• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Kerangka Berpikir

Tahap perkembangan anak atau peserta didik sekolah dasar (usia 7-12 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Melalui pembelajaran yang dilakukan dengan pengalaman langsung merupakan salah satu karakteristik dari tahap operasional konkret yaitu menggunakan objek nyata karena peserta didik sekolah dasar belum mampu untuk berpikir secara abstrak. Pengalaman belajar secara langsung diterapkan agar peserta didik mampu belajar dengan mandiri, sehingga peserta didik akan mengingat materi pembelajaran yang telah diajarkan oleh guru. Selain itu, kegiatan pembelajaran sebaiknya mampu menerapkan proses pengalaman belajar secara langsung yang bertujuan agar tujuan pembelajaran dan kompetensi pembelajaran matematika dapat tercapai. Proses pembelajaran secara langsung dapat diterapkan oleh guru melalui kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan. Kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dapat dicapai dengan adanya referensi pembelajaran yang inovatif.

Salah satunya dengan cara guru dalam menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik dengan melihat karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang senang bermain, senang melakukan sesuatu secara langsung, dan terdorong untuk memiliki komunikasi yang luas. Konsep materi pembelajaran yang diajarkan guru kepada peserta didik dengan menggunakan metode permainan, dapat tersampaikan melalui permainan Kubuk manuk yang telah dimodifikasi menjadi “Jimpit Biji Satuan Kubuk manuk”, Pasaran yang telah dimodifikasi menjadi “Pasaran Satuan Berat”, Dakon yang telah dimodifikasi menjadi

“Dakon Satuan Berat”, dan Dhuk ther yang telah dimodifikasi menjadi

“Lempar Dhuk ther Kilogram”.

Matematika merupakan satu dari beberapa pembelajaran yang cenderung pokok untuk diajarkan sejak anak berada di bangku sekolah dasar.

Anak akan mendapatkan pengetahuan dengan kegiatan belajar. Belajar yang dimaksud adalah belajar yang mampu dilakukan kapan dan dimana saja, termasuk belajar yang dilakukan dengan kegiatan bermain.

Pada saat ini, tidak hanya guru yang dipandang sebagai satu-satunya sumber informasi. Namun, belajar bisa dilakukan oleh peserta didik sendiri dengan kegiatan sehari-dari di lingkungan sekitar mereka tinggal. Dalam kegiatan bermain, peserta didik mampu mendapatkan pengetahuan. Pada dasarnya, anak menghabiskan banyak waktu dalam kehidupannya dengan bermain dalam setiap harinya. Dengan begitu, terlihat jelas bahwa bermain mempunyai peran yang sama pentingnya dengan belajar. Antara belajar dengan bermain merupakan dua hal yang mampu melengkapi satu sama lain.

Melalui bermain, anak mampu belajar dengan perasaan yang senang dan lebih menguasai materi pelajaran dengan lebih matang. Bermain juga mampu mengembangkan keterampilan kognitif dan sosial yang berguna bagi pertumbuhan anak.

Kurangnya inovasi dan penggunaan metode secara tepat dalam proses kegiatan belajar mampu menjadikan salah satu penghambat bagi peserta didik dalam menerima materi dan pembelajaran. Guru kelas II menjelaskan bahwa materi matematika menggunakan alat peraga timbangan dan kartu angka

30

untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar. Guru mengajak peserta didik menimbang beberapa objek dengan alat timbang yang berbeda-beda sesuai dengan satuan berat masing-masing dan peserta didik diminta untuk mencocokkan hasil timbangan dengan angka yang berada di kartu. Peserta didik senang dan terlihat antusias saat guru mengajak peserta didik belajar dengan melakukan praktek. Referensi yang digunakan oleh guru untuk memberikan materi pembelajaran yaitu internet. Guru belum menggunakan referensi berupa buku panduan yang mampu diterapkan untuk mengajak peserta didik belajar sambil bermain. Oleh karena itu, sebaiknya guru menambahkan inovasi yang baru untuk membantu peserta didik agar mampu belajar sambil bermain. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan permainan tradisional sebagai bentuk sarana atau media pendukung kegiatan dalam belajar mengajar. Dalam materi pembelajaran dan fungsi permainan tradisional, peneliti melihat bahwa permainan tradisional merupakan media yang tepat untuk dimodifikasi kan ke dalam kegiatan pembelajaran. melalui permainan tradisional, peserta didik mampu belajar dengan menyenangkan.

