• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Lapangan Berdasarkan Wilayah/Lokasi Kajian untuk Kajian Pemerintah

Konsolidasi Demokrasi DIREKTORAT POLITIK DAN KOMUNIKASI

Matrik 1. Temuan Lapangan Berdasarkan Wilayah/Lokasi Kajian untuk Kajian Pemerintah

ISU KAJIAN JAWA BARATBANDUNG/ JAWA TIMURSURABAYA DENPASAR/BALI

MAKASSAR/ SULAWESI SELATAN MEDAN/SUMATERA UTARA 1.Pelayanan komuni-kasi dan informasi (kominfo) publik pe-merintah. • KIM

• Penyebaran siaran pers melalui media massa • Surat pembaca • Temu wicara langsung

di daerah

• Iklan layanan masyara-kat

• Spanduk

• Dialog rutin dengan wartawan/jumpa pers • TVRI : acara

Parlementaria, infor-masi seputar parlemen, perspektif, propublik, dan dialog interaktif • RRI : menampung

as-pirasi masy melalui pro-gram Gentra Harmoni Pagi dan Aspirasi Parahiangan • Mekanismenya lebih

bersifat top down; dan alur kominfo dari pem tidak berjenjang (Prov-Kota/Kabupaten-Kecamatan) secara pasti; kecuali yang me-nyangkut isu-isu yang didalamnya menyang-kut anggaran. • Komunikasi politik lebih

banyak yang insidental dan tidak terprogram

• Urun rembug, tatap muka • Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kelompok Swadaya masyara-kat (KSM) • KIM • Website • Surat pembaca

& opini di media cetak

• Dialog interaktif di tv (Ajang Wadul di TVRI) dan radio (Dialog Solutif di RRI)

• SMS

• Penyebaran berita (bentuk teks berita dan audio visual) ke seluruh media massa oleh “Kantor Berita” Dinas Infokom • Temu wicara langsung dengan kelompok ma-syarakat • Pertemuan in-formal dengan masyarakat pada acara kesenian dan keagamaan • Website bali.go.id • Radio daerah • Buletin Humas • Koran daerah • Hak jawab di

me-dia massa • Forum Antar Umat

Beragama Pelaksanaannya : • Lebih banyak

bersifat top down • Hanya masyarakat

kalangan terbatas yang mengakses Website • Konsep sudah

baik tapi pelaksa-naan masih belum baik

• Political will pemerintah sudah baik

• Di tingkat keca-matan, KIM cukup berperan • Rapat dan

musy-awarah • Sosialisi masalah kehidupan de-mokrasi melalui siaran di radio Makassar FM, Mercurius FM Pelaksanaannya : • Political will pemerintah dalam memfasilitasi me-dia massa dengan publiknya cukup baik

• Kebijakan publik yang dibuat pemerintah sudah baik dan transparan • Humas Pemda

sudah cukup ter-buka memberikan informasi kepada media massa dan masyarakat

• Tatap muka • media cetak (tulisan/

artikel dan informasi event Pemda) • media elektronik (iklan di TV lokal) • Seminar bertaraf nasional • KIM

• Edaran dan brosur, telpon.

Pelaksanaannya : - Alur kerja secara

struktural kelem-bagaan masih bersi-fat top down dan kurang terbuka serta kurang memperha-tikan aspirasi dari bawah.

- Diadakannya perte-muan dengan aparat terendah - informasi langsung disampai-kan kepada rakyat. - Wartawan TV, Koran,

dan Radio dalam me-nyebarkan informasi dilibatkan. Selain itu, tokoh masyarakat dan kampus juga di-libatkan untuk mem-berikan masukan kepada pemerintah. Pendekatan masih

top down (tidak

disesuaikan dengan kesiapan masyarakat)

ISU KAJIAN JAWA BARATBANDUNG/ JAWA TIMURSURABAYA DENPASAR/BALI MAKASSAR/ SULAWESI SELATAN MEDAN/SUMATERA UTARA 2.Upaya pemerin-tah dalam memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang pentingnya kominfo 1. Pendidikan di bidang politik & kesadaran hukum melalui media massa.

2. Secara rutin instansi pemerintah atau dinas terkait membuat acara yang bersifat interaktif bekerjasama dengan media, seperti dialog in-teraktif, atau talk show, juga temu dengan kon-stituen.

3. Pemerintah & DPRD se-bagai lembaga legislatif mengikuti Musrenbang dan kelompok infor-masi masyarakat (KIM). 4. Mengoptimalkan

Kelompok Pengajian. 5. Pendekatan dengan perguruan tinggi den-gan menyelenggarakan

event khusus (seminar,

diskusi)

1. Pengenalan IT bagi masyarakat (den-gan mobil keliling) 2. Dialog interaktif

Gubernur di media elektronik 3. Anggota Dewan,

dan tokoh ma-syarakat memberi pendidikan politik melalui tayangan TVRI (Pilgub sam-pai PILKADES) 4. Pemerintah lebih transparan dan bertanggungjawab (contoh : informasi tentang kebijakan publik dapat diak-ses dan diketahui berbagai kalangan misalnya rencana kunjungan pihak eksekutif atau leg-islatif ke luar negeri atau tentang anggaran tahun mendatang bisa langsung dikritisi oleh masyarakat) 1. Komunikasi publik melalui sistem Banjar (organisasi tradisional). 2. Orang Bali

me-megang teguh konsep “Menyama Braya” yang arti-nya mirip dengan “dimana bumi di-pijak, disitu langit dijunjung. 3. Pendiidikan politik

sudah cukup ber-hasil dengan tidak adanya pemilih golput dalam pil-kada.

