• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBASAN

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 118-122)

A. Tataguna Lahan Rawa Pasang Surut

Alih fungsi lahan dari hutan primer rawa gambut menjadi lahan pertanian dan perkebunan memberikan pengaruh besar terhadap siklus karbon pada lahan. Hutan primer rawa gambut dengan siklus karbon yang relatif baik, yakni proses penambatan karbon pada tanaman dan penambahan cadangan karbon pada tanah akan terus bertambah setiap saat, disisi lain proses kehilangan karbon sebagai emisi karbon adalah jauh relatif sedikit.

Bentang lahan gambut yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian/perkebunan/HTI memperlihatkan bahwa kemampuan penambatan karbon adalah sangat tergantung pada vegetasi utama dan gulma dan umur tanaman. Potensi jumlah cadangan karbon tanah adalah tergantung pada jumlah penambatan karbon, namun disisi lain potensi emisi karbon adalah cukup besar, yakni sebagai akibat dari proses pembakaran lahan dalam membantu pembersihan lahan dalam persiapan lahan.

Lahan pertanian dan perkebunan di pasang surut Telang II dan Air Sugihan Kiri memperlihatkan bahwa tanaman utama yang dilakukan adalah tanaman semusim (padi, jagung, sayuran) dan tanaman tahunan (kelapa).

Bentang lahan Air Sugihan Kiri sejalan dengan kegiatan pengelolaan air di saluran maka terjadi perubahan muka air tanah yakni semakin dalam. Dampak perubahan muka air tanah adalah terjadi perubahan jenis tanaman yang dipilih petani, yakni tanaman perkebunan (kelapa sawit dan karet) lebih banyak diusahakan dari pada tanaman semusim.

B. Cadangan Karbon Tanah di Lahan Pertanian Rawa Pasang Surut

Kondisi lahan pertanian pada daerah Pasang surut Telang II dan Air Sugihan Kiri mempunyai kesamaan ditinjau dari cadangan karbon tanah dan penambatan karbon tanaman bila dibandingkan dengan karbon pada kondisi aslinya (hutan rawa gambut pasang surut).

Pengamatan cadangan karbon pada tanah pada lahan pertanian Telang II dan Air Sugihan Kiri adalah telah hilamngnya lapisan gambut dan tersisa horison Ah tipis (Ah/Bt/Btg) dan bahkan sebagian besar telah muncul horison Bt (Bt/Btg). Kondisi tersebut memperlihatkan pengaruh kegiatan pertanian mmberikan pengaruh yang nyata terhadap hilangnya cadangan karbon (gambut) yang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Kedalaman Gambut pada Lahan Transmigrasi Di Sumatera Selatan

Lokasi Transmigrasi Gambut (cm) Kondisi Lahan/ Horison Tanah Kedalaman Sumber Air Sugihan Kiri P 18-20 Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2013 Delta Telang II Tidak ada Terdegradasi/ AB/Bt/Btg Prayitno, 2013 Air Sugihan Kiri P20-16 Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007 Air Sugihan Kanan 32-29 Ah 30-50 Terdegradasi/ Ah/Bt/Btg Prayitno, 2007 Delta Telang I, Banyuasin Tidak ada Terdegradasi/ B/Btg Prayitno, 2007 Delta Saleh, Banyuasin Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007 Delta Upang, Banyuasin Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007 Pulau Rimau, Banyuasin Tidak ada Terdegradasi/ Bt/Btg Prayitno, 2007

Muh. Bambang P. dan Bakri/ Dinamika dan Konservasi Karbon di Lahan Sub Optimal Sumatera Selatan Kedalaman gambut pada setiap lokasi secara pasti tidak dapat diketahui karena tidak ada data yang tercatat, sehingga kehilangan karbon yang terjadi selama kegiatan pertanian dan perkebunan juga tidak dapat diketahui. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan membanding kedalaman gambut lahan transmgrasi dengan bentang gambut terdekat di wilayah Kabupaten OKI, seperti disajikan pada Tabel 2.

