• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAH BERDASARKAN PP No. 38/2007

PAGU RKA-K/L THN.2007

PUSAT PROVINSI KAB/KOTA % P % D %TP

Rehabilitasi Jalan Nasional Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kabupaten/desa dan jalan kota. 76.2 0.0 23.8 Pemeliharaan Jalan Nasional Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsi. Pengoperasian & pemeliharaan jalan kab./desa & jalan kota.

72.5 0.0 27.5 Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Wilayah Sungai (Wismp)

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. 2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional. 3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala nasional. 4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat nasional.

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota. 2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota. 3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala provinsi. 4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat provinsi.

1. Konservasi sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota. 2. Pendayagunaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota. 3. Pengendalian daya rusak air yang berdampak skala kabupaten/kota. 4. Penyelenggaraan sistem informasi sumber daya air tingkat kabupaten/kota.

10.0 82.9 7.2

Sumber: Analisis Tim Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan, 2007

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Kerangka kerja pengalihan dilakukan dengan pertama mempertanyakan kewenangan pemerintah dari kegiatan-kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Kedua, menyaring kegiatan-kegiatan yang merupakan prioritas nasional dan tidak prioritas nasional. Ketiga, menempatkannya pada dana perimbangan. Mengingat kapasitas DAK yang terbatas serta perlunya kesiapan baik pusat maupun daerah, maka pengalihan ini tidak dapat dilakukan secara masif. Sebuah skema transisi perlu disusun. Salah satu alternatif skema tersebut adalah Output Based Conditional Non Matching Transfer

Berdasarkan kerangka kerja yang disusun akan didapat hasil sebagai berikut:

KATEGORI PERLAKUAN KETERANGAN

Keg. Pusat Tetap di Dekonsentrasi

dan Tugas Pembantuan Sesuai dengan aturan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Keg. Daerah yang merupakan prioritas

nasional Dana Alokasi Khusus Sesuai amanat Pasal 108 UU No.33/2004 dan sesuai aturan DAK Keg. Daerah yang merupakan prioritas

nasional (namun kesiapan dan kapasitas belum siap)

Output Based Conditional

Non Matching Transfer Dilakukan pemindahan kepada DAK bertahap dalam jangka waktu tertentu

Keg. Daerah non prioritas nasional Phase out Sesuai asas desentralisasi telah dilakukan daerah

Keg. Daerah non prioritas nasional

 Untuk memilih skema pendanaan kegiatan di dalam dana perimbangan (DAU atau DAK) dapat dipertimbangkan dua hal yaitu keberadaan SPM dan kesiapan pelaksanaan.

KATEGORI PERTIMBANGAN

Dipindah langsung ke DAU Memiliki SPM, kesiapan dan kapasitas pelaksanaan dinilai telah siap Sementara tetap di DAK  Aspek pencapaian prioritas nasional tetap menjadi perimbangan utama

 SPM, kesiapan dan kapasitas pelaksanaan belum siap

Kombinasi DAK dan DAU Pengalihan dilakukan bertahap kegiatan per kegiatan sehingga lebih siap. DAK sebagai “jalur transisi” dan “jalur pembelajaran” sebelum dipindah ke DAU

Skema Output Based Conditional Non Matching Transfer sebagai skema transisi perlu dilakukan pendalaman kembali dari sisi mekanisme maupun aspek pelaksanaan penganggarannya.

 Dengan hanya menggunakan data kegiatan di RKA-KL 2007 serta PP No. 38/2007, pemetaan kewenangan dari berbagai kegiatan yang diusulkan di dalam RKA-KL masih terlalu terbatas untuk dilakukan penyimpulan kewenangan masing-masing kegiatan yang dipetakan. Pendalaman perlu dilakukan dengan melihat detail dari kegiatan tersebut semisal output dari kegiatan tersebut sehingga pemilahan dapat dilakukan.

