BAB IV PEMBAHASAN
4.2. Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas
4.2.5. Disposisi Implementor
Menurut Van Meter dan Van Horn (Mulyadi, 2016:72) menyatakan bahwa disposisi implementor mencakup tiga hal penting yaitu respon
81
implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, pemahamannya terhadap kebijakan, dan kecenderungan nilai yang dimiliki oleh implementor. Sikap dari agen pelaksana merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, dimana sikap maupun pemahaman yang dimiliki implementor mempengaruhi tercapainya tujuan dari suatu kebijakan.
Tujuan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini adalah untuk mengoptimalkan efisiensi dan efektifitas penggunaan ruang lalu lintas dan mengendalikan pergerakan lalu lintas dan angkutan jalan. Agar tujuan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini terlaksana, maka implementor harus memiliki kemampuan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat saat ini. Dalam hal ini minat dan ketertarikan terhadap tugas, tingkat kemauan memahami uraian tugas, pekerjaan yang diberikan harus sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Setiap pelaksana juga harus memiliki pemahaman tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini.
Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan suatu pedoman, bagaimana pegawai dapat menjalankan pekerjaannya (Nur’Aini, 2016:17).
SOP dari kebijakan ini adalah setiap pelaksana kebijakan ini melakukan pengawasan di tiap – tiap ruas jalan kawasan tertib lalu lintas, dan jika terdapat masyarakat yang melakukan pelanggaran akan ditindak dan diberi sanksi berupa tilang dan denda yang maksimal dendanya telah ditentukan.
Hal ini dinyatakan oleh Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan sebagai berikut:
“Mekanisme prosedurnya tentu kita melakukan pengawasan di setiap jalan – jalan kawasan tertib lalu lintas ini, dan jika ada masyarakat yang melanggar akan kita tindak dengan memberi sanksi berupa tilang dan denda dengan maksimal denda yang telah ditentukan.”
(Wawancara pada 22 Desember 2020)
Mengenai pemahaman akan SOP dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan menyatakan sebagai berikut:
“Sudah paham. Karena setiap instansi yang terkait dengan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini sudah dijelaskan terlebih dahulu tentang kebijakan tersebut dan tentang SOP yang telah ditetapkan.”
(Wawancara pada 22 Desember 2020)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan, sebagai berikut:
“Saya rasa semua pelaksananya harus paham, yang disini lebih berperan sebenarnya Satlantas sama Dinas Perhubungan, Satlantas bagian penindakan, Dinas Perhubungan bagian untuk pengadaan perlengkapan jalannya.” (Wawancara pada 29 Desember 2020) Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polrestabes Kota Medan, sebagai berikut:
“Setiap personel yang di lapangan harus dibekali dulu dengan SOP.
Kita tidak berani di lapangan kalau tidak ada SOP-nya. (Wawancara pada 14 Januari 2021)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satpol PP Kota Medan, sebagai berikut:
“Sudah paham. Jadi sebelum kita turun ke lapangan sudah kita apel dulu. Yang memberikan aba –aba tetap pimpinan, kalau Pak Kepala Satuan ikut, yang memberikan aba – aba ya Pak Kepala Satuan.
Kalau Pak Sekretaris yang ikut, Bapak tersebut yang memberikan aba – aba. Kalau saya yang bawa, saya arahkan dulu, jadi perintah di lapangan perintah saya. Kalau kita bilang angkat, ya diangkat. Jadi tetap SOP tersebut kita laksanakan.” (Wawancara pada 12 Januari 2021)
83
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di atas, dapat dilihat bahwa setiap implementor dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini sudah paham dengan SOP yang telah ditetapkan dan tetap melaksanakan SOP kebijakan tersebut. Setiap pelaksana kebijakan ini juga menunggu arahan dari pimpinan mereka untuk melakukan tindakan ataupun pengawasan yang dilakukan di lapangan. Sehingga SOP yang telah ditetapkan tetap dilaksanakan oleh setiap instansi tersebut.
