• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dana APP (Bidang Pertanian, Bidang Peternakan, Bidang UKM) di Paroki

Maria Assumpta Pakem

Pada bagian landasan teori telah dipaparkan mengenai usaha-usaha untuk membangun masyarakat yang diawali dengan adanya sejumlah orang yang mempelopori, menggerakkan, dan menyebarluaskan proses perubahan. Orang-orang tersebut yang disebut dengan para agen perubahan atau di dalam konteks penelitian ini disebut dengan agen pemberdayaan. Sesuai dengan namanya mereka membuat suatu perubahan yang berarti bagi masyarakat atau sekelompok orang. Sebuah agen pemberdayaan harus memilki syarat yaitu memiliki kompetensi atau kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Makna kompetensi dalam

112 pemberdayaan masyarakat adalah kemampuan yang harus dimiliki sebagai agen pemberdayaan masyarakat. Ada 14 kompetensi yang harus dimiliki oleh agen pemberdayaan (Anwas, 2014) yang diwujudkan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam menuntun dan mendampingi masyarakat. Dari 14 kompetensi digunakan 10 kompetensi dalam penelitian ini. Kesepuluh kompetensi tersebut adalah; kompetensi pemahaman sasaran, kompetensi menumbuhkan kesadaran, kompetensi komunikasi inovasi, kompetensi pengolahan pembaharuan, kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi pengelolaan pelatihan, kompetensi pengembangan kewirausahaan, kompetensi pendampingan, kompetensi teknologi informasi dan komunikasi, dan kompetensi mencari sponsorship.

Pada penelitian yang terdahulu kompetensi-kompetesnsi tersebut dijadikan landasan untuk membuat kuesioner yang dikembangkan oleh Susanti untuk menyusun Profil Tim Pengembangan Sosial Ekonomi Paroki. Kuesioner ini dikembangkan oleh Susanti dan digunakan untuk studi penelitannya mengenai Manajemen Keterlibatan Gereja dalam studi kasus Pemanfaatan Dana APP di Keuskupan Agung Semarang. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang sudah dibuat oleh Susanti untuk melihat kompetensi dan kemampuan agen pemberdayaan dalam mengembangkan ketiga program utama yang menjadi pokok pembahasan.

Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada Tim PSE Lingkungan dan Tim PSE Paroki pada penelitian yang dilakukan oleh Susanti, memperlihatkan bahwa kompetensi-kompetensi agen pemberdayaan dalam Program Pemanfaatan Dana

113 APP di Paroki Maria Assumpta Pakem memiliki kualitas yang cukup baik dalam merancang, mengembangkan, dan melakukan pendampingan kepada penerima manfaat. Hal ini juga terlihat dari intensitas pertemuan rutin yang dilakukan antara agen pemberdayaan dan juga para penerima manfaat. Beberapa kali peneliti juga mengikuti pertemuan rutin yang dilakukan dan dalam pertemuan tersebut banyak hal-hal yang dibahas dan didiskusikan terkait permasalahan-permasalahan yang dihadapi, rencana kegiatan yang akan dilakukan selanjutnya, dan upaya-upaya untuk mempertahankan keberlanjutan program-program kerja yang sudah memberikan manfaat para penerima manfaat. Selain itu yang saat ini menjadi fokus utama dalam pengembangan adalah bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat di luar penerima manfaat maupun penerima manfaat itu sendiri supaya semakin banyak yang terberdayakan. Sehingga uraian tersebut menunjukkan bahwa Tim PSE di Paroki Maria Assumpta Pakem memiliki kompetensi-kompetensi yang dipaparkan oleh Anwas yaitu Tim PSE paham mengenai untuk siapa program-program tersebut dikembangkan, dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki kesulitan perekonomian yang menjadi sasaran. Kemudian Tim PSE juga mampu menumbuhkan kesadaran para anggota untuk bekerjasama dalam pengembangan program. Menumbuhkan kesadaran tidak akan dapat berjalan dengan baik apabila tim tidak memiliki kemampuan berkomunikasi yang inovatif. Kompetensi pengolahan pembaharuan, kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi pengelolaan pelatihan, kompetensi pengembangan kewirausahaan, kompetensi pendampingan merupakan kompetensi-kompetensi yang juga dimiliki oleh tim. Apabila kompetensi-kompetensi tersebut tidak dimiliki maka

program-114 program tersebut tidak dapat berjalan dan berkembang hingga saat penelitian ini berlangsung.

