• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis Data

2. Data Kuantitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara, komentar berupa kritik dan saran perbaikan oleh para ahli dan guru yang memvalidasi produk, komentar berupa kritik dan saran perbaikan oleh guru yang telah melakukan uji coba, dan kuesioner peserta didik. Data kuantitatif merupakan data yang berwujud angka-angka sebagai hasil observasi atau pengukuran (Widoyoko, 2012: 21). Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa skor dari penilaian oleh tiga pakar ahli yaitu pakar ahli matematika, pakar ahli literasi dan kebahasaan anak, dan guru kelas III SD. Instrumen kuesioner analisis kebutuhan tersebut berisi dua indikator yang terkait. Dua indikator tersebut dideskripsikan menjadi tujuh dan dua belas pertanyaan.

Skala penilaian terhadap buku panduan yang dikembangkan, yaitu Sangat Baik (4), Baik (3), Kurang Baik (2), Sangat Kurang Baik (1). Pedoman perskoran yang digunakan peneliti adalah rentang 1-4. Hasil yang diperoleh dari penilaian validator, kemudian dihitung untuk memperoleh rerata penilaian. Rerata penilaian dihitung dengan rumus berikut.

Gambar III. 2 Rumus Perhitungan Rerata Hasil Penilaian dengan Skala Likert

Nilai akhir =

58

Berdasarkan perhitungan dengan rumus tersebut, diperoleh rerata nilai. Rerata nilai tersebut kemudian dikonversikan menjadi data kuantitatif dengan acuan dari Mardapi (2016: 146). Berikut adalah tabel konversi data kuantitatif ke kualitatif menurut Mardapi yang disajikan dalam tabel III.11.

Tabel III. 11 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Empat Menurut Mardapi (2016: 146)

Interval Kategori

Sangat Tinggi Tinggi Negatif Sangat Negatif

Untuk menemukan interval skor pada setiap kategori skala empat, peneliti harus memahami arti dari simbol yang terdapat pada rumus interval skor. Berikut adalah keterangan dan rumus dari simbol-simbol yang disajikan dalam tabel III. 12.

Tabel III. 12 Rumus Rerata Ideal dan Simpangan Baku Ideal

Simbol Keterangan Rumus atau Pengertian

Rerata ideal

SBx Simpangan baku ideal

X Skor aktual Skor yang diperoleh dari hasil penilaian.

Dari hasil perhitungan rumus diatas telah diketahui rumus dari rerata ideal dan simpangan baku ideal. Pada rumus tersebut terdapat skor maksimal ideal dan skor minimal ideal. Diketahui skor maksimal ideal adalah 4 dan skor minimal ideal adalah 1. Berikut merupakan hasil dari perhitungan rerata ideal dan simpangan baku ideal yang disajikan dalam tabel III. 13.

Tabel III. 13 Hasil Perhitungan Rerata Ideal dan Simpangan Baku Ideal

Keterangan Diketahui

Skor maksimal ideal 4

Skor minimal ideal 1

Rerata ideal =

= 2,5

Simpangan baku ideal =

= 0,5

Validasi produk buku panduan permainan tradisional yang telah dikembangkan menggunakan skala empat yaitu sangat baik (4), cukup baik (3), kurang baik (2), dan sangat kurang baik (1). Kemudian untuk mengetahui rincian skor, maka perlu menghitung hasil konversi pada setiap kategori tersebut. Berikut merupakan rincian kategori hasil pengolahan skor yang disajikan dalam tabel III. 14.

Tabel III. 14 Hasil Pengolahan Skor

Kategori Pengolahan Skor

Sangat Baik

=

Baik

=

Cukup

=

Kurang

60

Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh konversi data kuantitatif menjadi data kualitatif skala empat yang dapat dilihat pada tabel III. 15 di bawah ini.

Tabel III. 15 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Empat Menurut Mardapi (2016: 146)

Interval Kategori

Sangat Baik Baik Kurang Baik Sangat Tidak Baik

Instrumen dikatakan valid jika memperoleh rerata skor lebih besar dari 2,0. Nilai terdapat pada rentang skor 3 (kategori baik) yang berarti keseluruhan instrumen sudah layak digunakan namun perlu perbaikan.

