimpan, perlu dilakukan test viral, meliputi tes HIV dan hepatitis B dan C dan typing jaringan (untuk menentukan tipe HLA/ Human Leukocyte antigen). Selama proses penyimpanan itu dilakukan pemantauan secara periodik agar kualitas stem sel yang disimpan tetap terjamin hingga saatnya digunakan.[19,21]

Pada saat transplantasi, sel induk darah tali pusat di cairkan terlebih dahulu dan di transfusikan melalui vena pasien diabetes tipe 1. Darah tali pusat yang di ambil dan di proses melalui

system terbuka, sel induk harus di ambil dari tabung, di cairkan kemudian di masukkan lagi ke jarum suntik untuk kemudian di transfusikan ke vena penderita. Hal ini menimbulkan resiko terkontaminasi yang lebih besar. Sebaliknya, sel induk darah tali pusat yang di simpan dengan system tertutup atau kantung, dapat di pergunakan dengan alat tranfusi yang tertutup. Dengan metode tertutup (kantung) resiko pencemaran dan tertukarnya darah pada waktu proses pengambilan, pemrosesan, penyimpanan dan transplantasi dapat di kurangi.[19,21] 2.3 Prospek Human Umbilical Cord

Blood (hUCB) Stem Sel dalam

Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 1 di Indonesia.

Melihat banyaknya manfaat yang bisa di dapat dari sel induk darah tali pusat, maka sekarang ini aplikasi penggunaan hUCB Stem Cells dalam

terapi pengobatan penyakit salah satunya diabetes melitus tipe 1 semakin

meningkat. Dengan meningkatnya

aplikasi hUCB Stem Cells untuk terapi pengobatan maka diperlukan bank darah tali pusat yang berfungsi untuk

mengatur pengambilan, pengiriman, dan pemrosesan darah tali pusat dengan segera. Saat ini sudah banyak negara yang memiliki bank darah tali pusat. Setelah sekian lama dinanti, akhirnya Indonesia memiliki bank darah tali pusat sendiri. Bank penyimpanan darah tali pusat pertama di Indonesia diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI periode 2004-2009, Siti Fadilah Supari pada tanggal 14 Oktober 2006. Bank ini beroperasi di Indonesia atas kerja sama PT. Kalbe Farma dan PT. CordLife, perusahaan Singapura yang bergerak di penyimpanan darah tali pusat. Bank ini berdiri karena permintaan masyarakat Indonesia untuk menyimpan darah tali pusat bayinya semakin banyak. Dengan adanya kehadiran bank darah tali pusat di Indonesia memenuhi harapan banyak kalangan yang peduli akan masa depan kesehatan anak-anak mereka terutama pada penderita DM tipe 1.[20,22,23]

Dilihat dari segi dana untuk pengambilan dan penyimpanan darah tali pusat di bank darah tali pusat memang membutuhkan biaya extra. Namun ini bukanlah sebuah hal sia-sia,

31

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

melainkan simpanan yang sangat berharga dan berguna untuk masa depan. Karena akan selalu ada kemungkinan berbagai penyakit datang tidak terduga dan membutuhkan transplasi darah tali pusat untuk menolongnya. Biaya untuk pengambilan darah, pemrosesan, dan penyimpanan tahun pertama di bank darah tali pusat Indonesia yaitu Rp. 9.000.000,00. Sedangkan untuk penyimpanan tahun berikutnya, tarif yang ditetapkan adalah Rp.1.250.000,00 per tahunnya. Menurut CEO Group CordLife, Steven Fang, harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan menyimpan di luar negeri karena tidak termasuk dana pengiriman. Di Singapura, untuk proses awal dibebankan biaya 2.000 dolar Singapura dan 250 dolar Singapura per tahun untuk penyimpanan tahun selanjutnya. (info kurs 1 dolar singapura per 13 April 2010 = Rp.6.500,00). Kapasitas penyimpanan bank ini terbatas hanya untuk 30.000 unit darah tali pusat dengan kapasitas masing-masing 22,5 mililiter per unit. Kelemahan tingginya biaya tersebut maka dimungkinkan kalangan yang hanya dapat menyimpan darah tali pusatnya di bank darah tali pusat hanya untuk kalangan yang mampu saja, sehingga hanya kalangan terbatas tak mampu untuk memanfaatkan aplikasi penggunaan stem sel darah tali pusat ini untuk pengobatan.[19,20,21]

Dilihat dari segi etik bahwa aplikasi penggunaan Human Umbilical Cord Blood (hUCB) Stem Sel sebagai

terapi pengobatan salah satunya adalah

diabetes melitus tipe 1 tidak

bertentangan dan sangat mungkin dilakukan di Indonesia karena stem sel darah tali ini diambil dari tali pusat bayi baru lahir yang biasanya terbuang dan

tidak digunakan berbeda dengan

Embryonic stem cells dimana aplikasi

penggunaan stem sel tersebut sangat bertentangan dengan etika karena embrio dianggap sebagai kehidupan baru yang harus dihormati sehingga penggunaan embrio untuk stem cells dapat disamakan dengan tindakan

membunuh dan aborsi.[25] Berdasarkan

beberapa hal diatas, maka prospek penggunaan hUCB stem cells dalam

pengobatan diabetes melitus tipe 1 dapat dilakukan di Indonesia. Akan

tetapi teknologi ini masih baru maka masih belum banyak tersedia tenaga ahli yang memadai sehingga dapat menjadi kendala dalam aplikasinya. Oleh karena itu perlu dilakukan sosialisasi mengenai potensi, prosedur

dan prospek terapi hUCB stem cells

dalam pengobatan DM Tipe 1 ini terutama kepada praktisi kesehatan dan klinisi laboratorium sehingga semakin banyak tenaga ahli yang terlatih yang dapat mendukung aplikasi teknologi kesehatan ini di Indonesia pada masa mendatang.

3. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan pembahasan yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan yaitu sebagai berikut: 1. Human Umbilical Cord Blood (hUCB) Stem Sel memiliki potensi dan dapat dijadikan sebagai terapi alternatif yang menjanjikan dalam pengobatan diabetes

melitus tipe 1.

2. Prosedur klinis Human Umbilical Cord

Blood (hUCB) Stem Sel dalam

pengobatan diabetes melitus tipe 1

meliputi proses pengumpulan, penyimpanan dan transplantasi stem sel darah pusat.

3.Prospek penggunaan Human Umbilical Cord Blood (hUCB) Stem Sel

dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1 dapat dilakukan di Indonesia dilihat dari segi etika, dana dan ketersediaan bank darah tapi pusat.

4. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai analisis hasil terapi

hUCB stem sel dalam pengobatan diabetes tipe 1 di Indonesia. Selain itu,

perlu juga dilakukan sosialisasi mengenai potensi, prosedur klinis dan prospek terapi hUCB stem sel dalam

pengobatan diabetes tipe 1 kepada praktisi kesehatan, klinisi laboratorium, dan masyarakat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sarah Liar, Gojka, Anders, Richard. “Global Prevalence Diabetic. American Diabetes Association”.

3 Maret 2014.

<http://www.who.int/diabetes> 2. Michael, Clark. “Estimates of The

32

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari – Agustus 2017

Diabetes”. 3 Maret 2014. <http://www.worlddiabetesfoundatio n.org>

3. Paul Zimmet, Clive Cockram. “The Epidemiology and Management of Diabetes Mellitus in Indonesia”. 2

Maret 2014.

<http://www.hkmj.org/article> 4. Wilson. “Stem Cells and Diabetes”.

The National Intitute of Health Source for Stem Cells Research.

2009. 2 Maret 2014. <http://www.nihl.com>

5. Couri, Voltarelli. “Potencial Role of Stem Cell Therapy in Type 1 Diabetes Melitus”. Departemen of

Clinical Medicine University of Sao Paulo. 2012. 2 maet 2014. <http://www.usv.com>

6. Sardjono CT. Sel punca (stem

cell)-sel unik anugerah alam. CDK, 2008.

35:32-5.

7. Feinberg. “Placental Stem Cells-The Important Role of the Placenta”. 2008. 21 Maret 2014 <http://www.isci.com>

8. Guyton C Arthur, Hall E John. Buku

Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11.

Jakarta EGC, 2006. 1010-1011. 9. Price A Slyvia, Wilson M Lorraine.

Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Ed 6. Jakarta:

EGC, 2006. 1259-1260.

10. Robbins, Kumar, Cotran. Buku Ajar

Patologi. Ed 7. Vol 2. Jakarta: EGC,

2004. 719.

11. Sudoyo W.Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Ed 5. Jilid III.

Jakarta: Interna Publishing, 2009. 1873-83.

12. WHO. Definition, Diagnosis and

Classification of Diabetes Melitus and its Complication. World Health Organization Department of Non-Communicable Disease Surveilance. Geneva. 2008.

13. Halim D, Harry M, Ferry S, Arief B, Tono D, Boenjamin S. Stem cell

dasar teori & aplikasi klinis. Jakarta:

Erlangga, 2011.

14. Setiawan N. Aplikasi terapeutik sel

stem embrionik pada berbagai penyakit degeneratif. CDK, 2009.

153: 5-8.

15. Aulia A. Aspek Dasar sel punca

embrionik (embyonic stem cells) dan

potensi pengembangannya. PB IDI Jakarta, 2008. 1-12.

16. Michael, Hilla, Clive, Todd.

Autologous Umbilical Cord Blood Infusion for type 1 Diabetes.

Departemen Pediatric University Florida. 36 (6) (2008) : 710-715. 17. Koblas Tomas, Harman S, Saudek

Frantisek. Application of Umbilical

Cord Blood Cells in the Treatment of Diabetes Melitus. The Review of

Diabetic Studies, 2 (4) (2010): 228-234. [10 Februari 2011].

18. Stem Cells Tranplant. “Advantages of Cord Blood Stem Cells”. Shijiazhuang Hospital. 2012. 3

Maret 2014

<http://www.shijiazhuangh.com > 19. “Cord Blood Cells May Offer the

Potential for Future Treatments”.

Cord Blood Banking USA. 2009. 3

Maret 2014.

<http://www.cordbloodbanking.com> 20. David Bleich. “Umbilical Cord Blood and Type 1 Diabetes: A road a head ordead end”. American Diabetes

Association. 3 Maret 2014. <http://www.diabetescare.com>

21. Dessy F. Makalah Trend & Issue

Maternal Dan Neonatal Materi Bank Darah Tali Pusat.STIKIM, 2013.

22. “Indonesia akan memiliki bank tali pusat”. Gizinet. 3 Maret 2014. <http://www.gizi.net>

23. David Priyatna. “Cordlife Indonesia secara resmi beroperasi menggandeng PT Kalbe Farma Tbk”. 3 Maret 2014. < http://www.henlia.com>

24. “Diresmikan, penyimpan darah tali pusat”. Lampung Post. 3 Maret 2014.

<http://www.lampungpost.com> 25. Novi, Ratna, Agung. “Penggunaan

Stem Sel untuk Keperluan Medis”.

Bioetika Stem Sel. 3 Maret 2014.

Dalam dokumen JIMKI 5.1 (Halaman 41-49)