Dalam pelaksanaan kebijakan ini setiap pelaksana kebijakan juga melakukan tindakan dalam melaksanakan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Penindakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan ini seperti penilangan, denda ataupun barang – barang pada pedagang diangkat oleh para petugas penertiban.
Mengenai penindakan tersebut, Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan menyatakan sebagai berikut :
“Tindakan yang dilakukan adalah melakukan pengawasan untuk lalu lintas dan menindak para pelanggar lalu lintas di kawasan tertib lalu lintas ini. Tindakan yang dilakukan Dinas Perhubungan seperti misalnya ada parkir liar akan kita angkut pakai mobil derek atau ban mobilnya akan kita kempeskan.” (Wawancara pada 22 Desember 2020)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan sebagai berikut:
“Tindakan yang dilakukan itu, kalau untuk parkir on street, kalau ada yang parkir akan dilakukan bentuk penindakan penilangan. Baru kalau untuk roda tiga/becak bermotor pun kalau ada pasti ditindak.”
(Wawancara pada 29 Desember 2020)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polrestabes Kota Medan, sebagai berikut:
“Kita lakukan tindakan penilangan. Tetapi kita lihat bagaimana bentuk pelanggarannya, kalau dia tidak bawa penumpang darurat pasti kita tindak, kita tilang. Kadang – kadang juga pedagang kaki lima yang di jalan itu maka kita usir.” (Wawancara pada 14 Januari 2021)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satpol PP Kota Medan, sebagai berikut:
“Tindakan yang kita lakukan awalnya kita ingatkan kalau disitu tidak boleh berjualan, dan kalau tidak diindahkan, dua hari lagi kita putar disitu, kalau tetap tidak diindahkan baru kita angkat dan kita sita gerobaknya.” (Wawancara pada 12 Januari 2021)
Hasil wawancara dengan informan di atas, menyatakan bahwa seluruh instansi pelaksana kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini sudah melakukan penindakan kepada masyarakat yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Tindakan yang dilakukan oleh setiap pelaksana juga sesuai dengan peraturan yang berlaku di Kota Medan ini.
Penegakan hukum yang dilakukan dalam kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini adalah dilakukannya razia dan penertiban untuk para pedagang kaki lima dan becak bermotor yang melintasi kawasan tertib lalu lintas ini. Dan sanksi yang diberikan kepada masyarakat berupa penilangan dan denda dengan maksimal denda yang sudah ditentukan, serta untuk pedagang kaki lima diberikan sanksi berupa pengangkatan dan penyitaan gerobak para pedagang kaki lima
Namun berdasarkan hasil observasi Penulis, penegakan hukum yang dilakukan oleh implementor kebijakan ini tidak pernah dilakukan beberapa waktu ini. Penegakan hukum yang berupa razia, ataupun penilangan. Hal ini menyebabkan banyaknya becak bermotor dan pedagang kaki lima yang berada di ruas jalan pada kawasan tertib lalu lintas di Kota Medan.