1. Pemerintah mem-bentuk lembaga untuk akses masy-arakat di bidang hukum dan politik seperti Kadarkum dan KIM termasuk lembaga kominfo (Dinas Infokom) 2. Dialog interaktif

dan talk show in-stansi pemerintah dan/atau dinas ter-kait bekerjasama dengan media (TV dan radio)

1. Semula pendekatan-nya koersif, namun sekarang mulai persuasif - ada kesan masyarakat belum percaya dan satu persepsi terhadap isu tertentu.

2. Tidak semua instansi pemerintah terbuka terhadap masyara-kat, sehingga demo masih banyak dige-lar.

3. Upaya legislatif & parpol belum mem-berikan pendidikan politik secara benar dan terprogram sehingga banyak ka-wasan terpencil dan rakyat yang belum tersentuh informasi dari pemerintah, termasuk informasi politik.

ISU KAJIAN JAWA BARATBANDUNG/ JAWA TIMURSURABAYA DENPASAR/BALI MAKASSAR/ SULAWESI SELATAN MEDAN/SUMATERA UTARA 3.Upaya pemerin-tah dalam mendorong masyara-kat untuk mengakses kominfo. 1. Membuat website : jabar.go.id meskipun

masih kurang ditangani secara profesional, se-hingga informasi yang tersedia kurang ”up to

date”.

2. Disediakan layanan informasi masyarakat melalui media: Balarea, Kang Dada Menjawab, Jasmara, atau surat-surat pembaca di koran-koran daerah, dan dialog/tatap muka langsung dengan ma-syarakat.

3. Humas provinsi sebagai juru bicara gubernur dan protokoler, se-hingga untuk kominfo keluar atau akses ma-syarakat perlu/sedang diupayakan pemben-tukan lembaga/dinas tersendiri (infokom) 4. Peran pemerintah lebih

terbuka dan sesuai den-gan kebutuhan daerah masing-masing - me-nyesuaikan dengan per-aturan mendagri dan perda - sehingga dalam penyebaran informasi tidak ada jenjang kom-ando yang tegas. 5. Arus informasi berupa

pemberitaan dan pub-likasi kebijakan pemer-intah, seperti leaflet, brosur, billboard, iklan layanan masyarakat, temu wicara langsung, pengumuman masyara-kat, pengeras suara di masjid, pertemuan di RT/RW, pengajian rutin. 6. Peran Musrenbang

ma-sih cukup signifikan

1. Untuk menggalang partisipasi ma-syarakat dilakukan dengan mening-katkan efektivitas dan efisiensi pelay-anan informasi publik melalui pen-genalan IT kepada masyarakat den-gan menyediakan mobil keliling yang dilengkapi pera-latan IT. 2. Pemerintah sudah

memiliki political

will untuk

mem-fasilitasi industri media massa dan media publik dalam fungsinya mencerdaskan kehidupan bangsa. 3. Di Jawa Timur pemerintah mem-punyai political will untuk menjamin kebebasan bidang komunikasi dan in-formasi, meskipun peraturan bidang komunikasi dan in-formasi serta yang terkait dengan per-an industri media relatif tidak ada lagi karena depkominfo cenderung hanya mengatur bidang teknologi informasi saja - yang me-nyangkut tayangan tv dan radio ditan-gani oleh KPI/KPID, sedangkan media cetak oleh Dewan Pers. 1. Pendidikan yang tinggi mendo-rong meningkat-nya kemampuan warga dalam mengakses dan memanfaat-kan informasi – penyadaran ma-syarakat dengan mengefektifkan sistem banjar 2. Adanya website : bali.go.id yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat Bali

3. Perda yang terkait dengan kominfo 4. Peran pemerintah dalam membuat kebijakan melalui rapat koordinasi pembangunan dengan dinas-di-nas terkait, & temu wicara dengan kelompok-kelom-pok masyarakat. Kominfo terjadi secara berim-bang.. 5. Kegiatan yang bersifat makro ditangani oleh ba-dan informasi ba-dan teknologi Daerah (BITD) - kegia-tan yang bersifat mikro/operasional dilakukan oleh Humas/Pemprov.

