• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem yang selanjutnya adalah Bidang Peternakan. Bidang peternakan yang diutamakan oleh Tim PSE Paroki Maria Assumpta Pakem adalah program guliran kambing domba. Pada awalnya gabungan kelompok pertanian dan peternakan (Gapoktan) Tunas Kasih Lestari dimotori oleh Paroki Maria Assumpta Pakem untuk melestarikan dan meningkatkan sumber daya alam serta manusianya dalam satu wadah

91 komunitas yang saling bersinergi dan komunikatif. Berawal dari kelompok tani Tunas Kasih Lestari kemudian terbentuklah juga kelompok peternakan dan beberapa dari anggota kelompok peternakan juga merupakan anggota kelompok pertanian. Berikut ini data mengenai jumlah anggota kelompok peternakan yang masih terdaftar hingga penelitian ini berlangsung.

Tabel 4. 11.

Data Ternak Kambing Gapoktan Tunas Kasih Lestari

No Nama Anggota Jumlah Induk Harga Taksiran

Hidup Mati Tak Jelas 1. Tukijo 1 700.000 √ 2. Supanar 1 800.000 √ 3. Misdaryanto 1 800.000 √ 4. Edi Roki 1 800.000 √ 5. Ngadiyono 1 800.000 √ 6. Ngalijo 1 700.000 √ 7. Kusno 1 800.000 √ 8. Hartono 1 800.000 √ 9. Barjo 1 800.000 √ 10. Parmuji 2 1.500.000 √ 11. Hadi 1 700.000 √ 12. Haryoto 1 700.000 √

92 13. Ngatijo 2 1.500.000 √ 14. Budi P. 2 1.500.000 √ 15. Nailain 2 1.600.000 √ 16. Tukimun 2 1.600.000 √ 17. Harjo 1 700.000 √ 18. Joko S 1 700.000 √ 19. Sumpono 1 700.000 √ 20. Kusno 2 1.400.000 √ 21. Tatak 2 1.400.000 √ 22. Woto 1 - √ 23. Ratno 1 - √ 24. Wardi 1 800.000 √ 25. Cipto 2 - √ 26. John 2 - √ 27. Paimin 2 - √ 28. Wargino 2 1.400.000 √ 29. Tikno 2 - √ 30. Gono 2 1.400.000 √ 31. Siswanto 2 1.500.000 √ 32. Sudarto 2 1.500.000 √

93 Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa anggota bidang peternakan yang terlibat kurang lebih 38 orang. Dari 38 anggota tersebut junlah induk semula yang dipinjamkan berjumlah 55 ekor. Namun dari 55 ekor yang dikembangbiakkan terdapat 12 ekor yang terdata mati sehingga mengalami penyusutan ketika pendataan ini dilakukan. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap keaktifan atau tingkat partisipasi anggota kelompok pertanian. Penurunan tingkat partisipasi terlihat dari jumlah anggota kelompok yang hadir ketika pertemuan rutin setiap bulan.

Sistem kerja atau sistem penggaduhan kambing domba ini dibuat dengan cara membagi anggota ke dalam beberapa kelompok. Dari jumlah data yang telah dipaparkan, maka setiap kelompok beranggotakan 2 orang. Kemudian tim bidang peternakan meminjami masing-masing kelompok ini dipinjami 1 ekor kambing jantan dan 1 atau 2 ekor kambing betina untuk diternakkan. Peminjaman kambing domba untuk diternakkan tidak dipinjamkan secara cuma-cuma melainkan di

33. Winarto 2 1.500.000 √ 34. Marjais 1 800.000 √ 35. Urit 2 1.400.000 √ 36. Supri 1 1.600.000 √ 37. Idon 1 - √ 38. Roto 1 - √ JUMLAH 55 32.900.000 43 12 0

94 dalam program ini dibentuk adanya perjanjian atau kesepakatan antara anggota Tim Kerja PSE yang bekerjasama dengan Karina KAS dan para anggota peternak kambing. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah kambing yang dipinjamkan akan diambil kembali ketika kambing-kambing tersebut sudah menghasilkan keturunan yang dirasa cukup untuk dikembangbiakkan sendiri oleh anggota kelompok ternak. Ketika kelompok tersebut telah berhasil dalam pemeliharaan kambing dan jumlah kambing sudah bertambah, maka Tim PSE yang khusus menangani bidang peternakan akan mengambil induk kambing jantan dan induk kambing betina untuk digulirkan kepada anggota lain supaya jumlah anggota peternakan juga bertambah dan semakin banyak masyarakat yang terberdayakan. Namun berdasarkan observasi dan wawancara di lapangan, tim kerja bidang peternakan memiliki kendala setiap kali induk kambing jantan dan betina tersebut akan ditarik kembali. Beberapa kendala di antaranya beberapa anggota kurang kooperatif sehingga ada beberapa kambing domba diakukan hilang atau mati sedangkan anggota lain merasa induk kambing tersebut sudah menjadi milik mereka dan sulit untuk dikembalikan. Hal-hal tersebutlah yang sampai saat ini menjadi kendala tim untuk menambah jumlah anggota yang ingin diberdayakan.