85
Gambar 4.10 Becak bermotor dan Pedagang Kaki Lima yang Masih Ada di Kawasan Tertib Lalu Lintas
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2021
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa masih ada pedagang kaki lima dan becak bermotor pada kawasan tertib lalu lintas ini. Penindakan seperti razia sudah pernah dilakukan kepada pedagang kaki lima dan becak bermotor pada kawasan tertib lalu lintas ini. Namun pedagang kaki lima dan pengemudi becak bermotor akan kembali lagi ke tempat yang dilarang, dan sering kucing – kucingan dengan petugas yang ada di lapangan. Hal ini diperkuat dengan wawancara Penulis dengan pengemudi becak bermotor di Jalan Suprapto Kota Medan, sebagai berikut:
“Pernah dilakukan penindakan, tapi ya sekarang mereka sudah maklum lah karena rumah kita disini, kalau ada orang lain yang tidak dikenal ditangkap juga.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh pengemudi becak bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Tindakan sudah pernah dilakukan, pengusiran. Kalau sedang mangkal kan diusir. Tapi kita sering “kucing – kucingan” juga. Sudah diusir, setelah tidak ada di tempat, kita kembali.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Sudah sering dilakukan tindakan. Bentuk tindakannya itu misalnya ada pejabat dari Jakarta datang, kita tidak perbolehkan jualan disini, kita ditertibkan sama Satpol PP. Penertibannya juga udah sering dilakukan tapi ya kitanya balik lagi” (Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan:
“Ada dilakukan penindakan dek, kita diusir dan gerobak – gerobak kita diangkat sama Satpol PP.” (Wawancara pada 16 Agustus 2021) Hal yang senada juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Ada dilakukan tindakan, terkadang kita diusir dari sini tidak boleh mangkal disini, tapi kitanya balik lagi.” (Wawancara pada 16 Agustus 2021)
Namun hal yang berbeda dikatakan oleh seorang Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Belum pernah dilakukan penindakan.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Belum ada, paling hanya PPKM ini, kita tidak diperbolehkan lewat, tapi itupun untuk umum bukan hanya becak bermotor saja.”
(Wawancara pada 16 Agustus 2021).
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Suprapto Kota Medan, sebagai berikut:
“Belum ada, selama saya disini tidak pernah ada pengawasan dan penindakan. Ya mereka juga sudah maklumlah karena kita orang sini juga, kita juga kalau pulang harus lewat dari jalan itu juga.”
(Wawancara pada 20 Agustus 2021)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Putri Hijau Kota Medan, sebagai berikut:
87
“Belum ada dek, kita selama disini aman – aman saja kalau jualan disini.” (Wawancara pada 19 Agustus 2021).
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Belum ada tindakan atau pengawasan yang dilakukan.”
(Wawancara denpada 19 Agustus 2021).
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis dengan informan, maka dapat dilihat bahwa tindakan atau penindakan yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan masih belum terlaksana dengan optimal hal ini dikarenakan banyak personel yang tidak melakukan penindakan di lapangan, selain itu banyak yang sudah maklum bahkan kasian, karena berdagang dan membawa becak bermotor merupakan mata pencaharian utama mereka.
Sementara itu, mengenai respon pelaksana, peneliti dapat menganalisis bahwa semua agen pelaksana kebijakan ini mendukung kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Namun belakangan ini petugas yang di lapangan tidak melaksanakan pengawasan dan penindakan dengan optimal. Dimana petugas yang di lapangan lebih membiarkan masyarakat yang berjualan atau pengemudi becak bermotor pada kawasan tertib lalu lintas tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi Penulis, dapat disimpulkan bahwa setiap pelaksana kebijakan ini sudah memahami SOP yang telah ditetapkan dan turun ke lapangan untuk melakukan pengawasan dan penertiban serta sudah dibekali oleh SOP. Namun, pengawasan dan penindakan yang dilakukan belakangan ini tidak tegas, dikarenakan
personel yang di lapangan sering membiarkan masyarakat yang berjualan dan pengemudi becak bermotor berada di kawasan tertib lalu lintas ini.
Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Van Meter dan Van Horn dalam Mulyadi (2016:72) menyatakan bahwa respon implementor terhadap kebijakan yang akan mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakannya, pemahamannya terhadap kebijakan, dan kecenderungan nilai yang dimiliki oleh implementornya. Dalam pelaksanaan kebijakan ini, seluruh pelaksana sudah memahami dan dibekali dengan SOP dari kebijakan tersebut. Namun, untuk pengawasan dan penindakan yang diberikan oleh pelaksana kebijakan ini belum optimal, beberapa personil tidak melakukan pengawasan dan penindakan, serta lemahnya sanksi yang diberikan sehingga tidak menimbulkan efek jera kepada masyarakat.