Sebaliknya, apabila rerata skor yang diperoleh lebih kecil dari 2,0, maka instrumen tersebut dapat dikatakan tidak valid. Analisis data kuantitatif yang selanjutnya dilakukan untuk menghitung persentase jawaban kuesioner.

Persentase dihitung dengan menggunakan rumus dari Supratiknya (2012:

128). Berikut rumus perhitungan persentase jawaban kuesioner disajikan pada rumus berikut.

Gambar III. 3 Rumus Perhitungan Persentase Jawaban Kuesioner

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan tes. Tes berupa pretest dan posttest dengan jumlah masing-masing 10 soal. Tes tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan buku panduan guru. Tipe soal yang digunakan adalah pilihan ganda. Skor untuk jawaban yang benar adalah 1 dan skor untuk jawaban yang salah adalah 0. Berikut perhitungan nilai pretest dan posttest dihitung dengan rumus berikut.

Persentase jawaban = x 100%

Gambar III. 4 Rumus Perhitungan Nilai Pretest dan Posttest

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tes yang diperoleh oleh semua peserta didik dengan rumus berikut.

Gambar III. 5 Rumus Rerata Peserta Didik

Kemudian membandingkan nilai pretest dan posttest dengan cara menghitung persentase peningkatan nilai pretest dan posttest dengan rumus berikut.

BAB IV

Gambar III. 6 Rumus Persentase Kenaikan Pretest dan Posttest

Nilai = x 100

Nilai =

Persentase = x 100%

62 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini membahas hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengembangan buku panduan permainan tradisional sebagai media pembelajaran matematika tema 6 untuk kelas II sekolah dasar.

A. Hasil Penelitian

1. Prosedur Pengembangan Produk Buku Panduan Guru Dengan Model ADDIE

Peneliti melakukan pengembangan sebuah buku panduan guru yang berisi mengenai permainan tradisional dalam pembelajaran matematika sebagai tujuan untuk memenuhi kebutuhan guru yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi bahan ajar. Buku panduan guru ini dikembangkan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) dan disesuaikan dengan materi yang terdapat pada buku tematik tema 6 untuk peserta didik kelas II SD. Penelitian ini menggunakan lima tahap prosedur pengembangan model ADDIE menurut Anglada (Tegeh, Jampel, dan Pudjawan 2014: 42) sebagai berikut:

a. Analisis (Analyze) 1) Analisis Kebutuhan

Pada tahap pertama dalam penelitian pengembangan buku panduan guru mengenai permainan tradisional ini yaitu dengan melakukan analisis kebutuhan. Dalam tahap analisis kebutuhan peneliti mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan kebutuhan guru. Data tersebut disebut analisis kebutuhan, kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kebutuhan yang dibutuhkan oleh guru. Peneliti mendapatkan data analisis kebutuhan dengan melakukan observasi kegiatan proses belajar mengajar di dalam kelas pada saat pelajaran matematika berlangsung dan wawancara dengan guru kelas II SD.

Peneliti melakukan observasi di dua Sekolah Dasar (SD), yaitu SD Budya Wacana I Yogyakarta pada Agustus 2019 dan SD Bopkri I Gondolayu Yogyakarta pada bulan Januari 2020. Observasi dilakukan

pada jam pertama hingga pembelajaran ketiga sebelum istirahat pertama.

Observasi ini berlangsung pada saat pembelajaran matematika, sehingga peneliti melakukan penyesuaian jadwal pembelajaran tematik yang memuat materi matematika. Kegiatan observasi ini dilakukan sebagai tahap awal dalam mencari masalah yang dihadapi oleh guru kelas II terkait dengan pembelajaran matematika, selain itu kegiatan observasi juga memberikan solusi untuk guru dengan membuat dan menghasilkan produk berupa buku panduan guru.