Dari hasil wawancara dan observasi lapangan kepada para peternak kambing, mereka merasakan manfaat yang menguntungkan dan membantu kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari. Rata-rata para peternak kambing dapat menjual empat sampai lima ekor kambing terhitung sejak dimulainya program pada tahun 2010 sampai 2016. Harga jual seekor kambing kurang lebih Rp 800.000,00 hingga Rp 1.100.000,00. Dari hasil pendapatan penjualan kambing,

95 mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupsehari-hari. Selain memberikan keuntungan bagi mereka, dampak positif yang lain adalah kemampuan para peternak untuk memperhitungkan berapa banyak jumlah proporsional kambing yang harus dipelihara di dalam kandang yang mereka miliki. Sebagian besar dari mereka memelihara empat sampai enam ekor kambing. Jumlah tersebut adalah jumlah yang proporsional menurut mereka. Selain itu jumlah tersebut juga mempertimbangkan kemampuan peternak untuk memberikan makanan dan nutrisi dalam pemeliharaannya. Selain itu ada pula solusi yang muncul untuk menjawab permasalahan peternakan. Salah satu contoh adalah penggantian ternak yang sudah dua tahun tidak produktif. Penggantian ini dilakukan dengan cara tukar tambah ternak baru yang lebih sehat dan produktif. Sedikit demi sedikit mereka belajar mengenai manajemem peternakan.

Selain pendampingan dan kontrol Tim PSE terhadap para peternak, Tim PSE sebagai agen pemberdayaan juga bekerjasama dengan dokter hewan untuk melakukan pengecekan berkala dengan tujuan supaya mengetahui kondisi dan kesehatan kambing perliharaan. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalkan tingkat kematian hewan ternak kambing. Penyebab dari menyusutnya jumlah peternak kambing domba salah satu di antaranya adalah tingkat kematian hewan peliharaan tersebut sehingga perlu adanya pendampingan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kompetensi, keahlian, maupun pengetahuan yang baik mengenai pemeliharaan kambing domba.

Para peternak kambing yang juga merupakan anggota dari kelompok pertanian atau disebut dengan Gapoktan Tunas Kasih Lestari ini saling bersinergi

96 dalam meningkatkan sumber daya manusia atau anggota kelompok dan mengoptimalkan sumber daya alam yang mereka miliki. Saat penelitian ini berlangsung Gapoktan Tunas Kasih Lestari memiliki kegiatan yang jauh lebih luas dan nyata, yakni pemanfaatan hasil tani dan ternak yang semakin optimal sehingga mampu meningkatkan derajat ekonomi para petani dan peternak.

Gapoktan Tunas Kasih Lestari berkomitmen untuk perlahan-lahan meninggalkan pupuk dan pakan berbasis bahan-bahan kimiawi. Komitmen ini dijalankan demi mencapai cita-cita sebagai proyek percontohan pertanian dan peternakan alami yang hadir di tengah-tengah masyarakat dengan membawa konsep ramah lingkungan. Salah satu bentuk kegiatan yang sinergis antara pertanian dan peternakan adalah pembuatan pupuk kompos, pupuk kandang, dan pakan ternak organik yang sangat bergantung dari kedua lahan ini. Kegiatan ini terus menerus dilakukan sembari memperbaiki struktur baik secara kualitas maupun kuantitas.

Gapoktan Tunas Kasih Lestari secara rutin mengadakan pertemuan bulanan. Pertemuan tersebut dilaksanakan untuk saling bertukar atau berbagi informasi seputar perkembangan pertanian dan peternakan, perencanaan pembuatan bangunan untuk peternakan atau kandang percontohan, serta membahas laporan keuangan terkait pinjaman mereka.

Gapoktan Tunas Kasih Lestari merencanakan luas bangunan ideal untuk satu lingkup peternakan adalah 32 meter persegi untuk kandang hewan dengan daya tampung 6 ekor dan lokasi kotoran hewan serta pengolahan pupuk. Konstruksi bangunan terbuat dari besi untuk tiang dan seng untuk atap. Kandang

97 terbuat dari bambu dan ram kayu. Lantai dari semen dan dinding penyekat terbuat dari batako.

