• Tidak ada hasil yang ditemukan

LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DI DESA PARULOHAN

PETANI DI DESA PARULOHAN

5.3 Pengetahuan dan Teknologi Pertanian

Pola hidup petani di Desa Parulohan yang mengandalkan pertanian kopi sumber keberlangsungan hidup, hal ini menuntut adanya pengetahuan dan teknologi yang memadai dalam pembudidayaan pertanian kopi. Pertanain kopi yang telah sekian lama dilakukan petani tentunya didukung oleh faktor yang menyebabkan para petani di desa ini dapat bertahan hidup dari usaha pertanian kopi. Berbagai upaya dan strategi yang dilakukan oleh petani kopi Lasuna dam petani kopi Sigarar utang dalam peningkatan usaha pertanian kopi yaitu:

5.3.1 Upaya Pemanfaatan Lahan

Usaha pemanfaatan lahan untuk petanian kopi nampakanya menjadi tantangan bagi petani di Desa Parulohan. Lahan pertanian kopi setiap tahunya mengalami peningkatan, ditambah juga harga tanah yang semakin lama semakin mahal sehingga menyebabkan para petani di desa ini semakin kewalahan untuk mencari lahan yang ingin dijadikan untuk areal pertanian kopi. Upaya yang dilakukan petani di desa Parulohan dalam proses pengembangan usaha pertanian kopi salah satunya adalah pemanfaatan lahan semaksimal mungkin. Upaya ini menuntut para petani melakukan sistem pertanian yang berbeda dengan sebelumnya. Pertanian kopi yang sebelumnya hanya dilakukan di areal yang datar, kondisi ini menuntut petani melakukan peralihan areal-areal pertanian yang sebelumnya.

Peralihan lahan pertanian yang diiringi adanya perubahan pola dan sistem pertanian di Desa Parulohan. Areal persawahan yang sebelumnya dijadikan sebagai lahan penanaman padi beralih fungsi untuk areal pertanian kopi. Bukan hanya areal persawahan, bagi sebagian petani juga memperluas lahan pertanian kopi dengan membuka lahan baru yang sering disebut dengan robean.73 Uniknya di desa ini sebagian petani yang pekarangan rumahnya agak luas, memanfaatkan pekarangan rumah untuk menambah lahan pertanian kopi. Para petani mengangap selain untuk pagar, kopi yang ditanaman di pekarangan rumah juga dapat menambah penghasilan para petani.

5.3.2 Mendirikan Kelompok Tani

Dalam upaya pengembangan pola usaha pertanian kopi petani di Desa Parulohan berdiri beberapa kelompok tani. Kelompok tani yang pertama didirikan di Desa Parulohan yaitu Kelompok Tani Dosroha, kelompok tani Dosroha dibentuk pada tahun 1997. Awalnya kelompok tani ini hanya diikuti oleh beberapa orang petani saja, namun semakin lama kelompok jumlah anggotanya semakin bertambah. Tujuan didirikanya kelompok tani ini adalah untuk memperarat solidaritas diantara petani dan meningkatkan pengetahuan petani tentang pola dan sistem pemasaran kopi.

Setelah satu tahun berdirinya kelompok tani Magdalena kemudian berdiri lagi beberapa kelompok tani yang baru yaitu Kelompok Tani Merdeka, Kelompok Tani Margdalena dan Kelompok Tani Mandiri Sejahtera. Berbeda dengan kelompok tani Dosroha, ketiga kelompok tani yang baru ini dibentuk atas dasar kesatuan ikatan famili, marga dan huta. Jumlah ketiga kelompok tani yang baru ini tidak sama, tergantung dengan dengan jumlah kepala keluarga (KK) yang mengikutinya. Selain meningkatkatkan solidaritas petani, kelompok tani ini juga menjadi wadah titik kumpulnya para petani

73 Robean artinya daerah perbukitan atau sering disebut dengan terasering. Sistem pertanian terasering biasanya dilakukan untuk pertanian padi, namun di Desa Parulohan sistem terasering dilakukan untuk pertanian kopi.

setiap bulanya. Biasanya sebelum melakukan aktivitas pertanian, kelompok tani di atas terlebih dahulu mengadakan musyawarah. Pada kesempatan itu juga dibahas tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam meningkatkan hasil panen kopi, serta mengadakan evaluasi tentang kegiatan pertanian yang sebelumnya dilakukan.74

Pada waktu musim senggang pertanian, biasanya anggota kelompok tani mengadakan gotong royong untuk memperbaiki jalan menuju lokasi pertanian mereka. Kegiatan ini biasanya dilakukan sekali dalam 3 bulan dan untuk musyawarah anggota dilakukan sekali dalam 1 bulan. Keberadaan jalan yang sangat dibutuhkan oleh petani di desa ini, sehinggga para petani selalu berupaya keras untuk memperbaiki jalan menuju lokasi pertanian mereka. Dengan adanya kegiatan gotong-royong yang dilakukan oleh setiap kelompok tani membuat setiap anggota kelompok tani selalu kompak dan menunjukkan kewajibanya sebagai bagian dari anggota masyarakat di Desa Parulohan.