Wawancara juga dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas II di SD Budya Wacana I Yogykarta pada bulan Agustus 2019 dan SD Bopkri I Gondolayu Yogyakarta pada Januari 2020. Kegiatan wawancara dilakukan pada hari yang sama setelah melakukan observasi. Kegiatan wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut permasalahan yang dialami oleh guru saat berlangsungnya proses pembelajaran dalam pelajaran matematika peserta didik kelas II dan memperoleh data mengenai metode yang digunakan oleh guru saat pembelajaran matematika berlangsung. Hal tersebut bertujuan agar dalam pengembangan buku panduan guru menggunakan permainan tradisional mampu tepat sasaran yaitu sesuai dengan kebutuhan guru dan peserta didik, selain itu mampu membantu guru dalam merancang pembelajaran matematika yang menyenangkan untuk peserta didik kelas II SD pada tema 6.

2) Hasil Observasi Analisis Kebutuhan

Observasi dilakukan dengan melihat kisi-kisi yang telah disusun oleh peneliti. Kisi-kisi yang peneliti susun memiliki sembilan indikator yang mencakup hal-hal yang akan peneliti amati. Indikator pertama hingga kelima berisi mengenai kegiatan dan keadaan saat proses pembelajaran berlangsung yang terdiri dari motivasi yang diberikan oleh guru sebelum memulai pembelajaran, penguasaan guru dalam menyampaikan materi, ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran, penggunaan model pembelajaran, dan keterlibatan peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Indikator keenam hingga kedelapan berisi tentang

64

penggunaan alat peraga oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, dan ketertarikan peserta didik terhadap media pembelajaran. Terakhir indikator yang kesembilan berisi tentang permainan tradisional yang dimainkan oleh peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi pada bulan Agustus 2019 di SD Budya Wacana I Yogyakarta, pada saat masuk kelas keadaan yang peneliti lihat bersih dan rapi. Kemudian pembelajaran dimulai saat peserta didik mendengarkan dan mengikuti instruksi dari guru namun terdapat beberapa peserta didik yang masih sibuk sendiri dengan berbicara bersama teman satu bangku. Peran peserta didik saat proses pembelajaran, hanya beberapa peserta didik yang aktif untuk bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengerjakan pertanyaan yang guru tulis di papan tulis. Peserta didik yang lain sibuk sendiri dengan kegiatan lain seperti berbicara dengan teman lainnya ataupun bermain, apabila guru meminta untuk maju dan menjawab pertanyaan mereka masih kesulitan dalam mengerjakannya.

Saat proses mengajar, metode yang terlihat hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Media yang digunakan oleh guru seperti papan tulis, LCD, buku tematik, buku LKS. Kesulitan yang terlihat saat kegiatan pembelajaran, ketika guru memperingati peserta didik yang tidak fokus seperti berbicara dan bermain sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran ini peserta didik memiliki kesulitan, seperti peserta didik beberapa kali memperlihatkan kebingungan terhadap materi yang disampaikan oleh guru, peserta didik merasa bosan saat mendengar materi yang disampaikan oleh guru, dan tidak ada motivasi belajar.

Observasi kedua peneliti lakukan pada bulan Januari 2020 di SD Bopkri I Yogyakarta yang berbeda dengan observasi sebelumnya. Hasil yang diperoleh peneliti di SD Bopkri I Gondolayu Yogyakarta, peserta didik mendengarkan penjelasan guru sedikit lebih baik. Terdapat 5 peserta didik yang masih sulit diatur, namun terdapat 1 diantaranya yang sangat sulit untuk mengikuti pembelajaran karena masih belum lancar dalam membaca, menulis, dan berhitung. Peserta didik tersebut harus terus

didampingi oleh guru karena mempunyai rasa malas yang tinggi dan mudah bosan. Keadaan fisik di kelas rapi, teratur namun hanya cenderung gelap meskipun sudah diberi lampu. Kegiatan observasi ini dilakukan pada jam kedua dan ketiga sebelum istirahat. Dilihat dari gerak-gerik peserta didik saat mengikuti pembelajaran, peserta didik terlihat fokus. Hal tersebut terjadi apabila saat guru mulai memperingatkan peserta didik yang berbicara dan bermain sendiri. Beberapa peserta didik yang kurang memperhatikan guru ditempatkan untuk duduk di kursi barisan depan, namun satu peserta didik yang sangat sulit untuk mengikuti pembelajaran diposisikan pada kursi barisan depan berhadapan dengan guru. Peserta didik terlihat aktif saat proses pembelajaran, terdapat beberapa peserta didik yang dengan cepat menjawab pertanyaan bahkan terdapat peserta didik yang dengan suka rela maju ke depan kelas untuk mengerjakan pertanyaan yang diberikan oleh guru, namun masih terdapat peserta didik yang masih malu untuk terlibat saat pembelajaran berlangsung.

