• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAMIKA DAN KONSERVASI KARBON DI LAHAN SUB OPTIMAL SUMATERA SELATAN 1)

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 116-118)

Muh Bambang Prayitno dan Bakri 2)

Abstrak: Sumatera Selatan mempunyai sumberdaya lahan, khususnya lahan sub optimal sebagai lahan rawa dan gambut dengan luasan yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber papan dan pangan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk dan upaya dalam memenuhi keperluaannya dan sedikitnya ketesediaan lahan subur, maka alih fungsi lahan rawa gambut tidak dapat dihindari. Alih fungsi lahan di Sumatera Selatan antara lain pembukaan lahan untuk transmigrasi, tanaman perkebunan dan HTI di Pantai Timur.

Dampak yang terjadi akibat dari alih fungsi lahan adalah perubahan ekosistem yang cenderung menurun yang rentan terhadap kerusakan lahan (kekeringan dan kebakaran lahan), serta dampak yang cukup serius adalah kehilangan karbon dalam jumlah sangat besar yang tidak dapat dipulihkan lagi.

Data pada makalah ini adalah bagian dari Penelitian Fundamental DIKTI tahun 2013 dengan judul “Dinamika Karbon dan Pengembangan Model Allometri Pada Lahan Sub Optimal di Sumatera Selatan”. Lokasi penelitian adalah Lahan Pasang Surut Telang II sebagai lahan pertanian dan Air Sugihan Kiri sebagai lahan perkebunan yang dilakukan pada bulan Juli hingga Oktober 2013.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada musim kemarau 2013 sebagai kemarau basah para petani Telang II memanfaatkan lahan untuk tanaman jagung, sedangkan di Air Sugihan Kiri petani cenderung memanfaatkan lahan untuk tanaman perkebunan khususnya kelapa sawit dan karet. Dinamika tataguna lahan pada laha pasang surut telah berkembang sebagai akibat dari kondisi lahan dan ketersediaan air di lahan. Lahan pertanian Telang II dengan tanaman jagung mampu menghasilkan C massa jagung sekitar 14.247,187 kg C /ha atau 28.494,373 kg CO2 e/ha, sedangkan bila ditanam padi menghasilkan C massa sekitar 5.611,746 kg C /ha atau 11.223,493 kg CO2 e/ha. Kegiatan perkebunan di Air Sugihan Kiri dengan tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan sekitar 16,11 ton C per ha atau setara 59,034 ton CO2 e per ha dengan pada umur tanaman 4 tahun. Dampak nyata alih fungsi lahan adalah hilangnya cadangan karbon di lahan Telang II dan Air Sugihan Kiri selama 40 tahun dan tidak catatan resmi kedalaman gambut pada lahan transmigrasi di Sumatera Selatan. Prakiraan kedalaman gambut adalah dengan membandingkan kedalaman gambut lokasi sekitarnya yakni 50 cm (Air Sugihan Kanan) hingga 300 cm (Bentang lahan gambut Riding Selapan, OKI). Kehilangan cadangan karbon tanah dan terbatasnya kemampuan penambatan karbon oleh tanaman menjadi perhatian penting dalam konservasi karbon di lahan suboptimal Sumatera Selatan saat ini dan di masa mendatang.

Kata Kunci: Alih fungsi lahan, dinamika karbon, lahan suboptimal

1) Makalah , disampaikan pada Seminar Nasional VII MKTI, di Palembang, 6-7 November 2013

2) Dosen pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Fakultas Pertanian Unsri

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

umatera Selatan mempunyai sumberdaya lahan, khususnya lahan sub optimal sebagai lahan rawa dan gambut dengan luasan yang sangat besar dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber papan dan pangan dalam menunjang kesejahteraan masyarakat. Namun disisi lain seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan keperluaanny, maka perubahan peruntukan lahan dan kerusakan lahan tidak dapat dihindari dan terus terjadi hingga sekarang.

Hutan rawa gambut di pantai Timur Sumatera Selatan telah dikembangkan sejak tahun 1969 oleh Pemerintah Pusat untuk transmigrasi berbasis tanaman pangan dengan total luas areal yang telah direklamasi sampai tahun 2004 ini adalah 373.000 ha (PIRA Sumsel, 2004). Hutan di sekitar pantai timur juga telah dieksploitasi baik secara legal dan illegal untuk diambil kayunya secara besar-besaran dari tahun 1970 hingga 1990 an, dan pengambilan kayu terus terjadi hingga sekarang.

