• Tidak ada hasil yang ditemukan

Serat Kasar

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 81-85)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI BEBERAPA RUMPUT RAWA 1)

F. Serat Kasar

Hasil pengukuran rata-rata serat kasar rumput rawa berkisar antara 30,61% sampai 43,85%. Serat kasar terendah terdapat pada perlakuan R2N0 (Ischaemum rugosum tanpa diberi pupuk) tertinggi terdapat pada perlakuan R1N1 (Hymenachne amplexicaulis dengan pemberian pupuk urea 0,27 g 10 kg-1 tanah).

Hasil analisis keragaman (Lampiran 21) menunjukkan bahwa baik faktor jenis rumput, jumlah pupuk dan interaksi antara jenis rumput dengan jumlah pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap serat kasar rumput rawa. Jenis rumput R3 (Oryza rufipogon), R2 (Ischaemum rugosum) berbeda nyata dengan R1 (Hymenachne amplexicaulis), sedangkan pada pemberian pupuk N1, N2, dan N3 berbeda nyata dengan N0. Perubahan serat kasar yang signifikan terlihat pada rumput Ischaemum rugosum

(R2) yang diberi pupuk urea sebanyak 0,27 g (N1). Jika dibandingkan dengan Ischaemum rugosum

tanpa pupuk (N0), peningkatan serat kasar setelah diberi pupuk sebanyak 0,27 g (N1) adalah sebesar 10,52%.

Fariani, A., dkk./Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Kandungan Nutrisi Beberapa ...

Pengaruh pemberian pupuk pada rumput rawa Oryza rufipogon terlihat cenderung stabil dari perlakuan N0 hingga N3 seperti terlihat pada Gambar 8. Kandungan serat kasar tertinggi untuk rumput

Oryza rufipogon yaitu sebesar 38,58% (N1), sedangkan yang terendah yaitu sebesar 33,65% (N3). Untuk pengaruh pemberian pupuk pada rumput rawa Ischaemum rugosum, serat kasar tertinggi sebesar 41,13% (N1), sedangkan yang terendah yaitu sebesar 30,61% (N0). Untuk pengaruh pemberian pupuk pada rumput rawa Hymenachne amplexicaulis, serat kasar tertinggi sebesar 43,85% (N1), sedangkan yang terendah yaitu sebesar 36,96% (N0).

Menurut Huitema (1986) di daerah iklim tropis lebih menguntungkan untuk pembentukkan zat-zat sebagai hasil asimilasi CO2 salah satunya yaitu serat kasar. Serat kasar terendah terdapat pada perlakuan R3N3 (Oryza rufipogon dengan pemberian pupuk urea sebanyak 0,81 g). Jika dibandingkan dengan perlakuan R3N0 (Oryza rufipogon tanpa pupuk), perlakuan R3N3 berbeda nyata dengan R3N0. Dari penelitian ini diperoleh hasil yang menyatakan bahwa serat kasar terendah setelah diberi pupuk urea adalah sebesar 33,65% yang terdapat pada perlakuan R3N3 (Oryza rufipogon dengan pemberian pupuk urea sebanyak 0,81 g), pada perlakuan R3N2 juga mengalami penurunan serat kasar. Hal ini berarti pemberian pupuk urea kadar 0,27 sampai 0,81 g 10 kg-1 dapat menurunkan kadar serat kasar rumput Oryza rufipogon sebesar 3,45%, akan tetapi perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang berarti untuk menurunkan serat kasar pada rumput Oryza rufipogon karena kadar serat kasar yang terkandung pada perlakuan masih terlalu tinggi.

G. BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen)

BETN terdiri dari beberapa golongan antara lain adalah pati, macam-macam gula dan juga asam-asam organik. BETN yang diukur dalam penelitian ini adalah BETN yang terdapat pada hijauan rumput rawa. Hasil pengukuran rata-rata BETN rumput rawa berkisar antara 45,69% sampai 62,93%. BETN terendah terdapat pada perlakuan R1N2 (Hymenachne amplexicaulis dengan pemberian pupuk urea 0,54 g 10 kg tanah) dan BETN tertinggi terdapat pada perlakuan R2N0 (Ischaemum rugosum tanpa diberi pupuk).

Hasil analisis keragaman (Lampiran 25) menunjukkan bahwa baik faktor jenis rumput, jumlah pupuk dan interaksi antara jenis rumput dengan jumlah pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap BETN rumput rawa. Pengaruh jenis rumput (R) menunjukkan bahwa R1 (Hymenachne amplexicaulis) berbeda nyata dengan R2 (Ischaemum rugosum) dan R3 (Oryza rufipogon), sedangkan pengaruh pemberian pupuk (N) menunjukkan bahwa N3, N0 berbeda nyata dengan N2 dan N1. Perubahan BETN yang signifikan terlihat pada rumput Ischaemum rugosum (R2) tanpa diberi pupuk (N0). Jika dibandingkan dengan Ischaemum rugosum (R2) diberi pupuk sebanyak 0,27g (N1), terjadi penurunan BETN sebesar 11,9 %. Pengaruh interaksi perlakuan terlihat bahwa BETN tertinggi terdapat pada perlakuan R2N0 (Ischaemum rugosum tanpa diberi pupuk). Jika dibandingkan dengan perlakuan R2N1 (Ischaemum dengan diberi urea0,27 g 10 kg-1 tanah), perlakuan R2N0 berbeda nyata dengan R2N1. Hal ini berarti pemberian pupuk urea dapat menurunkan kadar BETN rumput

Fariani, A., dkk./Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Kandungan Nutrisi Beberapa ...