Saat proses pembelajaran, metode yang digunakan oleh guru yaitu metode ceramah dan tanya jawab, guru lebih sering meminta peserta didik untuk menjawab soal yang terdapat dalam buku BUPENA. Pada saat itu media yang sedang digunakan yaitu buku BUPENA serta papan tulis. Pada kegiatan pembelajaran, guru mengalami kesulitan saat mengembangkan metode dan media yang mampu menarik minat belajar peserta didik agar peserta didik tidak merasa bosan saat pembelajaran berlangsung. Kesulitan peserta didik terlihat saat sulit memahami materi yang telah disampaikan oleh guru, jika ditanya mengenai pembelajaran yang baru saja dipelajari peserta didik tidak bisa menjawab, selain itu juga peserta didik kurang motivasi untuk belajar karena masih terdapat beberapa peserta didik yang tidak fokus dan berusaha untuk mengganggu teman saat belajar.

3) Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan

Wawancara dilakukan dengan memperhatikan kisi-kisi wawancara yang telah disusun oleh peneliti. Kisi-kisi wawancara memuat sepuluh indikator yang diambil dari sepuluh kriteria buku panduan yang

66

berkualitas menurut Greene dan Petty (Utomo, 2008: 45), kemudian dari kesepuluh indikator tersebut dijabarkan ke dalam limabelas pertanyaan.

Indikator pertama hingga ketiga membahas tentang kendala yang dialami peserta didik dan guru ketika pembelajaran matematika berlangsung.

Indikator keempat dan kelima membahas tentang penggunaan metode, model, dan media yang digunakan guru kepada peserta didik dalam pembelajaran matematika. Indikator keenam dan ketujuh membahas tentang eksistensi permainan tradisional yang terdapat di SD. Indikator kedelapan hingga kesepuluh membahas tentang pengembangan buku panduan permainan tradisional sebagai media pembelajaran matematika.

Indikator-indikator tersebut dibuat supaya peneliti lebih mudah dalam menganalisis kebutuhan guru untuk mencari solusi mengenai masalah tersebut.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru kelas II di SD Budya Wacana I Yogyakarta, peneliti mendapatkan hasil bahwa hanya sebagian saja yang menyukai pembelajaran matematika, biasanya saat pembelajaran matematika peserta didik tidak fokus seperti berbicara dan bermain sendiri tanpa mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga peserta didik tidak memahami materi matematika yang dijelaskan oleh guru. Peserta didik belum paham materi yang dijelaskan oleh guru mengenai materi mengubah suatu ukuran berat benda menjadi satuan tertentu. Materi tersebut membuat peserta didik malas dan bosan untuk mengikuti pembelajaran matematika. Saat menjelaskan materi tersebut, guru sudah menjelaskan materi dengan sebaik mungkin supaya peserta didik lebih mudah memahami.

Cara mengajar guru biasanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Sedangkan model yang digunakan untuk pembelajaran matematika yang sering digunakan yaitu PMRI, sedangkan media yang digunakan guru seperti kartu angka. Penggunaan media yang digunakan oleh guru disesuaikan dengan materi pembelajaran sehingga mampu menarik minat belajar peserta didik. Selain itu guru juga mengatakan untuk membuat kondisi kelas menjadi lebih menyenangkan biasanya

peserta didik diajak untuk menonton video singkat, hal tersebut bertujuan agar peserta didik lebih mendengarkan penjelasan guru. Sedangkan kendala yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran berlangsung seperti peserta didik yang sibuk sendiri dengan berbicara, bermain dengan teman lainnya, dan mengganggu teman saat belajar. Kendala lain yang dialami guru yaitu mengenai referensi mengajar, di SD Budya Wacana I Yogyakarta ini terdapat perpustakaan. Akan tetapi guru menjelaskan bahwa buku-buku yang terdapat di perpustakaan tidak lengkap, dengan begitu guru hanya mencari referensi melalui internet saja dan terkadang tidak ditemukan referensi baru yang mampu mendukung proses pembelajaran.