Dibentuknya kelompok tani di Desa Parulohan yang mampu meningkatkan pola usaha dan pengetahuan masyarakat tentang pertanian kopi. Kelima kelompok tani ini hingga kini masih aktif mengadakan kegiatan seperti yang sebelumnya. Dalam setiap pertemuan biasanya selalu diundang beberapa tokoh masyarakat seperti Kepala Desa serta beberapa perangkat desa lainya. Mereka berkedudukan sebagai narasumber apabila para anggota kelompok tani mengahadapi sebuah masalah, baik yang menyangkut masalah sosial maupun bidang pertanian. Dalam setiap pertemuan juga, anggota kelompok tani juga diminta katersediaanya untuk menceritakan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan bidang pertanian, sehingga pengalaman tersebut dapat disampaikan kepada anggota kelompok tani yang lain.

5.3.3 Sistem Pemasaran Hasil Pertanian Kopi yang Tidak Berbeda

74 Wawancara dengan Rosmega Sihombing (salah seorang pengurus kelompok tani Merdeka), di Lobutua 12 Agustus 2013.

Usaha pemasaran hasil produkasi pertanian yang merupakan hal terpenting bagi petani di Desa Parulohan. Keberadaan kedua jenis tanaman pokok yang berbeda yaitu kopi Lasuna dan Sigarar utang, namun bagi petani di Desa Parulohan perbedaan itu bukanlah sebuah kendala yang mengurangi niat para petani untuk bercocok tanam kopi. Pola usaha dan jenis tanaman kopi yang berbeda yang tentunya menyebabkan adanya perbedaan sistem pemasaran kopi. Uniknya di desa Parulohan sistem pemasaran hasil produksi pertanian kopi Lasuna dan Sigarar utang tidaklah berbeda. Petani di desa ini yang membudidayakan jenis kopi yang berbeda tetapi harga kedua jenis kopi ini selalu sama.

Pola hidup masyarakat di Desa Parulohan yang tergolong homogen/seragam, sebagian besar masyarakat di desa ini melangsungkan hidup dari usaha pertanian kopi. Akibatnya pola kehidupan masyarakat di Desa parulohan ditandai dengan rasa persatuan yang kuat, masyarakat menganggap perbedaan sumber mata pencaharian hidup bukan menjadi penghalang terjalinya solidaritas diantara masyarakat.

Dalam melakukan proses penjualan hasil panen kopi pada umumnya petani di Desa Parulohan menjualnya ke tauke-tauke yang berbeda. Namun, Perbedaan proses penjualan kopi yang berbeda bukan menjadi sebuah tuntutan bagi petani. Namun hal ini banyak dipengaruhi oleh karena adanya hubungan kekeluargaan dan tradisi adat masyarakat. Sebagian petani ada yang langsung menjual ke tauke terdekat ataupun yang bertempat tinggal di Desa Parulohan, hal ini juga dipengaruhi oleh karena adanya ikatan keluarga atau marga. Dan bagi petani yang tidak menjual hasil panen kopinya ke tauke terdekat, mereka menjualnya ke di hari pekan setiap hari Senin.

5.3.4 Peningkatan Sarana Prasarana (Peralatan) Pertanian

Mengingat lokasi pertanian di desa ini yang sebagian besar adalah tanah tegal (perladangan), paralatan pertanian yang sebelumnya digunakan oleh petani dalam usaha

bercocok tanam kopi hanyalah alat-alat yang sederhana seperti : cangkul, parang, dan sabit dan alat lainya. Dalam proses pengembangan pola usaha pertanian kopi petani di Desa Parulohan selalu berupaya yaitu dengan adanya minat petani menggunakan peralatan pertanian yang lebih canggih dan cocok digunakan di daerah seperti di Desa Parulohan.

Berkembangnya pola usaha pertanian kopi di Desa Parulohan yang ditandai dengan masuknya alat-alat pertanian yang baru. Hal ini tampak jelas dari perubahan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani dalam menggelolah lahan pertanian. Dengan masuknya peralatan pertanian yang baru seperti traktor tangan, mesin penggiling kopi, dan sprayer semakin mempermudah masyarakat untuk meningkatkan pola usaha pertanian kopi. Untuk membuka lahan pertanian kopi yang baru, para petani tidak lagi susah payah baik dalam dalam proses pengelolaan maupun perawatan tanaman kopi. Bagi petani yang tidak mempunyai traktor tangan, mesin penggiling kopi, dan sprayer, biasanya mereka akan meminjam ke tetangga ataupun kepada kelompok tani.

