• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DI DESA PARULOHAN

PETANI DI DESA PARULOHAN

5.4 Dampak Pertanian Kopi Terhadap kehidupan Sosial Petani Desa Parulohan

5.4.1 Dampak Positif

Ada banyak dampak/hal positif yang bisa kita lihat dari pertanian kopi di Desa Parulohan ini antara lain:

Tingkat Pendapatan

Pada hakikatnya manusia mempunyai kecenderungan untuk tetap hidup dan mengembangkan harkat kehidupan sosialnya. Mereka didorong oleh hasrat untuk hidup lebih baik sesuai dengan harkat manusia sebagai makhluk individu dan sosial. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya cenderung untuk mencari dari berbagai sumber yang ada, terutama berkaitan dengan potensi di sekeliling mereka hidup dan bertempat tinggal. Usaha pertanian kopi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Parulohan banyak sekali membawa perubahan. Perubahan yang dialami berbeda-beda, ada yang mengalami perubahan yang sangat mencolok/cepat namun ada juga yang mengalami perubahan secara lambat.

Pola usaha hasil pertanian pertanian bagi petani di Desa Parulohan bukan sekedar minuman, saja tetapi mempunyai arti ekonomis yang telah beberapa tahun menjadi sumber penghasilan dan tanaman prioritas bagi petani. Adanya niat pemeliharaan dan pengelolaan dari petani yang semakin memberikan hasil dan harapan yang pasti bagi

masa depan petani. Apalagi bila perawatan dan pengelohanya cukup baik, maka akan mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda.

Mengenai perolehan hasil produksi panen kopi Lasuna dan Sigarar utang di Desa Parulohan sangatlah bervariasi. Besar kecilnya hasil panen kopi sangat dipengaruhi oleh luas lahan kopi yang dimiliki petani. Lahan yang luas tentu saja mendapat hasil panen yang banyak, begitu juga dengan lahan yang sempit akan mendapat hasil panen kopi yang lebih sedikit. Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa biaya yang dikeluarkan untuk merawat dan penanaman kopi tersebut kemudian akan dikurangi dari hasil panen yang sudah didapat. Setelah biaya tersebut dikurangkan maka petani bisa melihat berapa hasil dan keuntungan yang petani dapatkan dari pertanian kopi.

Perkembangan pertanian kopi diiringi juga semakin meningkatnya pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan petani menyebabkan adanya bentuk perubahan di dalam kehidupan petani. Ini bisa kita lihat dari pola hidup dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.

Meningkatnya pendapatan petani di Desa Parulohan dari pertanian kopi sangat banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat Desa Parulohan. Ini terlihat dari bentuk rumah yang mereka miliki. Sebelum adanya pertanian kopi di desa ini,bentuk rumah-rumah penduduk bisa dikatakan sangat sederhana dan bahkan ada yang tidak layak huni. Masyarakat masih menghuni rumah-rumah panggung yang sebagian besar terbuat dari kayu, sebagian rumah penduduk masih ada lagi yang beratapkan ijuk dan rumbia. Masyarakat yang tinggal di rumah yang sudah terbuat dari bahan batu (semi permanen) biasanya merupakan masyarakat yang tergolong berkecukupan dan mempunyai jabatan dalam pemerintahan. Para petani yang bisa membangun sebuah rumah yang semi permanen hanyalah mereka yang mempunyai uang pada saat itu. Sebagian masyarakat juga ada yang menempati rumah bolon (rumah Batak), di desa ini rumah bolon biasanya