Pembukaan lahan sub optimal rawa gambut untuk dimanfaatkan sebagai pemukiman transmigrasi, lahan pertanian dan perkebunan dan kehutanan membawa dampak terhadap kehilangan sumber

S

Muh. Bambang P. dan Bakri/ Dinamika dan Konservasi Karbon di Lahan Sub Optimal Sumatera Selatan hayati, terjadi perubahan hidrologi dan iklim mikro. Dampak utama pada lahan adalah terjadinya degradasi lahan dan sekaligus kehilangan karbon tanah dalam jumlah sangat besar dan dimungkinkan sebagai salah satu sumber emisi karbon di Sumatera Selatan

Siklus karbon pada hutan rawa gambut alami adalah selalu terjadi keseimbangan karbon dalam ekosistem, atau bahkan akan terjadi penambatan dan penimbunan karbon lebih besar dari pada kehilangan karbon dalam ekosistem tersebut. Terbentuknya gambut pada suatu bentang lahan adalah salah satu contoh proses penambatan dan penimbunan karbon lebih besar daripada kehilangan karbon pada lahan Kondisi terbalik, dimana emisi karbon lebih besar daripada penambatan dan penimbunan karbon akan terjadi pada lahan pertanian dan perkebunan yang menggunakan lahan rawa gambut.

Dampak alih fungsi hutan rawa gambut untuk pertanian, perkebunan dan kehutanan adalah terjadinya proses degradasi lahan yang diikuti munculnya permasalahan kekeringan yang rentan kebakaran lahan, kerusakan ekosistem lahan rawa dan turunnya produkrivitas karbon tanaman secara drastis di lahan.

Hasil beberapa penelitian Prayitno (2007a,b dan 2008) memperlihatkan bahwa pada beberapa daerah tranmsigrasi di lahan sub optimal di Sumatera Selatan telah kehilangan tanah gambutnya dan horison tanah didominasi oleh Ah, Bt dan Btg atau Bt dan Btg. Hilangnya lapisan gambut akan sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara alami, dan kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan sub optimal akan sangat tergantung pada pupuk buatan.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penambatan karbon tanaman pertanian/perkebunan, potensi dan ketersediaan cadangan karbon pada lahan pertanian/perkebunan, dan mengetahui dinamika karbon sebagai dampak pengelolaan lahan di lahan suboptimal selama lebih dari 40 tahun.

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan subbagian dari Penelitian Fundamental Dikti tahun 2013. Lokasi penelitian adalah Rawa Pasang Surut Telang II dan Air Sugihan Kiri, Kab. Banyuasin sebagai pewakil dari pengembangan lahan rawa gambut sebagai daerah transmigrasi di Sumatera Selatan (Gambar 1). Waktu penelitian adalah bulan Juli hingga Oktober 2013.

B. Bahan dan Peralatan Penelitian

Bahan dan alat yang digunakan adalah berkaitan dengan pengukura biomasa dan cadangan karbon baik di lapangan dan analisis di laboratorium.

C. Metodologi

Upaya untuk mendapatkan data terbaik dan mampu menghasilkan volume gambut pada lokasi penelitian diperlukan sebaran titik pengamatan yang dapat mewakili lokasi penelitian. Metoda interpolasi banyak digunakan untuk menduga volume dalam sebuah kubah gambut (Siegert dan Annete, 2005; Ballhorn dan Siegert, 2007), yakni dengan sebaran titik pengamatan secara merata dan mewakili areal lahan gambut.

1. Biomasa Tanaman Atas Pemukaan (Above Ground Biomass)

Pendekatan yang dilakukan dalam menentukan biomasa tanaman adalah perpaduan antara interpretasi tataguna lahan pada citra landsat dengan dilanjutkan pengecekan vegetasi pada tiap tataguna lahan di lapangan. Penentuan jumlah biomasa untuk setiap jenis vegetasi menggunakan data penelitian yang dipublikasi ditingkat Sumatera Selatan dan Indonesia.

2. Cadangan Karbon

Cadangan karbon pada lahan gambut dapat dihitung dengan persamaan yangdikemukakan oleh Agus (et al., 2007). Parameter yang diamati adalah luas lahan gambut (A, ha), kedalaman gambut (D,

Muh. Bambang P. dan Bakri/ Dinamika dan Konservasi Karbon di Lahan Sub Optimal Sumatera Selatan meter), kerapatan isi (BD, g/cm3) dan kandungan karbon (C-organik, %) pada setiap jenis tanah gambut Persamaan yang digunakan tersebut adalah:

Cadangan Karbon (ton/ha) = (B x A x D x C)/102 ... (Agus., et al., 2007).

3. Data Sekunder Karbon

Data sekunder dalam tulisan ini adalah hasil penelitian yang telah dilakukan di lahan rawa gambut dan pasang surut di Sumatera Selatan selama beberapa tahun terakhir.

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 116-118)