Hasil perhitungan cadangan karbon pada lahan gambut Bentang Lahan Gambut Kayuagung adalah sekitar 1.687,2 ton/ha (Prayitno, 2012). Nilai kandungan karbon tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Page et al, (2002), yakni gambut dengan kedalaman 1 meter mempunyai kandungan karbon sekitar 600 t/ha dan Agus et al., (2009) bahwa gambut mampu menyimpan karbon antara 30 hingga 70 kg C m-3 atau setara dengan 300 hingga 700 ton C ha-1 per satu metar kedalaman.

Tabel 2. Kedalaman Gambut pada Lahan Sekitar Transmigrasi Sumatera Selatan

Bentang Lahan Gambut (m) Kedalaman Bentang lahan Kondisi Sumber HPT Kayuagung, OKI 4-8,5 Terdegradasi Prayitno, 2013 HPT Kayuagung, OKI 4-6,5 Terdegradasi Prayitno, 2005

Riding, OKI 3 Terdegradasi Prayitno, 2011

Penyambungan, OKI 3-5 Terdegradasi Prayitno, 2005 Sungai Bungin, OKI 3-5 Terdegradasi Prayitno, 2011

Pampangan, OKI 3-4 Terdegradasi Prayitno, 2009

Sumber: Data diolah dari Penelitian Prayitno (2005-2013).

Kehilangan gambut pada lahan sub optimal tidal dapat dihitung secara pasti, karena ketebalan gambut awal tidak diketahui. Prakiraan kehilangan gambut lahan sub optimal di Sumatera Selatan pada kedalaman 1 meter adalah mencapai 430.686.482,4 ton C dan 861.372.964,8 ton C02 e (Tabel 3). Jumlah kehilangan baik karbon massa dan CO2e adalah sangat besar dan sangat sulit untuk dikembalikan seperti semula. Disisi lain karbon adalah unsur hara makro yang sangat penting bagi kehidupan termasuk tanaman pertanian.

Kondisi karbon diatas perlu menjadi perhatian bagi peneliti, petani dan pemerintah, yakni kegiatan pertanian dan perkebunan di lahan sub optimal mampu meningkatkan penambatan karbon oleh tanaman dan ketersediaan cadangan karbon di lahan untuk tetap menjaga dan meningkatkan produktivitas lahan.

Tabel 3. Prakiraan Kehilangan Karbon pada Lahan Transmigrasi Di Sumatera Selatan selama 40 tahun

Lokasi Transmigrasi Luasn Lahan (ha)* Kedalaman Gambut (m) Prakiraan Kehilangan C (ton C) Prakiraan kehilangan CO2 (ton CO2 e) Delta Upang 8.423 1 14.211.285,6 28.422.571,2 Cinta Manis 6.084 1 10.264.924,8 20.529.849,6 Delta Telang I 26.680 1 45.014.496,0 90.028.992,0 Delta Telang II 13.800 1 23.283.360,0 46.566.720,0 Delta Saleh 19.090 1 32.208.648,0 64417296,0

Air Sugihan Kiri 50.470 1 85.152.984,0 170.305.968,0

Air Sugihan Kanan 31.140 1 52.539.408,0 105.078.816,0

Pulau Rimau 40.263 1 67.931.733,6 135.863.467,2

Karang Agung Hulu 9.000 1 15.184.800,0 30.369.600,0

Karang Agung Tengah 30.000 1 50.616.000,0 101.232.000,0

Karang Agung Hilir 20.317 1 34.278.842,4 68.557.684,8

Total 255.267 430.686.482,4 861.372.964,8

Sumber : *) PIRA Sumsel, 2004.

Keterangan: Bentang Lahan Gambut Kayuagung: Ketebalan gambut = 1-4 meter, BD gambut = 0,3-0,4 (Prayitno, 2012). C gambut = 0,46 %. Cadangan Karbon = 1.687,2 ton/ha (Prayitno, 2013).