oleh masyarakat yang mempunyai kedudukan sebagai Raja huta (pemilik kampung). Namun, ketika pendapatan meningkat masyarakat mulai memperbaiki rumah mereka, ada yang mempunyai rumah semi permanen dan ada juga yang sudah permanen. Rumah-rumah panggung sudah jarang ditemui di desa ini. Sekalipun ada beberapa Rumah-rumah panggung dijumpai di Desa Parulohan itu hanyalah sebagai jabu parsakktian75. Perubahan bentuk rumah ini lebih memudahkan masyarakat menyimpan kendaraan mereka ke rumah yang tidak memakai rumah panggung. Perubahan bentuk rumah ini juga seiring dengan perkembangan zaman serta perkembangan teknologi. Masyarakat bisa membangun bentuk rumah permanen dan semi permanen yang dilengkapi dengan sarana komunikasi seperti televisi.selain untuk melengkapi peraletan rumah tangga para petani juga sudah menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Bukan hanya dalam bentuk rumah yang mengalami perubahan, masyarakat juga sudah mampu mampu mencukupi kebutuhan primer namun mereka sudah bisa memenuhi kebutuhan sekunder bahkan kebutuhan tersier. Bisa kita lihat contoh yaitu barang-barang yang ada di rumah penduduk. Dulu televisi adalah sebuah barang mewah untuk masyarakat desa ini. Masyarakat yang mempunyai televisi hanyalah beberapa orang saja. Namun, ketika munculnya pertanian kopi di masyarakat desa ini membuat barang mewah tersebut bisa di beli oleh mereka dan hampir seluruh masyarakat desa sudah mempunyai televisi pada tahun 2002. Bukan hanya pada televisi saja, namun masih banyak barang lainnya yang dianggap mewah oleh masyarakat pada saat itu yang bisa dibeli masyarakat. Dalam pola hidup juga petani mengalami perubahan. Ada pemikiran masyarakat untuk lebih maju dan tidak mau kalah dengan masyarakat lainnya. Hal inilah yang mengakibatkan adanya persaingan diantara petani yang di Desa Parulohan. Persaingan

75 Jabu parsakktian artinya rumah warisan yang dijadikan sebagai tempat berkumpul anggota keluarga. Jabu parsaktian biasanya merupakan warisan yang diberikan kepada anak bungsu dari anggota sebuah keluarga.

yang terjadi yaitu ketika salah satu petani sudah bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi maka masyarakat lainnya juga akan mengikut dan tidak mau kalah. Hal ini tentu saja berdampak positif bagi masyarakat sehingga masyarakat lebih giat lagi untuk bekerja.

Bagi petani yang pendapatannya tinggi atau mempunyai pendapatan lebih sudah bisa membeli alat transportasi. Masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya sarana transportasi. Komunikasi lalu lintas sangat penting bagi kehidupan manusia dan merupakan sarana yang sangat penting dalam kelancaran roda perekonomian. Sebelum tahun 1988, masyarakat di desa ini menggunakan hewan peliharaan seperti kerbau sebagai alat trasportasi. Pemanfaatan tenaga hewan digunakan untuk mengangkut hasil-hasil pertanian dari lokasi petani menuju rumah petani, yang paling uniknya pada saat para petani juga memanfaatkan tenaga hewan sebagai alat angkutan hasil pertanian ke pasar. Para petani harus menggiring pedati yang ditunggang oleh kerbau untuk membawa hasil pertanian keluar dari desa dan berjalan sejauh ±3 Km.

Seiring dengan perkembangan teknologi dan juga diakibatkan pendapatan petani semakin tinggi, sarana transportasi di Desa Parulohan juga mulai berubah. Lambat laun, masyarakat semakin berkurang untuk menggunakan jasa kerbau lagi untuk mengangkut barang mereka ke pasar, dan mulai menggunakan sepeda, kendaraan bermotor bahkan sebagian suadah ada yang memiliki mobil. Bagi petani di desa ini, mereka menggunakan sepeda motor ataupun mobil bukan hanya sebagai alat transportasi untuk jalan-jalan ataupun ke pasar. Sebagian besar petani menggunakan sepeda motor sebagai alat transportasi untuk pergi ke areal pertanian. Bagi masyarakat yang sudah memiliki mobil, setiap hari senin mobil ini digunakan sebagai angkutan umum bagi masyarakat yang pergi ke pasar.