Terlebih, peralatan yang digunakan dalam permainan tradisional dapat memanfaatkan benda di lingkungan sekitar.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas II-A SD Bokpri I Gondolayu di ruang kelas II-A menunjukkan bahwa terdapat alat peraga yang digunakan guru terbatas. Di ruang kelas, hanya terdapat dakon untuk peserta didik bermain di jam istirahat. Saat pembelajaran materi pengukuran satuan berat, guru hanya menggunakan alat timbang berat badan dalam mengajar dan masih terdapat empat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika karena sulit untuk fokus dan masih belum lancar dalam membaca serta menghitung. Pada proses pembelajaran terlihat lima orang peserta didik yang aktif merespon ajakan guru, sedangkan peserta didik lainnya sibuk sendiri dan tidak memperhatikan dengan baik penjelasan guru.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa peserta didik kelas II-A terkadang masih mengalami kesalahpahaman konsep dalam materi pengukuran satuan berat dengan satuan baku karena kurang berlatih soal di

rumah dan sulit memahami materi. Guru mengatasi kesulitan tersebut dengan cara melakukan penjelasan materi berulang-ulang dan menggunakan benda-benda konkret yang ada namun terbatas dengan kemampuan guru. Guru kekurangan buku sebagai referensi mengajar untuk menciptakan pembelajaran menyenangkan karena di sekolah belum tersedia buku panduan permainan tradisional yang diterapkan untuk pembelajaran tematik terutama matematika. Saat istirahat, peserta didik kelas II-A juga memainkan permainan tradisional seperti sepakbola, engklek, petak umpet dan kelereng.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas II-2 SD Budya Wacana I Yogyakarta menunjukkan bahwa alat peraga yang digunakan guru terbatas. Di ruang kelas, hanya terdapat bola plastik untuk peserta didik bermain di jam istirahat. Saat pembelajaran materi pengukuran satuan berat, guru hanya menggunakan alat timbang berat badan dalam mengajarkan materinya dan masih terdapat enam peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika karena dalam membaca dan menghitung masih belum lancar, selain itu peserta didik memiliki motivasi belajar yang masih rendah.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa peserta didik kelas II-2 terkadang masih mengalami kesulitan kesalahpahaman konsep dalam materi pengukuran khususnya tentang mengkonversi satuan berat karena kurang berlatih soal di rumah dan kurang lancar dalam membaca dan menghitung serta sedikitnya motivasi peserta didik dalam belajar. Guru mengatasi kesulitan tersebut dengan cara pembelajaran berulang-ulang dan menggunakan benda-benda konkret yang ada namun terbatas dengan kemampuan guru. Guru kekurangan buku sebagai referensi mengajar untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan sekaligus meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena di sekolah belum tersedia buku panduan permainan tradisional yang diterapkan untuk pembelajaran tematik terutama matematika. Saat istirahat, peserta didik kelas II-2 juga memainkan permainan tradisional seperti engklek, petak umpet dan cendak ndondok.

Kedua guru kelas II tersebut sangat berharap dengan adanya referensi buku yang dapat memudahkan dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada

32

peserta didik dan mendesain pembelajaran dengan cara menyenangkan karena dengan belajar sambil bermain peserta didik lebih mudah memahami materi.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di SD Bopkri I Yogyakarta dan SD Budya Wacana I Yogyakarta peneliti juga mendapatkan hasil bahwa peserta didik kelas bawah masih sering memainkan permainan tradisional seperti sepakbola, engklek, petak umpet, boiboinan, kelereng dan cendak ndondok. Peserta didik terlihat sangat senang saat bermain permainan tradisional tersebut bersama dengan teman-temannya.

Oleh karena itu, peneliti memanfaatkan permainan tradisional dalam pembelajaran matematika. Pemanfaatan permainan tradisonal dalam pembelajaran matematika ini diharapkan mampu meningkatkan rasa ketertarikan peserta didik dalam pembelajaran, sehingga guru mempunyai inovasi baru untuk menyampaikan pembelajaran dan sekaligus peserta didik merasa senang dengan pembelajaran yang dilakukan.

Media yang peneliti gunakan berupa media cetak yaitu berupa buku panduan yang di dalamnya berisi permainan tradisional untuk belajar matematika. Buku panduan permainan tradisional ini dimodifikasi dengan materi kelas II tema 6 dengan judul tema “Merawat Hewan dan Tumbuhan”.

Buku ini digunakan sebagai pegangan guru agar mampu dijadikan sebagai referensi dan inovasi baru dalam pembelajaran matematika dengan cara yang menyenangkan. Dengan buku panduan yang peneliti kembangkan, guru akan memiliki referensi dalam memberikan pembelajaran matematika dengan mengajak peserta didik belajar sambil bermain.

Berikut ini adalah skema kerangka berpikir peneliti:

Gambar II. 2 Skema Kerangka Berpikir Peneliti