Masuknya peralatan pertanian yang baru yang menyebabkan pola usaha pertanian di desa ini juga semakin berubah. Untuk meningkatkan kualitas dan produksi kopi, para petani melakukan hal-hal yang berbeda dengan sebelumnya. Adapun hal-hal yang baru yang dilakukan petani seperti, melakukan penyemprotan tanaman kopi untuk mencegah adanya hama dan penyakit yang bisa merusak tanaman dan biji kopi, mencegah tumbuhnya rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar areal penanaman dengan menggunakan racun (Roundup). Petani yang sebelumnya selalu terbeban dalam hal pembukaan lahan kopi yang baru. Bagi petani di desa Parulohan pekerjaan ini tampaknya menjadi sebuah kendala, selain mengeluarkan banyak biaya pekerjaan ini juga memakan waktu yang cukup lama. Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan para petani dalam hal mempermudah pembukaan lahan yang baru, para petani berupaya membeli alat pertanian

yang baru yaitu traktor tangan. Awalnya keberadaan taraktor tangan hanya dimiliki oleh beberapa petani saja, bertambahnya jumlah traktor yang dimiliki oleh petani di Desa Parulohan tidak terlepas dari hasil produksi panen kopi yang semakin berkembang.

5.3.5 Penerapan Pola Pertanian Tumpang Sari

Berbagai hal yang diterapkan oleh petani di Desa Parulohan dalam usaha pengembangan pertanian kopi, salah satunya adalah adanya keinginan para petani melakukan pola pertanian tumpang sari. Lahirnya pertanian tumpang sari yang secara menyeluruh dilakukan oleh petani di desa ini dimulai dari tahun 1997. Awalnya pola pertanian dengan tumpang sari hanya dilakukan oleh beberapa petani saja, pada saat itu sebagian petani menggangap pertanian tumpang sari hanya merepotkan petani saja. Pada saat itu banyak para petani merasa bingung dan ragu melihat sistem pertanian tumpang sari yang dilakukan oleh sebagian petani di desa ini. Namun setelah beberapa bulan, akhirnya pola pertanian tumpang sari membawa hasil yang menguntungkan dan memuaskan. Sebagian dari petani yang mencobanya pun menuai hasil yang bagus.

Munculnya keinginan para petani malakukan pola pertanian tumpang sari, hal ini diakibatkan oleh pentingnya sumber penghasilan lain yang dapat menambah sumber penghasilan para petani selain hanya dari sumber hasil dari pertanian kopi. Hal ini juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan bisa dikomsumsi oleh petani. Petani yang sebelumnya harus membeli sayur-mayur, cabai, tomat, kentang dan bumbu bumbu dapur lainya, namun hasil pertanian itu telah bisa diproduksi oleh petani sendiri tanpa membelinya dari pasar.

Penerapan pola pertanian dengan sistem tumpang sari tampaknya semakin memajukan pola pertanian di Desa Parulohan. Bagi petani di Desa Parulohan, penerapan pola pertanian tumpang sari bukanlah menjadi sebuah pengaruh yang dapat mengurangi minat masyarakat dalam usaha pengembangan pertanian kopi. Penerapan pola pertanian

tumpang sari ini biasanya dilakukan di areal pertanian kopi, hal ini dilakukan dengan menanam tanaman-tanaman muda (cabai, kol, tomat, kentang, buncis, arcis (maupun tanaman muda lainya) di selah tanaman kopi. Selain hasilnya yang bisa dijual dan dikomsumsi oleh petani, bagi petani di desa ini merasa bahwa pola pertanian tumpang semakin menambah hasil panen pertanian kopi.

Pola pertanian dengan tumpang sari yang semakin menambah sumber penghasilan petani di Desa Parulohan. Produksi dan hasil pertanian yang terus mengalami peningkatan, menyebabkan munculnya sebuah istilah yang baru bagi masyarakat. Masyarakat di desa ini sering menyebutnya dengan sada ni tebbak dua hona artinya dalam satu usaha, dua hasil yang di dapat. Munculnya istilah sada ni tebbak dua hona menjadi pegangan teguh bagi para petani, sehingga membuat para petani selalu semangat dan terobsesi menjalani hidupnya sebagai petani. Berkembangnya pola pertanian tumpang sari yang semakin menarik simpati dari para petani di Desa. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya para petani untuk mencoba dan menerapkanya, ditambah juga pola pertanian ini yang memang sangat cocok dilakukan di areal pertanian kopi.