• Tidak ada hasil yang ditemukan

(liter/jam

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 93-98)

lubang

per

air

resapan

Laju

(m²)

air

kedap

bidang

luas

x

(mm/jam)

hujan

intensitas

LRB

Jumlah

Dwi Probowati Sulistiyani, dkk./Pengaruh Waktu dan Bahan Pengomposan terhadap LJU ... P = 27 m

L = 10 m

Gambar 1. Denah lokasi penelitian

Ket :

: LRB perlakuan kiambang : LRB perlakuan daun jati : LRB perlakuan rumput : LRB perlakuan kontrol : parit kecil

: parit besar

Luas bidang kedap air = p x l

= 10 * 27 (m) = 270 m2 Perhitungan :

Jumlah LRB = 6.40 mm/jam * 270 m2 1.5 l/jam = 11.52 = 12 lubang

Parameter resapan tanah dan laju infiltrasi

Kemampuan tanah melewatkan air ditentukan oleh dua parameter yaitu a dan b dalam rumus Philips. Kemudian didapatkan nilai infiltrasi komulatif (F) dan laju infiltrasi (f).

Dimana a adalah parameter tingkat penyerapan air dan b adalah hantaran hidrolik. Parameter a dan b merupakan nilai yang dibutuhkan untuk menghitung laju infiltrasi, selain itu nilai a dan b mempengaruhi cepat lambatnya laju infiltrasi. Nilai a, b, F, dan f tersebut dapat dilihat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Nilai a, b, F, dan f

Kompos Variabel N awal Waktu pengamatan (hari) 7 14 21 28

Jati a 3 0.10178 0.12326 0.12928 0.12938 0.16130 b 3 0.01019 0.01007 0.01018 0.01054 0.01039 F 3 41.94 43.66 44.4 45.71 47.06 f 3 39.74 39.96 40.52 41.83 42.22 kiambang a 3 0.07709 0.09034 0.11824 0.19352 0.20877 b 3 0.01037 0.04017 0.01026 0.00965 0.00981 F 3 41.94 43.18 44.03 46.35 47.84 f 3 39.63 40.47 40.49 40.55 41.58 kontrol b a 3 0.07257 0.08200 0.08803 0.07337 0.08160 3 0.01015 0.01037 0.01048 0.01083 0.01114 F 3 40.88 42.25 42.99 43.38 45

Dwi Probowati Sulistiyani, dkk./Pengaruh Waktu dan Bahan Pengomposan terhadap LJU ... f 3 38.70 39.79 40.35 41.18 42.55 rumput a 3 0.09445 0.10830 0.11754 0.13600 0.14664 b 3 0.01037 0.01045 0.01050 0.01060 0.01074 F 3 42.99 44.1 44.85 46.33 47.45 f 3 40.16 40.86 41.32 42.25 43.05

Tabel 3. Nilai a, b, F, dan f 12 lubang

Variabel N awal Waktu Pengamatan ( hari) 7 14 21 28 a 12 0.08647 0.10097 0.11327 0.1331 0.1496 b 12 0.01027 0.01776 0.01035 0.01041 0.01052 F 12 42.152 43.298 44.069 45.44 46.84

f 12 39.558 40.268 40.671 41.453 42.351 Ket:

a : parameter yang menunjukkan tingkat penyerapan air b : parameter yang menunjukkan hantaran hidrolik F : infiltrasi komulatif

f : laju infiltrasi

Berdasarkan hasil pengamatan (Tabel 2) menunjukkan nilai a dan b pada perlakuan kontrol, daun jati, dan rumput bahwa tingkat penyerapan dan hantaran hidrolik sebelum pengomposan (awal) sampai dengan sesudah pengomposan (7 hari – 28 hari) lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kiambang.

Laju Infiltrasi pada Lubang Resapan Biopori (LRB) Sebelum Pengomposan.

Berikut ini merupakan grafik hasil pengukuran infiltrasi pada Lubang Resapan Biopori sebelum adanya proses pengomposan.

Gambar 2. Grafik LRB sebelum pengomposan

Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 2), menunjukkan laju infiltrasi pada LRB yang akan diberikan bahan pengomposan rumput memiliki laju infiltrasi tercepat sebesar 40,2 cm/jam dibandingkan pada LRB yang lain. Hal ini disebabkan oleh Ultisol mempunyai karakteristik laju infiltrasi yang berbeda, yang bervariasi dari yang sangat rendah sampai yang sangat tinggi.

Dwi Probowati Sulistiyani, dkk./Pengaruh Waktu dan Bahan Pengomposan terhadap LJU ...

permukaan tanah mempunyai dua pengaruh, yaitu pertama, berfungsi sebagai penghambat aliran di permukaan tanah sehingga kesempatan untuk berinfiltrasi akan semakin besar (Suyono dan Takeda, 1999). Pada lokasi penelitian rumput yang ada di atas permukaan tanah menjadi penghambat aliran air, sehingga air hujan yang jatuh tidak mengalir ke daerah yang lebih rendah, tetapi meresap ke dalam tanah yang dapat menyimpan air ke dalam tanah.

Sedangkan yang kedua adalah akar yang dapat lebih menggemburkan struktur tanahnya sehingga laju infiltrasi dapat menjadi cepat. Makin banyak penutup tanah yang berupa vegetasi, maka laju infiltrasi cenderung lebih tinggi (Suyono dan Takeda, 1999). Pada lokasi penelitian terdapat pohon jati yang mempunyai akar yang panjang, yang berfungsi sebagai penyerap air dan membuat rongga sebagai jalan masuk air ke dalam tanah. Oleh karena itu, lokasi penelitian mempunyai laju infiltrasi cenderung lebih tinggi.

Laju Infiltrasi pada Lubang Resapan Biopori (LRB) Setelah Pengomposan

Berikut ini merupakan grafik hasil pengukuran infiltrasi pada Lubang Resapan Biopori setelah adanya proses pengomposan.

Gambar 3. Grafik LRB setelah pengomposan.

Hasil pengamatan pada LRB menunjukkan bahwa laju infiltrasi berbeda nyata terhadap perlakuan, laju infiltrasi mengalami peningkatan setelah dilakukan pengomposan di dalam LRB. Hal ini disebabkan karena jumlah air yang meresap tergantung pada proses pembentukan biopori pada tiap bahan pengomposan.

Pada gambar 3 tersaji laju infiltrasi pada LRB dengan perlakuan daun jati meningkat 0,3 cm/jam pada minggu pertama, 0,8 cm/jam pada minggu kedua, 2,1 cm/jam pada minggu ketiga, dan 2,5 cm/jam pada minggu keempat. Hal ini menunjukkan pengomposan daun jati pada LRB memberikan peningkatan laju infiltrasi dari minggu pertama sampai minggu keempat.

Semakin lama proses pengomposan maka semakin cepat laju infiltrasi pada LRB. Karena daun jati ditinjau dari sifat fisiknya yang telah dikomposkan di dalam LRB memiliki sifat macak-macak (remah) dan berwarna coklat. Sifat remah tersebut memberi peluang dapat meneruskan air ke dalam tanah dan kompos ini dikatakan belum cukup matang. Proses pengomposan pada daun jati berjalan lebih lama dibandingkan dengan bahan pengomposan yang lain, karena kandungan lignin pada daun jati sangat tinggi (Putra, 2010).

Laju infiltrasi pada LRB dengan perlakuan kiambang menunjukkan peningkatan dibandingkan sebelum perlakuan dengan peningkatan 0,9 cm/jam pada minggu 1, 2, dan 3. Sedangkan pada minggu keempat meningkat 2,0 cm/jam. Hal ini disebabkan kiambang memerlukan waktu yang lama untuk mengalami proses pelapukan, sehingga pada minggu 1,2, dan 3 laju infiltrasi tidak mengalami peningkatan dan pada minggu keempat baru terjadi peningkatan laju infiltrasi. Hal ini disebabkan oleh pada minggu 1 sampai 3 kiambang belum terdekomposisi dengan baik, sedangkan pada minggu ke 4 kiambang sudah mengalami dekomposisi dan mikroorganisme dalam tanah mulai melakukan aktifitas didalam LRB.

Dwi Probowati Sulistiyani, dkk./Pengaruh Waktu dan Bahan Pengomposan terhadap LJU ... Hasil pengamatan pada LRB dengan perlakuan kontrol menunjukkan peningkatan laju infiltrasi dari minggu 1 sebesar 1,1 cm/jam, minggu 2 sebesar 1,7 cm/jam, minggu 3 sebesar 2,5 cm/jam, dan minggu 4 sebesar 3,9 cm/jam. Hal ini dipengaruhi oleh tidak adanya penghalang pada lubang seperti halnya lubang yang lain, sehingga air dapat meresap secara langsung melalui ruang pori tanah.

Lubang resapan biopori dengan perlakuan rumput menunjukkan peningkatan laju infiltrasi pada minggu 1 sebesar 0,7 cm/jam, minggu 2 sebesar 1,1 cm/jam, minggu 3 sebesar 2,1 cm/jam, dan minggu 4 sebesar 2,9 cm/jam. Peningkatan laju infiltrasi ini disebabkan oleh penggunaan rumput sebagai perlakuan dalam LRB mempunyai sifat fisik yang mudah lapuk sehingga organisme tanah mendapatkan makanan dan dapat membuat liang berupa terowongan kecil atau pori-pori di dalam lubang yang berfungsi sebagai resapan air yang dapat mempercepat proses infiltrasi.

Berdasarkan hasil pengamatan pada LRB dari minggu 1 sampai dengan minggu 4 menunjukkan laju infiltrasi dengan perlakuan rumput memberikan laju infiltrasi tertinggi sebesar 2,9 cm/jam pada minggu 4 dibandingkan dengan perlakuan daun jati sebesar 2,5 cm/jam pada minggu 4, dan pada perlakuan kiambang sebesar 2,0 cm/jam. Sedangkan pada perlakuan kontrol peningkatannya mencapai 3,9 cm/jam disebabkan oleh tidak adanya penghalang bagi air untuk masuk pada LRB, sehingga lebih cepat laju infiltrasinya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian bahan pengomposan (daun jati, rumput, dan kiambang) dapat meningkatkan laju infiltrasi pada lubang biopori.

2. Pemberian bahan pengomposan berupa rumput dapat meningkatkan laju infiltrasi dibandingkan kiambang dan daun jati.Berdasarkan uji beda nilai tengah (Uji Tukey).

3. Semakin lama bahan pengomposan di dalam lubang biopori, maka semakin cepat laju infiltrasinya.

Saran

1. Disarankan lubang biopori digunakan pada areal yang memiliki daerah resapan terbatas.

2. Disarankan bahan pengomposan yang digunakan sebaiknya dicacah dan dikering anginkan terlebih dahulu, agar proses pelapukan lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. (2005). Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005 – 2025. Diperoleh dari www.bappenas.go.id.

Brata, K.R. dan A. Nelistya. 2008. Lubang Resapan Biopori.Bogor.

Handojo, R. (2008). Konsep dan Pengembangan Eco Efficient dalam Pembangunan Infrastruktur. Catatan perkuliahan. Fakultas Teknis Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Putra, R.S. 2010. Pengaruh Lubang Resapan Biopori Terhadap Kandungan Nitrat Air Sumur. Skripsi. Bogor. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Faperta IPB, Bogor.

Sastrodarsono Suyono dan Kensaku Takeda, (1999), Hidrologi untuk Pengairan. Pradnya Paramitha. Bandung Suryati, T. 2009. Membuat Kompos dari Sampah Rumah Tangga. Agromedia Pustaka, Jakarta.

PEMANFAATAN BIOMASSA AKASIA (Acacia mangium) SEBAGAI

Dalam dokumen PROSIDING MKTI 2013 lengkap final (Halaman 93-98)