Pada saat penelitian ini diadakan sarana transportasi di Desa Parulohan terlihat mengalami banyak perubahan dari yang sebelumnya. Hampir seluruh masyarakat sudah memiliki kendaraan pribadi, hal ini juga didukung oleh kondisi jalan yang sudah tergolong baik (sebagian besar akses jalan di desa ini telah terbuat dari aspal). Namun, ada satu kendala yaitu minimnya angkutan umum di desa ini sehingga masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan pribadi. Masyarakat yang mempunyai mobil hanyalah digunakan untuk mengangkut hasil pertanian kopi. Sarana transportasi yang ada di desa ini bukan hanya untuk akses penduduk ke desa lain namun juga untuk kelancaran dan produksi pertanian kopi. Ketika kopi sudah siap dipasarkan tentu saja membutuhkan sarana transportasi untuk mengangkutnya ke ke daerah lain atau keluar dari desa tersebut. Sarana transportasi yang ada bukan hanya untuk mengangkut hasil pertanian yang didapatkan oleh penduduk namun juga untuk biaya perawatan kopi tersebut seperti mengangkut pupuk, dll.

Tingkat Pendidikan

Adanya idealisme yang tinggi bagi sebagian besar orang batak untuk mencari jati diri yang lebih tinggi yaitu hagabeon, hasangapon dan hamoraon (kebahagiaan, harga diri ataupun kekuasaan dan kekayaan). Bagi orang Batak idealisme ini tidak terlepas dari peran penting pendidikan sebagai jalan untuk mencari jati diri. Pendidikan merupakan salah satu fondasi awal untuk mencapai tingkat kemajuan serta faktor untuk mendapat kehidupan yang lebih layak. Pendidikan bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan. Pendidikan ini merupakan suatu konsumsi yang sangat erat hubungannya dengan lingkungan sosial dan sudah merupakan tuntutan jaman. Pendidikan biasanya bisa didapatkan dimana saja, baik itu pendidikan non formal maupun pendidikan formal. Manfaat pendidikan sangatlah banyak mulai dari mempersiapkan diri

untuk mencari nafkah, mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi maupun kepentingan masyarakat, melestarikan kebudayaan, dll.

Harapan dan keinginan yang tinggi dari para petani di Desa Parulohan untuk menyekolahkan anak-anaknya sudah ada sejak jaman dahulu. Hal ini tidak terlepas dari motto ataupun filosofi orang batak yaitu sering diucapkan yaitu “anakkon hi do hamoraon di au” yang artinya anaknya lah yang paling berharga bagi orang tuanya atau anaklah yang menjadi kekayaan bagi orang tua. Keinginan ini semakin terwujud dengan adanya tingkat pendapatan masyarakat yang lebih baik. Dengan adanya pertanian kopi, masyarakat sudah bisa menyekolahkan anaknya ke tingkat SMA bahkan sudah banyak yang menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. Para orangtua mengharapkan supaya anak-anak mereka kelak tidak sama nasibnya dengan mereka.

Upaya dari sebagian besar orang tua di Desa ini yang selalu berharap menyekolahkan anak-anaknya, agar di kemudian hari anak-anaknya bisa lebih dan tidak mengalami seperti yang mereka alami. Hal inilah salah satu alasan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak ke jenjang yang lebih tinggi. Setiap orangtua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya. Sejak masyarakat Desa Parulohan menjadi petani kopi tingkat pendidikan sudah semakin membaik. Keinginan untuk menyekolahkan anak ini terlihat dari upaya masyarakat untuk giat bekerja sebagai petani. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka bekerja dan juga pemanfaatan waktu supaya tidak terbuang percuma. Prinsip yang ingin lebih maju, bagi masyarakat di desa ini kedudukan anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda. Setiap anak yang ingin maju, orang tua siap dan menyekolahkanya ke jenjang yang lebih tinggi.

Untuk membiayai kebutuhan pendidikan untuk anak, para petani selalu berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan sekolah yang layak untuk anaknya . Hal ini membuat mereka memeras tenaga serta pikiran untuk mengatasi segala

keperluan-keperluan mereka sekolah. Dalam mengatasi keperluan-keperluan sekolah petani tidak jarang untuk melakukan pinjaman ke tauke/agen kopi, bahkan sebagian orang tua tidak segan-segan menjual sebagian dari tanahnya. Dibalik semua itu keinginan untuk menyekolahkan anak ini karena tingkat pendapatan masyarakat sudah tinggi yaitu dari hasil pertanian kopi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Parulohan. Sebelum tahun 1988, terlihat jelas keinginan masyarakat untuk menamatkan anaknya tingkat perguruan tinggi masih sangat minim. Namun setelah tahun 1990, masyarakat berlomba-lomba untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan harapan kehidupan anak mereka kelak lebih baik dari kehidupan orangtuanya sekarang.