Muh. Bambang P. dan Bakri/ Dinamika dan Konservasi Karbon di Lahan Sub Optimal Sumatera Selatan C. Penambatan Karbon di Lahan Pertanian Rawa Pasang Surut

Lahan sub optimal di Sumatera Selatan adalah salah satu lahan pertanian sebagai penghasilkan utama padi dan palawija. Namun dengan perubahan kondisi lahan, maka sebagian lahan telah ditanam kelapa sawit dan karet sebagai tanaman tahunan, dengan umur tanaman sekitar 5 tahun dan belum menghasilkan.

Kemampuan penambatan karbon oleh tanaman adalah ditentukan oleh jenis tanaman dan umur tanaman. Hasil penelitian penambatan karbon pada padi, jagung dan kelapa sawit disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kemampuan Penambatan Karbon Tanaman di Lahan Transmigrasi Sumatera Selatan

Lokasi Tanaman C mass Tanaman (ton C/ha) Fiksaasi CO2 (ton C/ha)

Telang II Jagung 14,247187 28,494373

Air Sugihan Kiri Padi 5,611746 11,223493

Air Sugihan Kiri Kelapa Sawit

(umur 4-5 tahun) 16,11 59,034

Tabel 4 memperlihatkan bahwa potensi penamabtan karbon pada kegiatan pertanian dan perkebunan adalah tidak sebesar penambatan karbon pada hutan. Page et al, (2002) menyatakan biomassa hutan gambut hanya mengandung sekitar 200 t C/ha.

Hutan tropis di Asia tenggara berperan penting dalam penyimpanan karbon, yakni dengan kandungan karbon lebih dari 500 Mg/ha (Lasco, 2002) dan hutan primer mampu menghasilkan 1.300 Mg CO2 per hektar (Germer dan Sauerborn, 2008).

D. Dinamika dan Konservasi Karbon pada Lahan Sub Optimal Sumatera Selatan Proses pembangunan di sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan sebagai salah satu upaya dalam mensejahterakan petani/masyarakat dengan upaya mengalih fungsikan lahan rawa gambut memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan, termasuk kehilangan karbon.

Kehilangan karbon pada lahan sub optimal adalah terjadi secara perlahan dan terus menerus, sebagai akibat dari segala kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan. Namun disisi lain proses yang terjadi juga sebagai akibat dari kemampuan pengetahuan petani tentang pengelolaan lahan yang baik dan juga kurang perhatiannya pihak terkait dalam membina para petani dalam menjalankan kegiatannya.

Lahan suboptimal adalah lokasi terbaik penyimpan karbon secara alami. Berdasarkan atlas Gambut Indonesia (Wahyunto et al., 2003) memperlihatkan bahwa Papua mempunyai lahan gambut terluas dengan ketebalan gambut lebih tipis, sehingga prakiraan cadangan (stock) karbon sekitar 3,623 Mega ton (Mt) atau 3,6 Giga ton (Gt), Sumatera dengan ketebalan antara 0,5-12 m, dengan cadangan karbon 22,3 Giga ton, dan Kalimantan cadangan karbon 11,3 Giga ton. Prakiraan cadangan karbon gambut di Indonesia mencapai 37 Gt.

Kemampuan kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan dalam menambat dan menyimpan karbon adalah lebih rendah dari hutan primer rawa gambut, sehingga kehilangan karbon yang telah terjadi tidak mungkin akan kembali seperti semula. Disisi lain kegiatan pertanian, perkebunan dan kehutanan juga diperlukan untuk kesejahteraan dan kemamkmuran masyarakat Indonesia, sehingga hal terbaik yang segera dan harus dilakukan adalah memperbaiki dan meningkatkan penambatan dan ketersediaan karbon di lahan sub optimal Sumatera Selatan.

Muh. Bambang P. dan Bakri/ Dinamika dan Konservasi Karbon di Lahan Sub Optimal Sumatera Selatan

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Lahan pertanian Telang II dengan tanaman jagung mampu menghasilkan C massa jagung sekitar 14.247,187 kg C /ha atau 28.494,373 kg CO2 e/ha, sedangkan bila ditanam padi menghasilkan C massa sekitar 5.611,746 kg C /ha atau 11.223,493 kg CO2 e/ha.