Guru menerima dengan baik buku panduan guru yang berisi tentang permainan tradisional untuk pembelajaran matematika. Ketika guru ditanya pendapat mengenai pengembangan buku panduan tersebut guru tertarik dengan buku tersebut, guru memberikan pendapat baik, buku panduan guru akan menjadi pegangan guru dan diharapkan mampu membantu guru dalam menemukan referensi baru yang mendukung proses pembelajaran matematika. Guru mengharapkan buku panduan yang menarik, terdapat langkah-langkah permainan, gambar yang mendukung, mudah dipahami, dan pasti membantu guru serta peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.

Wawancara kedua di sekolah yang berbeda, yaitu SD Bopkri I Yogyakarta pada bulan Januari 2020 mendapatkan hasil bahwa peserta didik mendengarkan pembelajaran matematika dengan baik, akan tetapi masih terdapat satu peserta didik yang sangat sulit untuk fokus dalam proses pembelajaran berlangsung. Saat peserta didik sudah mulai bosan, peserta didik akan berbicara dan bermain sendiri. Guru menjelaskan juga tentang peserta didik yang menyukai atau tidak menyukai mata pelajaran matematika, hal tersebut disampaikan oleh guru terdapat beberapa peserta didik yang menyukai mata pelajaran matematika dan tergantung mengenai materi apa. Beberapa peserta didik mudah memahami materi dengan baik karena didukung oleh guru les dan pendampingan oleh orang tua sebelum

68

materi tersebut akan disampaikan oleh guru. Namun terdapat juga peserta didik yang masih sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru karena dalam proses pembelajaran peserta didik mudah bosan, sulit untuk berkonsentrasi, dan sibuk sendiri dengan kegiatan yang lain. Biasanya sebagian besar peserta didik masih sulit memahami materi mengenai mengubah suatu ukuran berat benda menjadi satuan tertentu.

Pada proses pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Guru berpendapat bahwa metode diskusi dan tanya jawab merupakan metode yang pas untuk peserta didik kelas II SD.

Metode tersebut tidak susah dan mampu mengembangkan keaktifan serta sikap sosial dengan sesama peserta didik. Model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru berupa model pembelajaran kooperatif. Tidak banyak metode dan model yang mampu digunakan untuk peserta didik kelas II SD, karena karakteristik peserta didik kelas II masih cenderung sulit diatur dan hanya ingin bermain. Penggunaan media yang digunakan oleh guru biasanya buku BUPENA, LCD, dan alat-alat lainnya. Guru menjelaskan bahwa cara guru membuat kondisi kelas agar menyenangkan, biasanya pada saat proses pembelajaran diselingi dengan tepuk semangat untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik yang mulai tidak fokus seperti berbicara sendiri atau bermain dengan teman lainnya. Kendala yang dialami oleh guru saat proses pembelajaran yaitu ketika peserta didik sudah mulai bosan dengan materi yang disampaikan, peserta didik akan mulai melakukan kegiatan lain seperti berbicara sendiri atau bermain dengan teman lainnya. Mengenai referensi, guru mengalami kesulitan dikarenakan buku sebagai referensi mengajar yang terdapat di perpustakaan tidak lengkap dan hanya mencari di internet juga tidak ada referensi baru melainkan yang ditemukan hanya itu-itu saja.

Buku panduan guru yang berisi tentang permainan tradisional untuk pembelajaran matematika diterima baik oleh guru. Guru berpendapat bahwa buku akan menarik sebagai referensi untuk mengajar matematika apabila dilakukan dengan bermain permainan tradisional.

