• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masuknya Kopi Sigagar Utang dan Bertahanya Kopi Lasuna

LATAR BELAKANG DAN PERKEMBANGAN PERTANIAN KOPI DI DESA PARULOHAN

4.2 Awal Mula dan Perkembangan Pertanian Kopi di Desa Parulohan

4.2.3 Masuknya Kopi Sigagar Utang dan Bertahanya Kopi Lasuna

Pola kehidupan petani di Desa Parulohan yang lebih memprioritaskan pertanian kopi sebagai sumber mata pencaharian hidup. Hal ini mengakibatkan para petani lebih mempokuskan bercocok tanam kopi dan ingin mencari jenis kopi lain selain kopi Lasuna guna menambah sumber penghasilan selain bercocok tanam kopi Lasuna. Pertanian kopi yang berkembang begitu pesat membuat minat para petani terus mengupayakan peningkatan pertanian kopi, jika dilihat secara kasat mata keberadaan kopi lasuna seolah-olah masih belum memuaskan bagi para petani. Usaha pertanian kopi lasuna yang memang banyak membawa perubahan di Desa Parulohan. Namun, bagi para petani masih sangat mengharapkan keberadaan jenis kopi lain yang sebagai jalan satu-satunya dalam upaya pengembangan usaha petanian kopi.

Pentingnya kopi sebagai sumber kehidupan para petani di Desa Parulohan pada saat membuat masyarakat ingin mencari bibit jenis kopi lain salain kopi lasuna. Namun harapan yang diinginkan petani tercapai dengan masuknya jenis kopi lain yaitu kopi Sigarar utang. Jenis kopi Sigarar utang memang berbeda dengan kopi lasuna, namun jika dilihat dari variatesnya ke dua jenis kopi ini merupakan jenis kopi Arabika. Perbedaanya hanya tampak dari tinggi dn bentk pohonya.

Masuknya bibit kopi Sigarar utang di Desa Parulohan pertama kali dibawakan oleh salah satu petani yang bernama Binsar Sihombing. Beliau adalah pemilik lahan pertanian kopi terluas di Desa Parulohan pada saat itu, hampir sebagian besar hasil produksi dari Desa Parulohan panen kopi didominasi oleh hasil pertanian kopi yang dimilikinya. Pertanian kopi Sigarar utang di Desa Parulohan ini dimulai pada tahun 1988, bibit kopi sigarar utang diperoleh dari salah satu dusun yang bernama Huta Batu Gajah, Desa Paranginan Utara, Kecamatan Paranginan. Kopi sigarar utang yang dikembangkan di desa ini merupakan jenis Arabica. Bagi petani di Desa Parulohan kopi sigarar utang mempunyai banyak nama atau istilah, sebagian masyarakat ada juga yang menyebutnya dengan kopi Peddek (pendek) dan kopi sataon (satu tahun).65

Kopi arabika Sigarar utang termasuk kopi berperawakan semi katai yang tersebar luas pada beberapa kabupaten di wilayah Propinsi Sumatera Utara seperti di Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, secara ekonomi membawa dampak positif bagi petani. Menurut pengakuan petani setempat, kopi tersebut pertama kali dijumpai pada tahun 1987 di dusun Batu Gajah, Desa Paranginan Utara , Kecamatan Paranginan di kebun kopi milik Oppung Sopan. Pada awalnya berjumlah belasan pohon, tetapi saat ini tinggal 3 (tiga) pohon yang hidup terdiri dari dua tipe berbeda. Identifikasi terhadap morfologi keturunan segregasinya, diduga salah satu tetuanya adalah jenis Typica BLP, sedangkan sifat ruasnya yang pendek dan katai berasal dari Catimor. Tanaman kopi Sigarar utang

65

Nama kopi peddek dibuat karena bentuk kopi ini yang terlihat pendek, biasanya kopi ini hanya setinggi badan manusia. Bagi masyarakat yang menyebutnya dengan nama kopi sataon, nma ini dibuat karena kopi sigrarar utang yang sangat cepat menghasilkan (panen). Dari pemaparan para petani, kopi ini sudah bisa dipanen dalam jangka satu tahun dari masa penanaman.