Gambar 6. Kadar BETN rumput rawa pada berbagai perlakuan dosis pupuk N.

Pengaruh pemberian pupuk pada rumput rawa Oryza rufipogon terlihat cenderung stabil dari N0 hingga N3 seperti terlihat pada Gambar 9. Kandungan BETN tertinggi untuk rumput Hymenachne amplexicaulis yaitu sebesar 53,36 % (N0), sedangkan yang terendah yaitu sebesar 45,69% (N2). Untuk pengaruh pemberian pupuk pada rumput rawa Ischaemum rugosum, BETN tertinggi sebesar 62,93% (N0), sedangkan yang terendah yaitu sebesar 51,03% (N2). Untuk pengaruh pemberian pupuk pada rumput rawa Oryza rufipogon, BETN tertinggi sebesar 57,52% (N3), sedangkan yang terendah yaitu sebesar 53,42% (N1). Dari hasil penelitian Rino (2008) menunjukkan bahwa kadar BETN rumput

Hymenachne amplexicaulis sebesar 46,76%, sedangkan kadar BETN rumput Hymenachne amplexicaulis yang tumbuh di India sebesar 54,0% (Anonimous, 2007). Dari perbandingan kedua literatur diatas kadar BETN pada pemberian pupuk N yaitu N1 dan N2. Ini berarti dengan penambahan pupuk N pada rumput R1 dapat menurunkan kadar BETN.

Kadar BETN tinggi disebabkan karena sebagian fraksi-fraksi lain juga lebih tinggi. Tillman et al

(1998) menyatakan bahwa kadar BETN tanaman sangat ditentukan oleh besarnya kadar fraksi-fraksi lain. Bila komposisi kimia lebih tidak berbeda maka kadar BETN juga tidak beda dan begitu juga sebaliknya.

4 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, jika dilihat dari kandungan protein kasar (6,37%), lemak kasar (3,19%), BETN (45%), dan abu (2,05%) perlakuan yang terbaik adalah rumput Hymenachne amplexicaulis

dengan penambahan pupuk sebanyak 0,54 g urea. DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2003. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Sumatera Selatan. BPS. Palembang.

Ali, AIM. 2005. Potensi dan kendala Pengembangan Hijauan Pakan di Rawa Lebak. Makalah seminar kenaikan jabatan. Universitas Sriwijaya. Indralaya.

Budi, D.S. 1996. Pengaruh Takaran Urea Tablet Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi, Kulivar IR 64 dan Bengawan Solo. Agrijournal 4(1) : 40-45.

Huitema, H. 1986. Peternakan di Daerah Tropis Arti Ekonomi dan Kemampuannya. Penelitian dari Beberapa Daerah di Indonesia. PT. Gramedia. Jakarta.

Loveless, A.R. 1983. Principles of Plant Biology for the Tropics. Longman Group Limited. London and New York.

Fariani, A., dkk./Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen terhadap Kandungan Nutrisi Beberapa ...

Makka, D. 2004. Penyediaan Kredit KKP dalam Mendunkung Pengembangan Sapi Potong dan Unggas di Kawasan Agribisnis Peternakan. Direktorat Bina Produksi. Disampaikan pada Pertemuan Kemitraan Usaha Peternakan Sumatra Selatan.

Nyakpa, M.Y., A.M. Lubis, Mamat. A.P, A. Ghaffar. A, Ali Munawar, Go Ban Hong, Nurhajati. H. 1988. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Parakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Angkasa. Bogor.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Universitas Indonesia. Jakarta.

Rohman, M.Z. 2007. Evaluasi Nilai Nutrisi Rumput Rawa Sebagai Pakan Ternak di Rawa Lebak Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan. Skripsi Program Studi Nutrisi dan Makan Ternak Universitas Sriwijaya. Salisbury, F.B dan C.F. Rosa. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.

Tillman, A.D., H. Hartadi, R. Soedomo, P. Soeharta. dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Widjaja, Adhi. 1987. Pengelolaan Lahan Rawa di Daerah Transmigrasi. Makalah Tidak Dipublikasikan. Bogor.

Williamson, G. dan Payne, W.J.A. 1959. An Introduktion to Animal Husbandry in The Tropics. Diterjamahkan oleh Darmadja, D. SGN. 1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

ARTROPODA SEBAGAI BIOINDIKATOR KESEHATAN LAHAN

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 81-85)