• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESA PARULOHAN HINGGA TAHUN 1988

2.5 Keluarga dan Kekerabatan

Sebagai unit masyarakat terkecil, keluarga adalah suatu kelompok yang terikat oleh hubungan perkawinan atau hubungan darah31. Seperti juga di keluarga-keluarga lain fungsi utama keluarga adalah memberikan perlindungan, memberi perasaan aman,melakukan pengasuhan dan pendidikan kepada setiap anggota keluarga. demikian juga halnya keluarga-keluarga yang terdapat pada petani di Desa Parulohan.

Sebagaimana dalam tradisi ataupun adat Batak Toba pada Umunya, bahwa bentuk keluarga yang dianggap ideal pada masyarakat di Desa Parulohan adalah keluarga batih. Setiap keluarga baru yang telah mampu berdiri sendiri diharapkan dapat membangun rumah tangga sendiri terlepas dari rumah tangga orang tuanya. Oleh sebab itu melalui berbagai cara para orang tua akan berusaha untuk dapat memberikan bekal anak-anaknya agar mereka mampu memenuhi keluarganya. Proses pembentukan keluarga dan rumah tangga yang baru di desa ini biasanya disebut dengan manjae, manjae artinya pembentukan keluarga baru dan tidak satu rumah lagi dengan orang tua (biaya hidup ditanggung sendiri). Pada umumnya setiap orang di desa ini yang ingin membuat anaknya manjae, para tua memberi modal awal seperti panjaean (lahan pertanian) modal untuk membangun rumah yang bentuknya sederhana.

Tingginya harga jual tanah di Desa Parulohan yang disebabkan oleh semakin meluasnya lahan pertanian, diikuti juga dengan bertambahnya jumlah penduduk yang bertempat tinggal di desa ini. Hal ini juga menyebabkan semakin mahalnya harga jual tanah untuk lokasi pembangunan rumah ataupun untuk lahan pertanian, akibatnya banyak keluarga baru yang belum mampu untuk membeli tanah untuk areal pembangunan rumah yang baru. Bagi keluarga baru yang tidak manjae (masih satu rumah dengan orang tua)

sehingga mereka harus “menumpang” di rumah orang tuanya.

Di samping itu, apabila dilihat dari sisi ekonomi ada semacam pengurangan bagi para orang tua apabila anaknya telah berkeluarga. Anak laki-laki atau perempuan yang telah menikah, diharapkan supaya anak-anaknya dapat memenuhi kebutuhan hidup untuk keluarga barunya. Hal ini berarti beban orang tua menjadi berkurang, walaupun dalam kenyataanya kejadian sebaliknya bisa terjadi. Bagi sebagian orang tua yang anaknya belum mampu semaksimal mungkin (bertanggung jawab penuh) untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, sehingga seolah-olah mereka menjadi beban tangggungan orang tuanya. Kadang-kadang beban tanggungan yang diperoleh para orang tua bukan saja dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi juga mendapat beban tambahan sepeti harus Marorot (mengasuh cucu) pada saat anaknya bekerja

Para orang tua di desa ini pada umumnya menginginkan semua anak-anaknya untuk sekolah ke jenjang lebih tinggi. Para orang tua tidak ingin nasib anak-anaknya sama seperti mereka, setiap harinya bekerja tanpa merasakan panasnya matahari dan dinginya hujan. Pada umunya juga orang tua di desa ini tidak mengginginkan anak-anaknya untuk cepat menikah. Tradisi masyarakat petani di desa ini, masyarakat di desa ini menggangap bahwa urusan perkawian bukanlah hal yang utama. Para orang tua selalu berharap anak-anaknya mempunyai modal dan pengalaman hidup yang matang sebelum anak-anak menikah.

Bagi orang tua yang tidak bisa menyekolahkan anaknya, para orang tua di desa ini selalu berusaha untuk memberangkatkan anaknya untuk mangaranto (merantau) ke daerah lain. Banyak dari anak-anak di desa ini yang telah menyelesaikan sekolah dari bangku SMA pergi merantau. Setelah beberapa tahun hidup di perantauan, sebagian dari mereka yang telah mempunyai uang simpanan ada yang melanjutkan pendidikanya ke jenjang perguruan tinggi.

Tradisi ataupun adat keluarga petani kopi di Desa Parulohan. Pada umumnya setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan tugas masing-masing dalam rangka menjalankan hidup keluarganya. Kepala rumah tangga yang biasnya dipegang oleh orang tua laki-laki (ayah), mempunyai tugas untuk mencari nafkah. Sementara itu urusan sehari-hari di rumah seperti menyiapkan kebutuhan hidup sesehari-hari-sehari-hari dan mengasuh anak merupakan tugas seorang ibu. Anak-anak petani di Desa Parulohan dalam hal kehidupan sehari-hari tidaklah hanya sekolah saja, tetapi juga ikut membantu pekerjaan orang tuanya. Bagi anak-anak yang berusia enam tahun ke atas baik laki-laki ataupun perempuan diharapkan dapat membantu pekerjaan yang dilakukan oleh orang tuanya. Bagi anak-anak di Desa Parulohan, sepulang sekolah diwajibkan datang ke lokasi pertanian untuk membantunya para orang tuanya. Bagi anak-anak yang berusia SD (Sekolah Dasar) dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) biasanya diberi pekerjaan yang tidak terlalu memberatkan seperti memetik kopi, membersihkan rumput-rumput yang ada di areal pertanian kopi, dll. Dan untuk anak yang berusia SMA (Sekolah Menengah Atas), pada ummnya telah bisa bekerja dengan inisiatif sendiri tanpa arahan dari orang tua.

Sistem kekerabatan masyarakat petani di Desa Parulohan yang menganut sistem kekerabatan Patrinineal, artinya kedudukan ataupun peranan orang tua laki-laki (ayah) lebih tinggi dari orang tua perempuan (ibu). Segala sesuatu yang berkaitan dengan kebijakan yang akan menentukan kehidupan keluarga adalah orang tua laki-laki. Namun, di Desa Parulohan untuk urusan permasalahan perekonomian keluarga menjadi tanggung jawab oleh ayah dan ibu.

Bagi masyarakat di Desa Parulohan, laki-laki juga merupakan tokoh utama dalam tatanan kemasyarakatan. Hal ini antara lain terlihat dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Di samping kesibukanya sebagai kepala keluarga, berbagai kegiatan pada masyarakat Desa Parulohan selalu dipimpin dan ditokohi oleh laki-laki. Orang tua

perempuan lebih bersifat sebagai pendukung atau penunjang. Dalam berbagai acara adat, pesta dan upacara-upacara keagamaan pada umunya lebih di dominasi oleh laum laki-laki. Pimpinan-pimpinan lingkungan seperti Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Dusun yang ada di Desa Parulohan semuanya dijabat oleh laki-laki.

Sistem kekerabatan di Desa Parulohan yang masih terlihat satu dan utuh. Pada umumnya semua tatanan masyarakat mempunyai ikatan kekeluragaan antara satu dengan yang lainya. Adanya hubungan marga yang merupakan bentukan dari masa sebelumnya tidak bisa terlepas dari kehidupan sosial masyarakat di desa ini, karena itu tidaklah mengherankan bila tetangga mereka adalah juga saudaranya. Hampir setiap warga saling mengenal antara satu dengan yang lainya.