mempunyai perawakan semi katai, ruas cabang pendek, tajuk rimbun menutup seluruh permukaan pohon sehingga batang pokok tidak tampak dari luar.66

Puncak Perkembangan pertanian kopi di Desa Parulohan dimulai di era awal tahun 1990. Perkembangan pertanian di Desa Parulohan terlihat jelas setelah masuknya kopi sigarar utang. Di era inilah Masyarakat semakin banyak yang membudidayakan tanaman kopi. Di awal tahun 1992 bisa dipastikan masyarakat di desa ini semuanya melakukan pertanian kopi. Masyarakat menjadi petani kopi seluruhnya karena masyarakat sudah fokus ke pertanian kopi. Bahkan ada juga masyarakat yang tidak lagi mengerjakan sawah untuk pertanian padi karena masyarakat tersebut merasa lebih banyak keuntungan dengan melakukan pertanian kopi. Masyarakat tersebut mengubah persawahan menjadi ladang untuk menanam kopi.

Peningkatan pembudidayaan terhadap tanaman kopi di Desa Parulohan tentu berdampak pada jumlah tanaman kopi yang ditanam serta luas lahan yang bertambah digunakan. Peningkatan luas lahan ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini.

Tabel I

Perkembangan Luas Lahan Pertanian Kopi di Desa Parulohan tahun 1988 sampai tahun 2002.

NO TAHUN LUAS LAHAN (Ha)

1 1988 22

2 1990 25

3 1992 75

4 1994 87

66 Hulupi, R, Laporan Identifikasi dan Karakterisasi Kopi Arabika Sigarar Utang, Medan:Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2002.

5 1996 94

6 1998 102

7 2000 108

8 2002 120

Sumber : Wawancara dengan Hotman Sinaga, Taripar Sihombing, Sabam Samosir, Marudut Siregar, Luat Sihombing, di Desa Parulohan, serta data dari Sekretaris

Desa Parulohan (3Agustus 2013).

Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari tahun 1988 hingga tahun 2002 lahan pertanian kopi di Desa Parulohan terus mengalami peningkatan. Luas lahan pertanian yang meningkat secara pesat terjadi pada tahun 1992. Pada saat itu sebagian besar masyarakat di Desa Parulohan membudidayakan kopi Lasuna dan kopi Sigarar utang.

Setelah 3 tahun petani mencoba dan membudidayakan pertanian kopi sigarar utang, kopi sigarar utang pun berbuah dan menghasilkan hasil yang cukup maksimal. Hal ini menambah semangat para petani untuk membudidayakan tanaman kopi lebih banyak lagi. Sekalipun dalam proses penanaman kopi ini harus membutuhkan tenaga yang sangat banyak namun tidak menjadi masalah bagi masyarakat karena masyarakat melihat keuntungan yang didapat dari hasil pertanian kopi. Semakin lama, pertanian kopi semakin meningkat dan masyarakat sangat antusias untuk menanam kopi dan membuka lahan yang dulu tidak pernah dikerjakan oleh petani.

Bertambahhnya minat para petani di desa Parulohan di desa Parulohan untuk membudidayakan pertanian kopi sigarar utang didukung oleh beberapa faktor. Jika dibandingkan antara kopi sigarar utang dan kopi lasuna memang memiliki perbedaaan. Bukan hanya hasil panen dari kopi sigarar utang yang lebih memuaskan, tetapi juga karena kopi jenis ini memiliki banyak keunggulan. Adapun keunggulan dari kopi sigarar utang yakni, lebih cepat berbuah setelah ditanam (cukup hanya memakan waktu sekitar 1-

2 tahun dari masa penanaman), bentuk batang yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu besar, masa panen raya 2 kali dalam setahun (antara September-November dan Maret-Mei). Proses pemeliharaan dan perawatan kopi sigarar utang yang lebih paraktis dibandingkan dengan kopi lasuna, kopi sigarar utang lebih mudah diurus dan dipetik karena bentuk pohon kopi tersebut yang tidak terlalu besar dan juga tidak tinggi.