 Sinergi dengan pengalihan tersebut, skema DAK juga perlu dikaji ulang. Isu-isu seperti tidak dapatnya kegiatan dekonsentrasi (non fisik) ke DAK serta sulitnya DAK untuk melakukan targetting perlu menjadi pertimbangan dalam mengevaluasi DAK. Lebih jauh lagi, penggunaan proxy didalam formula DAU sebaiknya mulai digeser kepada indikator yang lebih menggambarkan kebutuhan belanja daerah. Untuk itu, penerbitan SPM perlu mendapat perhatian khusus. Penyempurnaan DAU ini akan memungkinkan pengalihan beberapa kegiatan DAK kepada DAU. Hal ini akan semakin sejalan dengan semangat otonomi daerah.

Daftar Pustaka

Abed, George T., and Gupta, Sanjeev, 2002, Governance, Corruption & Economic Performance, IMF: Washington, D.C. Anwar Shah, and Qureshi, Zia, 1994, Intergovernmental Fiscal Relations in Indonesia, The World Bank: Washington, D.C. Anwar Shah, A Practitioner’s Guide To Intergovernmental Fiscal Transfer, WorldBank Policy Research Working Paper 4039,

October 2006

Anwar Shah, Fiscal Decentralization In Developing and Transition Economies: Progress, Problems And The Promise, WorlBank policy research working paper 3282, April 2004

Bahl, R. and N.McMullen. 2000. Aturan-Aturan Implementasi Desentralisasi Fiskal. Center for International Reform and The Informal Sector (IRIS). University of Maryland at College Park. March 2000

Bailey, Stephen J., 1999, Local Government Economics: Principles and Practice, Macmillan Press Ltd.: London.

Behrman, J. R., A. B. Deolalikar and L.-Y. Soon. 2003. The Role of Decentralization in Promoting Effective Schooling in Developing Asia. Asian Development Review.

Bert Hofman, Kadjatmiko dan Kai Kaiser, Evaluating fiscal equalization in Indonesia, WorldBank Policy Research Working Paper 3911, May 2006

Campo,Salvatore S. and Sundaram,P.2002. To serve and to preserve: Improving Public Administration in A Competitive World. Sean Development Bank

Cho, Chang-Hyun, and Meinardus, 1996, Local Autonomy and Local Finance, CLA-Nanyang University: South Korea Daniel Bergvall, Claire cahrbit dkk, Intergovernmental Transfers And Decentralized Public Spending, OECD Journal of

budgetting, vol 5, number 4, 2006

Ehtisham Ahmad dan Jon craig, Intergovernmental Transfer, Dalam Fiscal Federalism In Theory And Practices, Teresa Ter-minasan, IMF, Washington, 1997

Litvack, Jennie, Ahmad, Jundid, and Bird, Richard, 1998. Decentralization In Developing Country. The World Bank, Washington, DC.

Mardiasmo, 2002, Otonomi & Manajemen Keuangan Daerah, ANDI: Yogyakarta.

Martinez-Vasquez, J., and R. McNab. 1997. Fiscal Decentralization, Economic Growth, and Democratic Governance. International Studies Programme. Georgia State University. Working Paper

Paul Whelan, The Local Government Grant System Paper One : A Researcher’s Guide To Local Government Grants, July 2003 Republic of South Africa, Division Of Revenue Bill, 2002

Richard Bird dan Vaillancourt, Francois, 2000, Desentralisasi Fiskal di Negara-Negara Berkembang, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

Richard Bird, Christine Wallich, Fiscal Decentralization And Intergovernmental Relations In Transitions Economies : Toward A Systemic Framework Of Analysis, Working paper 1122, WorldBank, Maret 1993

Richard M.Bird dan Michael Smart, Intergovernmental Fiscal Transfer: Some Lessons From International Experience, University of Toronto, Januari 2001

Silverman, J.M. 1992. Public Sector Decentralization: Economic Policy And Sector Investment Programme. World Bank Technical Paper No. 186. Washington, D.C. World Bank.

Smoke, Paul, Can Decentralization Helb Rebuild Indonesia?, Andrew Young School of Policy Studies, Georgia State University, Atlanta, 2002.

Yun Hwan Kim, Paul Smoke, The Role And Chalenges Of Intergovernmental Fiscal Transfer in Asia. Berbagai aturan perundangan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri).