• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Awal

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 130-135)

Kriteria analisa tanah (Hardjowigeno, 1986) pH 4,54 (masam); C-organik 4,73% (tinggi) ;N-total 0,35% (tinggi) , P-Bray I 40,20 ppm (sedang) ; K-dd 0,58 me/100g (sedang) ;Na 0,65 (sedang) ;Mg 1,17 (sangat rendah); KTK 30,45 (sangat tinggi) ; Al-dd 1,28 (dalam me/100g) (sangat rendah);% fraksi tekstur : pasir 25,93;debu 36,48 ;liat 37,59 (Laboratorium Kimia,Biologi dan Kesuburan Tanah UNSRI,Juli 2012).

Hasil analisa tanah menunjukkan bahwa kandungan unsur hara di dalam tanah cukup tersedia, tetapi dengan pH masam, unsur hara tersebut terhambat ketersediaannya. Tanah masam banyak mengandung ion logam seperti Fe, Al, Mn yang dapat menjerap unsur hara P membentuk ikatan Al-P, Fe-P, Mn-P, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dalam mengatasi rendahnya fosfat tersedia dalam tanah adalah dengan memanfaatkan mikroorganisme pelarut fosfat , yaitu mikroorganisme yang dapat melarutkan fosfat yang tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Mikroorganisme ini diketahui memproduksi asam amino, vitamin, substansi pemacu pertumbuhan (Ponmurugan dan Gopi, 2006).

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung

Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata sampai sangat nyata terhadap berat berangkasan kering, berat tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Perlakuan pupuk hayati dan interaksi berpengaruh tidak nyata terhadap semua peubah yang diamati.

Tabel 1. Pengaruh utama jarak tanam (J) terhadap peubah yang diamati

Perla kuan Tinggi tanaman (9MST) (cm) Luas daun (cm2) Berat

tongkol (g) Berat 100 biji (g)

Berat Berangkasan kering (g) Berat pipilan (Ton/Ha) J1 J2 J3 225,08A 222,91A 219,56A 747,05A 690,82B 611,37C 639,17A 596,67AB 521,67B 33,17A 30,09B 27,83C 237,67AB 251,17A 173,50B 1,87A 2,46AB 2,85B BNJ 0.05 6,68 37,37 76,96 2,16 71,55 0,47

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

Pada tabel 1 pertumbuhan tinggi pada perlakuan jarak tanam yang lebih rapat menunjukkan bahwa populasi jagung yang lebih rapat secara umum menunjukan respon bahwa pada pertumbuhan vegetatif belum menunjukkan kompetisi yang nyata pada tanaman. Sedangkan luas daun pada jarak tanam yang lebih rapat menunjukkan hasil yang berbeda nyata, begitu juga dengan komponen dan hasil jagung diperoleh pada jarak tanam yang kurang rapat. Pada jarak tanam 40 x 30 diperoleh produksi yang tertinggi, jarak antar barisan dan bentuk tajuk akan mempengaruhi sebaran daun (Stewart et al., 2003).

Ada kecendrungan bahwa jarak tanam yang lebih luas akan menaikkan berat berangkasan kering, berat tongkol, berat 100 biji. Hal ini disebabkan dengan semakin luasnya jarak tanam atau semakin rendahnya populasi maka semakin besar pemanfaatan sinar matahari untuk proses fotosintesa dan juga semakin luas kemungkinan untuk pertumbuhan tanaman, sebagaimana yang dikemukakan oleh Koswara (1982) menyatakan bahwa kerapatan tanaman (jarak tanam) mempengaruhi populasi dan koefisien penggunaan cahaya. Tingginya populasi menyebabkan tanaman lebih cepat menutupi tanah dan terjadi saling menaungi (Fadly et al, 2000). Dengan peningkatan jumlah populasi pada jarak

Iin Siti Aminah, dkk./Pemberian Pupuk Hayati dengan Jarak Tanam Berbeda terhadap ... tanam tertinggi (100 x 30 cm) , luas daun pada (Tabel 1) menunjukkan bahwa akan makin besar serapan radiasi oleh daun sehingga meningkat jumlah klorofil tanaman (Gardner et al., 1991).

Tabel 2. Pengaruh pemberian pupuk hayati (H) terhadap peubah yang diamati

Perla kuan Tinggi tanaman (9MST) (cm) Luas daun

(cm2) tongkol (g) Berat Berat 100 biji (g)

Berat Berangkasan kering (g) Berat pipilan (Ton/Ha) H0 H1 H2 H3 223,87A 223,73A 220,0A 223,48A 700,4A 666,41A 669,62A 695,87A 605,56A 590A 581,11A 566,67A 31,2A 30,1A 30,1A 30,0A 248,44A 213,33A 214,89A 206,44A 2,42A 2,47A 2,24A 2,40A BNJ 0.05 10,89 47,78 98,41 2,76 91,47 0,59

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata.

Pemberian pupuk hayati pada Tabel 2 memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pupuk anorganik. Diduga hal ini disebabkan pada perlakuan pupuk hayati terjadi kompetisi antara mikrob yang ditambahkan, sehingga terjadi inefektivitas pada tanaman, namun pemberian pupuk hayati BioP menunjukkan hasil tertinggi dibandingkan dengan pemberian pupuk lainnya.

Husen (2009) menelaah efektifitas pupuk hayati komersil, efektif meningkatkan tinggi jagung tetapi tidak nyata meningkatkan bobot tanaman, secara umum pupuk hayati cukup efektif meningkatkan beberapa aspek pertumbuhan vegetatif, namun merepresentasikan efektivitas pupuk hayati yang sebenarnya karena lambatnya respon tanaman diduga terkait dengan kondisi lahan yang selama ini menggunakan pupuk kimia. Dan efektivitas pupuk hayati dalam menyediakan hara sangat tergantung pada daya hidup dan perkembangannya di lingkungan rizosfer. Kombinasi perlakuan pupuk hayati dengan pengaturan jarak tanam pada penelitian ini tidak terjadi interaksi, namun kombinasi perlakuan jarak tanam 100x30 cm dengan hayati Azospirilium memberikan pertumbuhan dan produksi yang berbeda tidak nyata dengan pupuk anorganik.

Tabel 3. Pengaruh kombinasi antara jarak tanam dengan pupuk hayati pada peubah yang diamati tanaman jagung

Jarak Tanam Pupuk Hayati Hasil (t/Ha) H0 H1 H2 H3 J1 J2 J3 2,12 2,55 2,59 1,89 2,38 3,15 1,79 2,51 2,63 1,68 2,59 3,01 BNJ 0.05 tn

Secara tabulasi (Tabel 3) bahwa hasil tertinggi dicapai pada jarak tanam yang makin rendah (J3 : 40 x 30cm) dengan Hayati (H3: BioP dan Azospirillum). Hasil biji yang rendah dari kebanyakan varietas jagung tropik disebabkan oleh pembagian bahan kering total ke biji yang rendah (Goldsworthy dan Colegrove dalam Fischer dan Palmer, 1995). Aliran relatif dan remobilisasi C dan N ke biji selama pengisian biji tergantung pada nisbah sumber/lubuk tertentu pada tanaman. Nisbah sumber/lubuk tergantung pada genotipe dan kombinasi lingkungan yang dapat diubah oleh faktor manajemen tanaman seperti waktu tanam, kerapatan populasi, unsur hara, air, dan lain-lain.

Persaingan antar tanaman menyebabkan masing-masing tanaman harus tumbuh lebih tinggi agar memperoleh cahaya lebih banyak (Salisbury dan Ross, 1995). Transformasi pupuk kimia dalam tanah tergantung pada mikroba tanah, seperti Nitrifikasi pupuk kimia, produksi enzim fospatase, yang merupakan katalis hidrolis pupuk P dan produksi enzim urease yang mengkatalis hidrolisis urea untuk memproduksi ammonium karbonat (Saraswati, 2007). Namun demikian, pemberian pupuk kimia berlebihan dapat memberikan efek negatif pada lingkungan mikroba, khususnya pada daerah yang dekat dengan partikel pupuk granul, meningkatkan konsentrasi garam dalam larutan tanah sehingga

Iin Siti Aminah, dkk./Pemberian Pupuk Hayati dengan Jarak Tanam Berbeda terhadap ...

Pemberian pupuk hayati memberikan respon yang sama baiknya dan berbeda tidak nyata dengan pemberian pupuk kontrol anorganik, baik pada pertumbuhan vegetatif maupun pada komponen dan hasil tanaman jagung. Pada hasil pipilan jagung menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati BioP menunjukkan produksi tertinggi.

Tabel 4. Pengaruh kombinasi antara jarak tanam (100x30cm) dengan pupuk hayati terhadap kadar dan serapan NPK pada tanaman jagung

Kombinasi Kadar (%) Serapan (g tan-1)

N P K N P K

J1H0 0,702 0,146 0,516 2,171 0,292 1,596 J1H1 0,784 0,150 0,820 1,568 0,300 1,640 J1H2 0,703 0,177 0,686 1,476 0,373 1,445 J1H3 0,761 0,159 1,004 1,755 0,367 2,316

Pada tabel 4, serapan hara N tanaman lebih tinggi pada pemberian pemupukan anorganik, hal ini kemungkinan mikroba yang ditambahkan masih terkendala dengan tanah yang bersifat masam (pH <5), sesuai dengan pendapat Isroi (2002) bahwa produktivitas dan daya dukung tanah mempengaruhi aktivitas mikrob, walaupun demikian pupuk hayati yang ditambahkan terbukti banyak memberikan sumbangan dalam menjaga kesuburan tanah (Musnamar, 2003). Pemanfaatan bahan organik memacu peningkatan serapan hara P dan K pada tanaman jagung (Nursyamsi et al, 2005).

Pertumbuhan tanaman yang cepat pada perlakuan pemberian pupuk hayati menyebabkan kecepatan serapan P tidak seimbang dengan kecepatan pertumbuhan sehingga konsentrasinya menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang pertumbuhannya lambat. Namun demikian, total serapan P lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol an organik sesuai dengan pendapat Subiksa ( 2012).

Karakter fungsional utama mikroba yang banyak dipilih untuk pupuk hayati antara lain kemampuan mikroba menambat N2 dari udara, melarutkan hara P yang terikat di dalam tanah, memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan zat pengatur tumbuh, dan bahkan yang berfungsi sebagai pengendali patogen tular-tanah (Cattelan et al., 1999; Tenuta, 2006). Respon tanaman jagung terhadap pupuk hayati tergolong lambat dan baru terlihat pada fase akhir masa pertumbuhan vegetatif diduga terkait dengan rendahnya kepadatan populasi mikroba, sehingga beberapa karakter fungsional mikroba dalam menambat N2, melarutkan P atau memacu pertumbuhan tanaman belum bekerja secara optimal.

Dalam banyak kasus, satu mikroba memiliki kemampuan lebih dari satu kategori fungsi, sehingga fungsinya dapat sebagai pemacu tumbuh, penyedia hara (fungsi langsung) dan juga sekaligus pengendali patogen (fungsi tidak langsung) yang satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Tanaman yang perakarannya berkembang dan tumbuh dengan baik tidak mudah terserang patogen (penyakit), dan sebaliknya tanaman yang terserang patogen tidak akan tumbuh dengan baik walaupun unsur hara yang tersedia cukup (Husen, 2010).

KESIMPULAN

1. Pengaturan jarak tanam dengan pemberian pupuk hayati, berpengaruh tidak nyata pada pertumbuhan, namun berpengaruh nyata pada komponen hasil jagung

2. Tidak ada interaksi pada kombinasi perlakuan jarak tanam dengan pemberian pupuk hayati wa- laupun hasil ini belum merepresentasikan efektivitas pupuk yang sebenarnya karena tergolong lambatnya respon tanaman terhadap pupuk hayati.

3. Serapan hara pada perlakuan jarak tanam 100x 30 cm menunjukkan serapan N tertinggi pada perlakuan pupuk anorganik, sedangkan untuk serapan P dan K terjadi pada pemberian pupuk hayati.

Iin Siti Aminah, dkk./Pemberian Pupuk Hayati dengan Jarak Tanam Berbeda terhadap ... DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman dan E,E.Ananto. 2000. Konsep Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Lahan Rawa untuk mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa.Bogor,25-27 Juli 2000.23 hlm

Adimihardja, A., L.I. Amien, F. Agusdan Djaenudin (Penyunting). 2000. Sumberdaya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Bogor : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Beauchamp, E.G. dan D.J. Hume. 1997. Agricultural Soil Manipulation: The Use of Bacteris, Manuring and Plowing. p. 643-664. In J.D. Van Elsas, J.T. Trevors, and E.M.H. Wellington (Eds.), Modern Soil Microbiology. Marcel Dekker, New York.

Cattelan, A.J., P.G. Harbel and J.J. Fuhrmann. 1999. Screening for plant growth, promoting rhyzobacteria to promote early soybean growth. Soil Sci. Soil Am. J 63 : 1670 - 1680

Fadly. A.F. Subandi, A Roslina .J. Faliana dan E.O. Mamat. 2000. Pengaruh N dan Kerapatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Risalah Penelitian Jagung dan Pengembangan Tanaman Bogor 4: 35-40.

Fischer, K.S. dan A.F.E. Palmer. 1996. Jagung Tropik. Dalam: Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik Editor: P.R. Goldsworthy dan N.M. Fischer, terjemahan: Tohari. GMU Press. Hal. 281-319.

Gardner FP, RB Pearce, Rogen LM. 1991. Fisologi Tanaman Budidaya, Herawati Susilo, penerjemah. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari : Physiology of Crop Plants

Hatta,M., B.H. Sunarminto, B.D. Kertonegoro dan E. Hanudin. 2009. Upaya Pengelolahan dan perbaikan lahan pada beberapa tipe luapan untuk meningkatkan produktifitas jagung di lahan rawa pasang surut. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 9 No 1 (2009) p: 37-48.

Hindersah. R., T. Simarmoto. 2004. Potensi Rhyzobakteri Azotobacter dalam meningkatkan kesehatan tanah. J. Natur Indonesia 5 (2) : 127 - 133

Husen, E. 2009. Telaah Efektivitas Pupuk Hayati Komersil Dalam Mewujudkan Pertumbuhan Tanaman. balittanah.litbang.deptan.go.id/.../prosiding2009pdf/0...

ISU. 2006. Corn production. Iowa state University Exension. http://www.agronext.iastate.edu/corn /production/management/planting/row.html

Kaiser D.E., Mallarino. A.P., Bermudez M. 2005. Corn grain yield, early growth and early nutrient uptake as effected by broadcast and infuroow starter fertilization. J. Agron 97 : 620 : 626

Koswara, J. 1982. Diktat Kuliah ilmu tanaman setahun Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian. Pertanian Bogor. Bogor. 50 hal.

Larson, E. 2003. How to plant corn for higher yield. http://deltafarmpress.com/corn/how- plant-corn-higher- yields

Maas, A. 2003. Peluang dan konsukuensi pemanfaatan lahan rawa pada masa mendatang. Makalah Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Pertanian UGM, 19 Juli 2003. Yogyakarta

Masganti dan N.Yuliani. 2005. Status hara Tanah di daerah Sentra Produksi Padi Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. J.Tanah dan Air 6(1):18-25

Mayadewi,N,N.Ari.2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. AGRITROP, 26 (4):153-159.

Musnamar EL. 2003. Pupuk Organik : Cair dan Padat, Pembuatan dan Aplikasi, Jakarta: Penebar Swadaya Nursyamsi, D. dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat Kimia dan Mineralogi Tanah serta Kaitannya dengan Kebutuhan

Pupuk untuk padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays) dan kedelai Glycine max). Bul Agron. (33) ( 3) 40 - 47 Ponmurugan, P dan C. Gopi. 2006. In Vitro Production of Growth Regulators and Phosphatase Activity by

Phosphate Solubiliting Bacteria. African Journal of Biotechnology 5 (4) : 48

Prastowo, B., E.E. Ananto, R. Thahir dan Handoko. 1993 Pengembangan alat dan mesin pertanian dalam meningkatkan efektivitas usahatani. hlm 200-211 Dalam M. Syam Hermanto, H. Kasim dan Sumihadi (Ed) Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku I. Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian. Bogor

Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan II. Ed. 4. Terjemahan: D.R. Lukman dan Sumaryono. Penerbit ITB. Bandung. 173 hal

Saraswati, R. 2007. Pengaruh Pupuk Hayati Dalam Meningkatkan Efisiensi Pemupukan Menunjang Keberlanjutan Produkvitas tanah. Jurnal Sumber Daya Lahan Vol No 4 Desember 2007.

Iin Siti Aminah, dkk./Pemberian Pupuk Hayati dengan Jarak Tanam Berbeda terhadap ...

Subiksa I.G.M. 2012. Pengaruh Jarak Tanam dan Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan, Produksi Silase dan Biji Pipilan Jagung Hibrida pada Inceptisols Dramaga. Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanah, Bogor 16114

Suriadikarta D.A. 2005. Pengelolaan Lahan Sulfat Masam untuk Usaha Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian 24(1). 2005

Stewart, D.W., C. Costa, L. M. Dwyer, D. L. Smith, R. I. Hamilton and B. L. Ma. 2003. Canopy Structure, Light Interception, and Photosynthesis in Maize. Agron. J. 95:1465-1474

Tenuta, M. 2006. Plant Growth Promoting Rhizobacteria: Prospect for increasing nutrient acquisition and disease control. Available: http://www.umanitoba.

ca/afs/agronomists_conf/2003/pdf/tenuta_rhizobacteria.pdf . [Accessed 29 Oktober 2013].

Wu S.C., Cao Z.H., Cheng K.C., Wong M.H. 2005. Effect of Biofertulizer Containing N Fixer and K Solibili- zer and A M Fungi on Maize Growth;A Green House trial : 125: 155 - 166

Yodpetch, C dan O.K. Bautista . 1983. Young Cob Corn : Suitable Varietasm Nutritive Value and Optimum Stage of Maturity. Phil.Ags. 66: 232-244.

PROBLEMATIKA KERUSAKAN LAHAN (PENYEBAB, MASALAH,

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 130-135)