1. Posisi pemerintah pusat hanya se-batas koordinasi - tidak semua diten-tukan oleh pusat. Daerah/provinsi kadang-kadang menjadi penentu kebijakan - kecuali masalah agama, pertahanan, keu-angan, dan kehaki-man. 2. Pemerintah ter-buka terhadap masalah-masalah masyarakat, semua persoalan diako-modir (bottom-up), demikian pula dari atas (top-down). 3. Pemerintah tidak

membedakan ke-pentingan - semua kebijakan diupaya-kan tetap berpihak kepada publik da-lam pengambilan keputusan. 4. Memanfaatkan

semua media yang ada, baik cetak maupun elektronik serta menjalin kemitraan dengan baik. 5. Peran pemerintah dalam membuat kebijakan publik di bidang kominfo sudah terlihat baik dan transparan - kebijakan yang ada benar-benar menjadi penopang aspek kemasy-arakatan di mana pemerintah hanya sebagai mediator dan pelindung atas kebijakan tersebut. 6. Sebatas pada

peran kebijakan di bidang mediator, karena industri media sendiri su-dah memiliki atu-ran (UU Pers), UU Media Massa, Kode Etik Jurnalistik dsb - yang juga berkai-tan dengan aturan-aturan pemerintah.

1. Memberdayakan aparat lini terendah yaitu kepala ling-kungan di setiap kelurahan. 2. Membentuk KIM, tapi

kurang diberdaya-kan, sehingga terke-san hanya formalitas/ tidak substansial. 3. Menyediakan

salu-ran kominfo dalam bentuk tatap muka, telp, media cetak dan elektronik, edaran, brosur.

4. Bekerja sama dengan media publik (RRI dan TVRI)

5. Peran pemerintah ka-bupaten/kota sangat menonjol, tetapi di tingkat kecamatan masy kurang men-dapat pelayanan informasi 6. Kebijakan

pemerin-tah di bidang komin-fo faktanya tetap top

down dikarenakan

partisipasi masy-arakat yang kurang. Alur komunikasi juga cenderung terbatas, hanya ada di lapisan elit politik dan pen-guasa.

Kebijakan pimpinan (eksekutif) sudah ada, tapi operasio-nalnya tidak sesuai, terutama monitoring dan evaluasi. 7. Memberikan

ban-tuan modal dan ma-najemen pada LPP. 8. Legislatif menilai

pemerintah belum konsisten dengan kebijakannya. Parpol belum memiliki kebi-jakan khusus tentang komiunikasi dan informasi.

ISU KAJIAN JAWA BARATBANDUNG/ JAWA TIMURSURABAYA DENPASAR/BALI MAKASSAR/ SULAWESI SELATAN MEDAN/SUMATERA UTARA 4.Regulasi yang di-keluarkan pemerintah terkait de-ngan bidang kominfo.

Tidak ada kebijakan publik pemerintah yang mengatur peran industri media kecuali bersifat himbauan agar pemberitaan meng-gunakan kode etik jurnalistik. • UUD 1945 Pasal 28 • UU Nomor 8/1992 ten-tang Perfilman • UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat • UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen • UU Nomor 36/1999 ten-tang Telekomunikasi • UU nomor 39/1999 ten-tang HAM • UU nomor 40/1999 ten-tang Pers • UU nomor 19/2002 ten-tang Hak Cipta • UU nomor 32/2002

ten-tang Penyiaran • UU nomor 32/2004

ten-tang Otonomi Daerah • PERATURAN PEMERINTAH • KODE ETIK • UUD 1945 Pasal 28 • UU Nomor 8/1992 tentang Perfilman • UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat • UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen • UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi • UU Nomor 39/1999 tentang HAM • UU Nomor 40/1999 tentang Pers • UU Nomor 19/2002

tentang Hak Cipta • UU Nomor 32/2002 tentang Penyiaran • UU Nomor 32/2004 tentang Otonomi Daerah • PERATURAN PEMERINTAH • PERATURAN DAERAH • KODE ETIK

• Perda yang terkait dg kominfo • UUD 1945 Pasal 28 • UU Nomor 8/1992 tentang Perfilman • UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat • UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen • UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi • UU nomor 39/1999 tentang HAM • UU nomor 40/1999 tentang Pers • UU nomor 19/2002 tentang Hak Cipta • UU nomor 32/2002 tentang Penyiaran • UU nomor 32/2004 tentang Ot. Daerah • PERATURAN PEMERINTAH • KODE ETIK - UUD 1945 Pasal 28 - UNDANG UNDANG - UU Nomor 8/1992 tentang Perfilman - UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat - UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen - UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi - UU nomor 39/1999 tentang HAM - UU nomor 40/1999 tentang Pers - UU nomor 19/2002

tentang Hak Cipta - UU nomor 32/2002 tentang Penyiaran - UU nomor 32/2004 tentang Otonomi Daerah - PERATURAN PEMERINTAH - PERATURAN DAERAH - KODE ETIK

• Perda yang terkait dg kominfo • UUD 1945 Pasal 28 • UU Nomor 8/1992 tentang Perfilman • UU Nomor 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat • UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen • UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi • UU nomor 39/1999 tentang HAM • UU nomor 40/1999 tentang Pers • UU nomor 19/2002

tentang Hak Cipta • UU nomor 32/2002

tentang Penyiaran • UU nomor 32/2004

tentang Ot. Daerah • PERATURAN

PEMERINTAH • KODE ETIK