2. Kegiatan perkebunan di Air Sugihan Kiri dengan tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan sekitar 16,11 ton C/ha atau setara 59,034 ton CO2 e/ha dengan pada umur tanaman 4 tahun.

3. Dampak nyata alih fungsi lahan adalah hilangnya cadangan karbon di lahan sub optimal. Prakiraan kehilangan karbon dengan kedalaman gambut 1 meter adalah 430.686.482,4 ton C atau setara dengan 861.372.964,8 ton CO2 e.

B. Saran

Penelitian penambatan dan cadangan karbon di lahan suboptimal yang diusahakan untuk pertanian dan perkebunan perlu terus dikembangkan di masa mendatang guna mengetahui kondisi dan potensi karbon, upaya pengelolaan dan konservasi karbon di lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., E. Runtunuwu, T. June, E. Susanti, H. Komara, H. Syahbuddin, I. Las, dan M. Van Noordwijk. 2009. Carbon Dioxide Emmision in Land Use Transitions to Plantation. Jurnal Litbang Pertanian 28(4) : 119-126. Hairiah, K., D. Suprayogo, Widianto, Berlian, E. Suhara, A. Mardiastuning, R. H. Widodo , C. Prayogo, dan S.

Rahayu. 2004. Alih Guna Lahan Hutan menjadi Lahan Agroforestri Berbasis Kopi: Ketebalan Serasah, populasi Cacing Tanah dan Makroporositas Tanah. Agrivita 26:68-80.

Lasco, R. D. 2002. Forest Carbon Budgets in Southeast Asia Following Harvesting and Land Cover Change. Scince in China (Series C). Vol. 45 supp. October 2002.

Page, S.E., F. Siegert, J.O. Rieley, H.V. Boehm, dan A. Jaya, dan S Limin. 2002. The amount of carbon released from peat and forest fires in Indonesia during 1997. Nature; Nature 420, 61-65. 10.1038/nature01131. Proyek Irigasi dan Rawa Andalan (PIRA). 2004. Data Pengembangan Rawa di Sumatera Selatan.

Prayitno, M. B. 2007a. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Pulau Rimau Kabupaten Banyuasin. Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi. Prayitno, M. B. 2007b. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Air Sugihan,

OKI. Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M. B. 2007c. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Pampangan, OKI. Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M. B. 2008. Survai Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu di Delta Saleh, Kecamatan Air Saleh dan Air Kumbang Padang, Kecamatan Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan dilakukan oleh Pusat Penelitian Manajemen Air dan Lahan Universitas Sriwijaya. Tidak Dipublikasi.

Prayitno, M.B. 2012. Dampak Degradasi Lahan Gambut Terhadap Karakteristik Lahan dan Hidrologi Di Hutan HPT Kayuagung, OKI. Laporan Akhir Penelitian Fundamental, DIKTI. Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya. Tidak dipublikasi.

Prayitno, M.B, Sabaruddin, D. Setyawan, dan Yakup. 2013. Dampak Perubahan Tataguna Lahan terhadap Biomassa dan Cadangan Karbon di Lahan Gambut. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lahan Sub Optimal Universitas Sriwijaya. Intensifikasi Pengelolaan Lahan Suboptimal dalam Rangka Mendukung Kemandirian Pangan Nasional. Palembang, 20-21 September 2013.

Wahyunto, S. Ritung dan H. Subagyo. 2003. Sebaran Gambut dan Kandungan karbon Pulau Sumatra dan Kalimantan. Proyek CCFPI (Climate Chnage, Forests and peatlands in Indonesia). Wetlands International – Indonesia Programme (WI–IP) and Wildlife Habitat Canada (WHC), Bogor.

PREDIKSI EROSI DARI LAHAN KEBUN TEH DI GUNUNG

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 118-122)