Pertanian kopi yang berkembang semakin pesat di Desa Parulohan juga berpengaruh terhadap pola kehidupan dan cara kerja para petani. tanaman kopi yang semakin tahun semakin bertambah, hal ini mempengaruhi cara kerja serta tenaga kerja yang dibutuhkan masyarakat semakin banyak. Para petani juga belajar untuk mengetahui dan cara membudidayakan tanaman kopi dengan baik. Untuk masa penanaman sampai proses perawatan tanaman kopi masyarakat hanya memakai alat-alat yang sederhana dan tenaga sendiri, seperti melubangi wadah tempat kopi ditanam, membersihkan lahan dari rumput liar. Para petani menggunakan tenaga sendiri dari awal penanaman sampai masa produksi tanaman kopi.

Dalam hal perawatan dan peningkatan hasil panen kopi para petani menggunakan teknik ataupun cara yang bisa meningkatkan hasil panen pertanian kopi semakin baik. Dalam melakukan pembibitan, petani biasanya mencari biji kopi pilihan yang buahnya lebih besar, dan seluruh permukaan kulit kopi itu berwarna merah. Setelah melakukan pemilihan, kulit kopi itu dikupas lalu dikeringkan. Bibit kopi yang sangat berpengaruh terhadap ketahanan tanaman kopi, sebelum melakukan pembibitan para petani harus terlebih dahulu menyediakan kompos lalu diisi kedalam polibag. Bibit kopi yang dibuat dalam polibag mempunyai perbedaan dengan bibit kopi yang alami (lata), bibit kopi yang pembibitan dibuat dalam polibag biasanya lebih bagus karena bisa ditanam di setiap waktu (tanpa menunggu musim penghujan datang). Ada sedikit perbedaan dengan bibit kopi yang alami, bibit kopi yang alami mempunyai resiko yaitu sering mati di lokasi

penanaman dan harus membutuhkan curah hujan yang tinggi. Sedangkan untuk perawatan petani menggunakan cara-cara tertentu. Untuk meningkatkan hasil panen yang memuaskan berbagai hal yang dilakukan petani antara lain: melakukan pemupukan 2 kali dalam setahun (jenis pupuk yang digunakan biasanya TSP dan Urea, bagi sebagian petani ada juga yang menggunakan pupuk alami seperti kompos dan kotoran ternak), mencegah tumbuhnya rumput liar dengan melakukan sistem pertanian tumpang sari di areal penanam kopi, menanam pohon pelindung (dadap dan lamtoro) diselah tanaman kopi untuk mengurangi intensitas cahaya matahari.

Tenaga yang dibutuhkan pada masa panen raya kopi di Desa Parulohan sangat berbeda dengan tenaga pada saat penanaman serta perawatan kopi. Masa panen merupakan hal yang sangat membahagiakan bagi petani sekaligus hal yang sangat melelahkan. Masa panen kopi biasanya dilakukan ketika kopi sudah berumur 3 tahun dan buah kopi sudah itu memerah. Bagi petani di Desa Parulohan, tenaga kerja merupakan sumber daya manusia yang paling utama dalam pengolahan lahan pertanian. Untuk itu seluruh potensi dan sumber daya yang ada di dalam keluarga digunakan semaksimal mungkin. Tenaga dan peran anggota keluarga yang sangat dibutuhkan, sehingga para petani sangat mengandalkan tenaga keluarga untuk memetik pada saat panen raya. Bukan hanya orangtua yang pergi memetik kopi ke ladang, namun anak-anak juga ikut memetik kopi. Sepulang dari sekolah hampir semua anak-anak pergi ke ladang membantu orangtuanya memetik kopi. Anak-anak biasanya memetik kopi yang ukuran yang lebih pendek ataupun kopi yang baru berbuah.

Akibat produksi pertanian kopi yang terus mengalami peningkatan. Pada saat panen raya para petani sering kewalahan untuk mencari tenaga kerja yang bisa dipekerjakan untuk memetik kopi. Pada saat panen raya petani Desa Parulohan selain menggunakan tenaga dari anggota keluarga untuk tenaga kerja, petani juga memanfaatkan

tenaga kerja upahan. Tenaga kerja upahan ini biasanya berasal dari suku-suku lain ataupun daerah lain (tenaga kerja upahan berasal dari berbagai suku, seperti suku Jawa, Nias dan suku lainya). Sebagian dari tenaga kerja upahan ini bahkan ada yang tinggal dan menetap di Desa Parulohan. Bagi sebagian petani ada juga yang menggunakan sistem kerja marsiruppa (gotong royong) demi menghemat pengeluaran.