Dari pengalaman masyarakat desa ini, banyak orang tua yang terpaksa tidak menyekolahkan anaknya karena kekurangan biaya, mengingat biaya pendidikan sangat mahal. Sebelum masyarakat Desa Parulohan melakukan pertanian kopi, memang sudah ada yang menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA, namun hanya beberapa orang saja. Ada pun masyarakat yang berani menyekolahkan anaknya sampai tingkat perguruan tinggi itu harus rela menjual tanah mereka untuk biaya kuliah. Namun, ada juga beberapa masyarakat yang tidak rela melakukan hal tersebut, dikarenakan pemikiran serta kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya pendidikan. Pada saat itu anyak masyarakat yang belum mampu untuk menyekolahkan anaknya sampai tingkat SMA (Sekolah Menengah Atas).

Sebelum tahun 1950 an, masyarakat Desa Parulohan banyak yang tidak mengecap pendidikan. Baru pada tahun 1952 dengan dibukanya Sekolah Dasar (SD) yaitu SD Negeri No.173322 Parulohan. Sebelumnya bagi masyarakat yang ingin menyekolahkan harus bersedia mengeluarkan biaya yang banyak dikarenakan lokasi sekolah yang jauh dari desa ini. Namun diawal tahun 1980 kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anaknya semakin bertambah. Ini terbukti dengan bertambahnya gedung sekolah yang ada

di Desa Parulohan, juga dibarengi dengan peran pemerintah untuk menyalurkan tenaga pengajar serta membuka gedung sekolah baru. Pada tahun 1990, di desa ini sudah ada 2 buah Sekolah Dasar dan 1 buah Taman Kanak-Kanak (TK). Sedangkan Sekolah Menengah Pertama ( SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) ada di desa tetangga yaitu Desa Sibuntuon Parpea.

Masyarakat di Desa ini beranggapan bahwa dengan pendidikan yang tinggi bisa lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, serta kehidupan mereka tidak lagi sebagai petani. Masyarakat juga mengharapkan kelak anak mereka tidak lagi menahan panasnya matahari dan dinginnya air hujan. Hal inilah yang membuat masyarakat Desa Parulohan berusaha keras untuk menyekolahkan anak-anak mereka. Mereka rela menguras tenaga serta pikiran supaya mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka sampai ke perguruan tinggi.

Tingkat Kesehatan

Sejak pertanian kopi ada di desa ini serta tingkat pendapatan mulai meningkat, kesadaran masyarakat untuk memperhatikan kesehatan dan berobat ke bindes (bidan desa) mulai ada. Hal ini ditandai dengan hilangnya tradisi lama yaitu perobatan tradisional yang mengandalkan hadatuon76. Lambat laun, tradisi semakin hilang dan masyarakat meninggalkan pergi berobat ke dukun dan sudah mempercayai medis. Bagi ibu rumah tangga yang mau melahirkan yang sebelumnya dibantu oleh sibaso77. Sebagian besar ibu rumah tangga yang yang mau melahirkan dulunya sangat mementingkan sibaso, bagi kaum ibu rumah tangga yang ingin melahirkan yang pergi ke sibaso biasaya tidak memerlukan biaya yang terlalu banyak karean hanya menggunkan ramuan yang digunakan oleh sibaso itu sendiri.

76 Hadatuon artinya ilmu dukun.

77 Sibaso artinya dukun beranak. Dukun dan Sibaso biasanya memiliki perbedaan yaitu dukun lebih dekat kaum laki-laki, sibaso lebih dengan urusan kewanitaan.

Masalah kesehatan begitu penting bagi setiap orang begitu juga dengan masyarakat di desa ini. Polindes di desa ini sudah ada sejak awal tahun 1970, tetapi kesadaran masyarakat untuk berobat ke bindes sangat minim. Masyarakat yang berobat ke posyandu ini bisa dihitung jari, masyarakat lebih memilih untuk pergi berobat secara tradisional karena lebih murah. Hal ini diakibatkan oleh tingkat perekonomian masyarakat sangat rendah sehingga lebih memilih pengobatan tradisional daripada pergi ke posyandu yang biayanya lebih mahal. Kalau berobat secara tradisional hanya memerlukan biaya yang sedikit untuk upah yang memberi obat, sedangkan ke posyandu mereka harus membayar biaya pengobatan serta menebus obat yang dikasih oleh pihak puskesmas.