Guru mengharapkan supaya buku yang dikembangkan mudah dipahami

yang terdiri dari langkah-langkah dan gambar yang mampu memperjelas permainan. Selain itu juga guru mengharapkan supaya buku yang dikembangkan mampu menarik untuk dibaca sebagai referensi baru.

b. Perancangan (Design)

1) Sampul Buku Panduan Guru

Sampul buku panduan permainan tradisional dalam pembelajaran matematika tema 6 untuk kelas II sekolah dasar dibuat dengan menggunakan aplikasi Canva. Sampul buku panduan dicetak menggunakan kertas ivory 260 gsm. Judul buku panduan guru yang dikembangkan yaitu “BUKU PANDUAN GURU MENGGUNAKAN

PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN

MATEMATIKA KELAS II SD TEMA 6”. Kata-kata dalam judul diposisikan pada bagian tengah dan dibuat semenarik mungkin dengan tersusun rapi hal tersebut bertujuan agar guru membaca judul tersebut dengan mudah. Setelah itu tulisan “PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS II SD TEMA 6”

memperjelas judul buku, ditulis dengan ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tulisan “BUKU PANDUAN GURU” dengan huruf warna kuning yang ditebalkan (bold). Sampul buku juga berisi nama penulis yang terletak pada bagian bawah kanan. Warna buku terdiri dari warna biru muda dan kuning dengan ilustrasi polkadot pada bagian atas buku.

Sampul buku juga diberi foto permainan-permainan yang akan dimainkan. Pada foto pertama yang terletak di sisi kiri merupakan gambaran dari permainan “Jimpit Biji Satuan Berat Kubuk Manuk”, foto kedua yang terletak di sebelah kanan foto pertama merupakan gambaran dari permainan “Pasaran Satuan Berat”, foto ketiga yang terletak di sebelah kanan foto kedua merupakan gambaran dari permainan “Dakon Satuan Berat”, dan foto keempat yang terletak di sebelah kanan foto ketiga merupakan gambaran dari permainan “Lempar Dhuk Ther Kilogram”.

Sampul dibuat semenarik mungkin, karena guru meminta sampul buku disajikan dengan penuh warna dan menarik.

70

2) Isi Buku Panduan Guru

Isi buku panduan yang dikembangkan peneliti menggunakan aplikasi Microsoft Word 2016. Dalam buku panduan guru ini berisi empat permainan tradisional yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Materi yang terdapat pada buku panduan tersebut yaitu tema 6 mengenai pengukuran satuan berat. Permainan tradisional yang dipilih pastinya permainan yang dapat sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas II SD dan tidak membahayakan. Permainan ini akan digunakan guru sebagai pengajaran matematika bukan hanya sekedar memotivasi dalam melaksanakan pembelajaran. kelengkapan komponen isi buku peneliti dijabarkan sebagai berikut:

a) Kata Pengantar

Kata pengantar memuat ucapan syukur atas selesainya pembuatan buku panduan guru yang berisi tentang permainan tradisional dalam pembelajaran matematika kelas II SD. Pada kata pengantar juga tertulis garis besar isi dari buku panduan guru. Peneliti mengajak guru dan orangtua untuk mengenalkan kembali permainan tradisional yang sudah mulai punah di kalangan anak-anak pada jaman sekarang. Kata pengantar ini dibuat sebagai maksud supaya pembaca mampu mengetahui gambaran buku panduan guru permainan tradisional sehingga bermanfaat bagi guru dan penggunanya.

b) Daftar Isi

Daftar isi memuat hal-hal yang ada di buku panduan guru tersebut.

Daftar isi dibuat untuk memudahkan pembaca mencari halaman pada masing-masing judul maupun sub judul.

c) Asal Permainan

Pada bagian asal permainan membahas tentang asal permainan tersebut yang akan dimodifikasi oleh peneliti untuk pembelajaran matematika. Tidak hanya itu, peneliti juga menjelaskan sedikit bagaimana

Pada bagian asal permainan membahas tentang asal permainan tersebut yang akan dimodifikasi oleh peneliti untuk pembelajaran matematika. Tidak hanya itu, peneliti juga menjelaskan sedikit bagaimana