Setelah selesai melakukan pemetikan kopi. Para petani biasanya melakukan penggilingan kopi setiap hari Sabtu, kopi yang sudah digiling dimasukkan ke karung dan minggu paginya dijemur sampai benar-benar kering. Petani di desa memamfaatkan kulit kopi yang telah selesai digiling, kulit kopi ini digunakan dan diolah menjadi kompos yang dicampur dengan kotoran ternak. Dalam melakukan penggilingan petani di desa ini ada yang menggunakan gilingan tangan dan ada juga yang menggunakan gilingan mesin. Setiap hari minggunya masyarakat Desa Parulohan terlihat sibuk dengan aktivitas yang sama yaitu menjemur kopi.

Berkembangnya pola usaha pertanian kopi di Desa Parulohan diikuti yang juga menyebabkan berkembangnya pemasaran kopi. Meningkatnya hasil pertanian kopi sehingga menyebabkan munculnya usaha-usaha baru, sebagian dari petani ada yang bekerja sebagai pedagang kopi sering disebut dengan panjuar67. Pada awalnya tauke kopi di desa ini hanya ada empat orang. Namun seiring banyaknya produksi kopi dari desa ini, semakin lama banyak bermunculan para tauke kopi. Tauke yang ada di desa ini memasarkan kopi tersebut keluar dari desa ke agen yang lebih besar untuk dilakukan penggilingan tahap kedua. Para petani tidak perlu jauh-jauh untuk memasarkan kopi mereka, karena tauke sendirilah yang mendatangi rumah-rumah penduduk untuk membeli

67 Panjuar sama artinya dengan tauke, ada hal yang unik di Desa Parulohan, kata yang Panjuar yang sama artinya dengan tauke namun di desa ini kata panjuar digunakan khusus untuk tauke kopi perempuan.

kopi tersebut. Selain menjualnya ke tauke kopi yang terdekat, sebagian petani ada juga menjual hasil panen kopinya ke agen yang lebih besar.

Meningkatnya hasil produksi pertanian kopi di Desa Parulohan yang dikuti juga dengan munculnya sistem pemasaran kopi yang baru. Munculnya sistem pemasaran kopi diakibatkan juga harga kopi yang terus meningkat. Di Desa Parulohan ada dikenal sistem pemasaran kopi yang terikat yaitu semacam kewajiban masyarakat untuk menjual hasil panen kopinya kepada tauke tertentu. Sistem pemasaran kopi yang terikat ini biasanya dilakukan oleh petani yang membutuhkan modal dan meminjam uang dari tauke tertentu, setelah itu ada kesepakatan antara petani kopi dengan tauke. Petani yang meminjam uang harus membayar utang yang dipotong dari hasil penjualan kopi. Keterikatan pemasaran kopi di desa ini sering kali terjadai akibat peminjam uang yang dilakukan para petani terhadap para tauke.

Sekalipun masyarakat bertani kopi dan menghasilkan kopi yang cukup banyak, namun di desa ini tidak ada ditemukan petani yang mengolah biji kopi untuk bahan minuman. Masyarakat yang ingin mengkomsumsi kopi, pada umumnya masyarakat di desa membeli bibit kopi pasar ataupun dari desa lain. Para petani di desa ini mengangap bahwa keuntungan yang di dapat dari hasil pertanian sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa harus melakukan pengolahan bibit untuk dijual dan kebutuhan komsumsi mareka. Tradisi kehidupan para petani khususnya para laki-laki yang cenderung peminum kopi, pentingnya kopi untuk dijadikan bahan minuman sehingga di desa ini ada sebuah tradisi yaitu tradisi mangopi68. Kebiasaan yang menjadi ciri khas masyarakat di desa ini, pada umumnya masyarakat menjamu tamunya dengan minuman kopi.