Sejak pertanian kopi ada di desa ini serta tingkat pendapatan mulai meningkat, kesadaran masyarakat untuk memperhatikan kesehatan dan berobat ke posyandu mulai ada. Lambat laun, masyarakat mulai meninggalkan pergi berobat ke dukun dan mempercayai medis. Selain pengobatan yang mendapat penjelasan yang lebih baik mereka juga sudah mulai memilih ke puskesmas karena pengobatan yang lebih steril. Untuk ibu-ibu yang mau melahirkan juga sudah banyak yang membutuhkan bidan dibanding dukun beranak. Masyarakat sudah lebih peduli dengan kesehatan mereka setelah perekonomian mereka meningkat.

Tumbuhnya Usaha Pemasaran Kopi

Hasil usaha pertanian kopi Lasuna dan Kopi Sigarar Utang tidak hanya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan maupun perekonomian petani di Desa Parulohan. Hal ini juga berpengaruh terhadap tumbuhnya usaha pemasaran kopi, seperti penampung kopi, dan pedagang kopi. Tumbuhnya usaha pemasaran kopi di desa ini selain hanya menambah penghasilan masyarakat, juga mempermudah para petani melakukan

pemasaran hasil pertanian kopi. Tumbuhnya pemasaran kopi di desa ini dikibatkan oleh hasil panen kopi yang setiap tahun mengalami perkembangan.

Seiring perkembangan pertanian dan pertanian yang terus menambah pendapatan petani. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya jumlah pengumpul ataupun pedagang kopi, terbukti dari keberadaan pengumpul dan pedagang kopi yang telah ada di setiap dusun. Pengumpul ataupun pedagang kopi di desa ini sebelumnya hanya ada beberapa orang, jumlah pengumpul dan pedagang terus mengalami pertambahan bahkan di setiap dusun telah ada beberapa orang yang bekerja di sebagai pengumpul ataupun pedagang kopi. Di desa ini orang yang bekerja sebagai pengumpul dan pedagang biasanya lebih diminati oleh kaum wanita (ibu rumah tangga). Bagi kaum laki-laki (kepala rumah tangga) pada umunya hanya bekerja untuk mengelolah dan mengurus tanaman kopi.

Pada saat ini penelitian ini dilakukan. Di desa ini telah berdiri sebuah organisasi yang dapat menghimpun, petani juga meningkatkan usaha pertanian kopi masyarakat. Adapun organisasi itu bernama POLKOPI, didirikan pada tahun 2012. Organisasi ini bertempat di lokasi yang tidak jauh dari lokasi pemukiman masyarakat, bersebelahan dengan kantor Kepala Desa Parulohan. Terbentuknya organisasi ini merupakan salah bentuk kerjasama petani dengan pemerintah. Tujuan di dirikanya organisasi ini bukan semata-mata untuk politik tetapi betujuan untuk peningkatan ekonomi dan sosial para petani. Selain hanya bertujuan sebagai sarana pengembangan pertanian kopiitu organisasi POLKOPI juga menjadi tempat pemasaran kopi bagi masyarakat.

Dibentuknya organisasi POLKOPI di desa ini semakin menarik simpati dari para petani. Sebagian besar petani menjual hasil panen kopinya ke POL KOPI, biasanya harga kopi yang dijual ke organisasi ini lebih tinggi daripada harga kopi yang dijual ke pengumpul ataupun pedagang kopi. Perbedaan harga satu liter kopi di organisasi POLKOPI biasanya lebih tinggi daripada satu liter kopi yang dijual ke pedagang,

perbedaan harga mencapai Rp. 2000-3000 untuk satu liter kopi. Setiap hari minggu lokasi POLKOPI selalu di padati oleh para petani, para petani datang secara bergantian untuk menjual hasil panen kopi ke POLKOPI.