Selain itu seperti halnya dengan program pemberdayaan bidang pertanian, kelompok peternakan yang tergabung dalam Gapoktan Tunas Kasih Lestari memiliki pengelolaan administratif yang sederhana. Pengelolaan ini sangat umum dan meudah dijalankan pada komunitas dan gereja. Beberapa pengelolaan yang saat ini dijalankan oleh Gapoktan Tunas Kasih Lestari adalah pendataan kelompok, pembaharuan perjanjian ternak, pengadaan pertemuan bulanan di sekretariat Gapoktan, penjadwalan program kerja dan kunjungan, penarikan ternak dengan surat resmi dari gereja, dan pengguliran hewan ternak.

Terkait dengan data-data yang telah dipaparkan, maka bagian selanjutnya dari bab ini adalah menganalisis atau mengkaji data-data yang telah dikumpulkan dan dipaparkan dari sejumlah sumber yang berbeda seperti, wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem dan penerima manfaat program, observasi langsung, dan studi dokumentasi, akan dievaluasi dengan menggunakan teori prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja dan teori community empowerment yang telah dikembangkan oleh penelitian terdahulu maupun yang sedang dikaji dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut bukan digunakan untuk memahami Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem secara holistik dari tahun 2010 hingga saat penelitian ini berlangsung.

Selanjutnya akan dipaparkan tiga tema pembahasan sesuai dengan pertanyaan penelitian. Pertama, Analisis Kesesuaian Program Pemanfaatan Dana

98 APP di Paroki Maria Assumpta Pakem dengan Prinsip-Prinsip Ajaran Sosial Gereja. Kedua, Analisis Penerapan Konsep berdasarkan kategori-kategori Community Empowerment dalam dimensi Corporate Social Responsibility dalam pengelolaan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem. Ketiga, Potensi Keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Asumpta Pakem.

99

BAB V

ANALISIS EVALUASI PROGRAM PEMANFAATAN DANA APP DI

PAROKI MARIA ASSUMPTA PAKEM

5.1. Pengantar

Sebagaimana telah dibahas dalam bab-bab yang terdahulu, penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti kinerja dan tingkat keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yang dimanfaatkan untuk mengevaluasi program-program dan tingkat keberlanjutan. Secara lebih spesifik, penelitian ini akan mengevaluasi kesesuaian Program Pemanfaatan Dana APP dengan kerangka Ajaran Sosial Gereja (ASG), mengevaluasi pengelolaan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem berdasarkan kategori-kategori community empowerment, dan meneliti potensi keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem.

Pada bab sebelumnya telah dipaparkan mengenai kerangka teori yang dikembangkan untuk tujuan evaluasi. Evaluasi dalam penelitian ini dengan menggunakan prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja dan teori Community Empowerment dalam penempatan dimensi Corporate Social Responsibility. Kombinasi dari dua hal yang berbeda ini selanjutnya menjadi panduan dalam penyusunan standar kinerja pelaksanaan Program Aksi Puasa Pembangunan di Paroki Maria Assumpta Pakem. Standar kinerja yang dihasilkan akan digunakan untuk mengukur kinerja yang sedang terjadi. Kemudian kedua hasil perbandingan

100 tersebut akan digunakan untuk melihat potensi keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem. Selain kedua hal tersebut, yang digunakan dalam kerangka evaluasi adalah variabel-variabel yang digunakan dalam teori evaluasi. Dengan menggunakan teori evaluasi dan variabel-variabelnya maka dapat dilihat; tingkat kesesuaian atau koherensi proram dengan prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja dan community empowerment, efisiensi program dengan membandingkan input dan output program kerja yang dirancang dan dijalankan, efektivitas dari pengimplementasian program, relevansi dengan cara melihat apakah program-program tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat di Paroki Pakem, dan sustainability atau tingkat keberlanjutan program

Melanjutkan kedua paragraf di atas, maka pada bab ini, data-data dari dokumen Laporan Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem dan data penelitian lain yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang berbeda, seperti wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem dan para penerima manfaat program; observasi langsung dengan mengunjungi Kantor Panitia APP di Paroki dan para penerima manfaat akan dievaluasi langsung dengan menggunakan teori prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja, teori community empowerment yang telah dikembangkan untuk penelitian ini, dan teori evaluasi dengan variabel-variabelnya. Teori-teori tersebut digunakan bukan untuk membentuk teori-teori baru melainkan untuk memahami secara holistik Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem selama empat periode tahun anggaran.

101 Pada bab empat ini akan dipaparkan tiga tema pembahasan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang sudah disampaikan pada bab pertama. Pertama, Analisis Kesesuaian Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem dengan Prisnsip-Prinsip Ajaran Sosial Gereja. Kedua, Analisis Capaian Kinerja yang berkaitan dengan Pengelolaan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem berdasarkan kategori-kategori community empowerment dalam dimensi Corporate Social Responsibility. Terakhir, Potensi Keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem. Namun, sebelum masuk ke dalam tiga tema pembahasan tersebut akan disajikan tentang uraian data yang telah diperoleh.