Selain itu kemampuan agen pemberdayaan untuk melibatkan pihak „luar‟ seperti Karina KAS sebagai donatur, baik secara finansial maupun ide-ide atau pemikiran, juga menjadi kompetensi unggulan yang dimiliki oleh Tim PSE Paroki Maria Assumpta Pakem, yaitu kompetensi dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dan kompetensi mencari sponsorship. Dari hasil wawancara dengan key persons Tim PSE Paroki Maria Assumpta Pakem, yaitu Bapak Heri Susilo selaku ketua bidang dalam program peternakan, kambing yang digulirkan sebagian merupakan bantuan dari donatur yang peduli akan kegiatan pemberdayaan di Paroki Maria Assumpta Pakem. Selain dari kemampuan agen pemberdayaan Tim PSE Paroki Maria Assumpta Pakem. Peran Romo Paroki atau Pastor Kepala juga sangat penting dalam mensukseskan program-program pemberdayaan. Kepedulian Romo Paroki terhadap permasalahan sosial menjadi kekuatan yang membantu agen pemberdayaan dalam memberdayakan masyarakat di sekitar Paroki Maria Assumpta Pakem.

Selain itu di samping mengembangkan dan mengolah kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang mereka miliki, Tim PSE juga mampu melatih para anggota kelompok baik dari kelompok tani, peternakan, maupun UKM supaya mereka dapat mengelola administrasi sederhana dari masing-masing bidang. Contoh administrasi yang mereka kelola adalah mengenai pendataan anggota kelompok ternak beserta hewan ternak yang masih dipelihara. Kemudian mereka juga mampu membuat proposal pengajuan bantuan baik berupa

115 dana maupun peralatan yang bertujuan untuk membantu atau menunjang kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan sumber daya yang mereka miliki. Dengan demikian agen pemberdayaan tidak hanya memberdayakan tetapi juga melatih mereka dalam megelola atau mengatur admistrasi-administrasi yang berkaitan dengan pengelolaan masing-masing bidang.

5.5. Potensi Keberlanjutan Program-Program Pemanfaatan Dana APP

(Bidang Pertanian, Bidang Peternakan, Bidang UKM) di Paroki Maria

Assumpta Pakem

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem. Hasil penelitian dari tahap sebelumnya akan dijadikan pijakan dalam analisis ini. Analisis ini akan menggunakan perspektif dari penerima manfaat. Berdasarkan pemaparan deskripsi hasil penelitian mengenai ketiga Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem, sustainability atau keberlanjutan program-program tersebut sudah mencerminkan bahwa program-program-program-program pemberdayaan yang dijalankan memiliki potensi keberlanjutan yang bisa terukur. Ukuran potensi keberlanjutan suatu program dapat dilihat dari rancangan program-program yang bersifat memberdayakan dan memandirikan masyarakat sehingga masyarakat sebagai penerima manfaat tidak hanya menerima bantuan yang bersifat karitatif semata tetapi sebuah „kail‟ yang bisa memacu mereka untuk berkembang dan memberdayakan potensi diri mereka.

Selain itu tidak hanya dilihat dari rancangan program saja tetapi potensi keberlanjutan suatu program dapat terjadi apabila program pemberdayaan tersebut

116 memberikan manfaat bagi penerima manfaat, terutama manfaat tersebut berupa keuntungan. Keuntungan dalam penelitian ini adalah keuntungan dari segi finansial. Dengan keuntungan finansial yang mereka dapatkan, para penerima manfaat dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dan memperbaiki kesulitan ekonominya.

Partisipasi masyarakat dan kompetensi agen pemberdayaan juga berpengaruh pada keberlanjutan Program Pemanfaatan Dana APP di Paroki Maria Assumpta Pakem. Apabila tidak ada partisipasi masyarakat dalam pengembangan sosial ekonomi, maka program yang paling baik dan sudah dirancang sedemikian rupa tidak akan berhasil sesuai dengan tujuan awal. Selain partisipasi masyarakat, kemampuan agen pemberdayaan dalam melakukan pendampingan dan pengembangan terus menerus juga menjadi salah satu faktor keberhasilan program pemberdayaan berkelanjutan di Paroki Maria Assumpta Pakem. Adanya keberagaman aktivitas atau kegiatan terutama dalam hal terselenggaranya pendampingan dan pelatihan yang teratur menjadi salah satu syarat utama agen pemberdaya dalam upaya mewujudkan keberlanjutan suatu program pemberdayaan sosial ekonomi.