68 Mangopi artinya minum kopi. Kata mangopi biasanya dipakai sebagai bahasa sehari-hari yang menunjukkan adanya ikatan kekeluargaan di kalangan masyarakat. Bagi masyarakat di Desa Parulohan mangopi biasanya dilakukan di kedai, di rumah dan di lahan pertanian kopi.

Satu hal yang unik yang terjadi dalam pola kehidupan petani kopi di Desa Parulohan setelah masuknya kopi Sigarar utang. Kopi yang bernama Sigarar utang (pembayar Utang), nama kopi ini dilatarbelakangi dari perubahan pola kehidupan para petani. Masuknya kopi Sigarar utang juga diiringi dengan meningkatnya harga kopi yang semakin menambah pendapatan dan minat para petani untuk memperluas hasil panen pertanian kopi. Akibat harga kopi yang terus meningkat, membuat segala jenis kopi laku dipasaran tanpa ada perbedaan. Para petani sedikit terbantu karena para petani bisa menambah penghasilanya selain dari hasil panen kopi, selain hanya dari panen kopi para petani juga memanfaatkan biji kopi yang berjatuhan pada saat pemetikan kopi. pekerjaan seperti ini sering disebut dengan masiteni binatang ataupun makkaisi69. Masiteni binatang/makkaisi sering dilakukan setelah selesai pemetikan kopi, untuk pekerjaan seperti ini para petani memanfaatkan tenaga anak-anaknya karena hal ini bukanlah pekerjaan yang rumit.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai petani, bagi sebagian petani di Desa Parulohan yang areal pertanianya jauh dari perkampungan. Bila musim mengharuskan, sebagian dari petani kadang-kadang ada yang tidak pulang ke rumah sampai beberapa hari. Biasanya hal seperti ini dilakukan pada masa panen raya pertanian kopi. Kegiatan seperi ini sering disebut dengan marborgin (tinggal di lahan pertanian dalam beberapa hari). Pada saat-saat seperti itu anak-anak dari para petani sering kali terbengkalai karena selalu sibuk dengan urusan panen kopi

69

Masiteni binatang yaitu pekerjaan untuk mencari biji yang berada di lahan pertanian, biji kopi yang diambil adalah biji kopi dari kotoran binatang-binatang liar seperti musang. Di Desa Parulohan sering kali ditemukan biji kopi yang berasal dari hasil kotoran binatang liar. Berbeda dengan masa sekarang, jenis biji kopi seperti ini sering disebut dengan kopi luwak yang harganya sangat mahal di pasaran. Jenis kopi luwak dari hasil kotoran binatang-binatang liar biasanya lebih tinggi dari harga kopi yang dipetik oleh manusia. Makkaisi yaitu: pekerjaan yang sering dilakukan untuk mencari biji-biji kopi yang terjatuh ataupun akibat keterlambatan memetik kopi.

Meningkatnya hasil pertanian kopi Sigarar utang yang semakin lama semakin dikembangkan oleh petani di Desa Parulohan. Namun pada saat itu keberadaan kopi Lasuna tidak bisa terlepas dan terus dipertahankan oleh petani, para petani menggangap bahwa awal perkembangan pertanian kopi di Desa Parulohan diawali dari masuknya kopi Lasuna. Selain keberadaan kopi Lasuna yang masih sangat penting dan tetap dipertahankan disamping bercocok tanam kopi sigarar utang, pertanian kopi kopi Lasuna juga mempunyai nilai lebih yang membuat para petani terus menanaminya disamping menanam kopi sigarar utang.

Keberadaan kopi lasuna yang masih terus dipertahankan oleh sebagian petani. Peran dan manfaat penting kopi sigarar utang yang tak jauh berbeda dengan kopi Lasuna. Jika dilihat dari luas areal penanaman dan jumlah petani yang menanam kopi Lasuna, hanya memiliki sedikit perbedaan dengan luas areal dan jumlah penanaman kopi Sigarar utang. Keberadaan kedua jenis yang sangat penting, hal inilah yang membuat pola kehidupan masyarakat di desa Parulohan memiliki perbedaan yaitu petani kopi Lasuna dan petani kopi Sigarar utang.

BAB V

POLA STRATEGI KEHIDUPAN PETANI KOPI LASUNA DAN PETANI