• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.6. Hipotesis Kerja

Dalam penelitian kualitatif, hipotesis yang digunakan itu tidak diuji, namun dijadikan sebagai landasan atau panduan dalam menganalisis data.

Hipotesis Kerja menurut Umar (2010:38) adalah hipotesis yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai pedoman untuk melakukan penelitian.

Berdasarkan pemaparan dari teori di atas, maka penulis merumuskan hipotesis kerja Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kota Medan, yaitu: model implementasi yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn sebagai berikut; standar dan sasaran kebijakan, sumber daya, komunikasi antar pelaksana, karakteristik agen pelaksana, disposisi implementor, serta kondisi sosial, politik, dan ekonomi.

Dari hipotesis kerja di atas, hal yang ingin diteliti dari setiap indikator tersebut adalah:

29

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Hal yang ingin diteliti adalah tujuan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, apa yang menjadi tujuan dibentuknya kebijakan ini.

Selanjutnya, tindakan apa yang telah dilakukan oleh implementor agar tercapainya tujuan atau sasaran dari kebijakan ini. Selain itu, hal yang ingin diteliti adalah tentang hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan ini.

2. Sumber Daya

Hal yang ingin diteliti adalah peran dari implementor yang menjadi sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Selanjutnya, hal yang ingin diteliti yaitu sumber daya yang berupa fasilitas yang disediakan pada ruas jalan kawasan tertib lalu lintas. Apakah fasilitas tersebut masih layak pakai dan apakah fasilitas tersebut selalu mendapat perbaikan atau perawatan rutin dari dinas yang terkait.

3. Komunikasi Antar Pelaksana

Hal yang ingin diteliti adalah komunikasi antar para pelaksana kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Apakah para pelaksana kebijakan ini sudah melaksanakan rapat koordinasi dan apakah rapat koordinasi tersebut rutin dilakukan oleh para pelaksana. Selanjutnya hal yang ingin diteliti yaitu sosialisasi yang dilakukan pelaksana kebijakan ini, apakah pelaksana sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebijakan ini.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Hal yang ingin diteliti adalah pelaksana kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Siapa saja badan pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan ini, dan apakah peran dan tugas dari setiap badan pelaksana dalam menjalankan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini.

5. Disposisi Implementor

Hal yang ingin diteliti adalah pemahaman para badan pelaksana tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) dari kawasan tertib lalu lintas ini. Selain itu, hal lain yang ingin diteliti adalah tindakan seperti apa yang dilakukan oleh setiap badan pelaksana jika ada masyarakat yang melakukan pelanggaran lalu lintas.

6. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Hal yang ingin diteliti adalah bagaimana pengaruh dari lingkungan sosial, politik dan ekonomi pada pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas. Seperti apa lingkungan sosial, politik dan ekonomi tersebut memberikan pengaruh pada pelaksanaan kebijakan tersebut.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Ragin & White dalam (Morissan, 2019:15), penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang mendalam (in - depth), berorientasi pada kasus dari sejumlah kecil kasus, termasuk satu studi kasus. Penelitian kualitatif berupaya menemukan data secara terperinci dari kasus tertentu, sering kali dengan tujuan menemukan bagaimana sesuatu terjadi.

Metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan dan menganalisis data sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas tentang masalah yang dihadapi mengenai Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kota Medan. Oleh karena itu, peneliti akan mengumpulkan informasi yang terkait kepentingan implementasi dan bagaimana pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Satlantas dan Satpol PP Kota Medan. Data – data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk deskripsi kata – kata agar lebih mudah dipahami sesuai dengan yang didapatkan di lapangan.

3.2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Medan yang beralamat di Jl. Pinang Baris, Lalang, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara. Satlantas Polrestabes Kota Medan yang beralamat di Jl. Adinegoro, Gaharu,

Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara. Kantor Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja) Kota Medan yang beralamat di Jl. Arif Lubis No.2 Gaharu, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.

Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini adalah karena Dinas Perhubungan, Satlantas Polrestabes, dan Satpol PP Kota Medan merupakan implementor dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas Kota Medan dan merupakan instansi yang berwenang dalam pengawasan dan penertiban kawasan tertib lalu lintas di Kota Medan.

3.3. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang diperkirakan menuasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Andi, 2010:147). Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Maka untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai masalah yang sedang dibahas, maka dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam menentukan informan penelitiannya sehingga kemudian diperoleh informasi yang jelas dan dapat dipercaya yang berupa pernyataan, keterangan, atau data – data yang dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut.

Menurut Suyanto dan Sutinah (2011:43) informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1 Informan Kunci (Key Informan) merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci adalah Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan dan Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan

2 Informan Utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi

33

informan utama adalah Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polrestabes Medan dan Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satuan Polisi Pamoong Praja Kota Medan

3 Informan Tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi informan tambahan adalah masyarakat yaitu Pedagang Kaki Lima dan Pengemudi Becak Bermotor yang ada di Kawasan Tertib Lalu Lintas Kota Medan.

Informan penelitian diperoleh secara langsung dan berhubungan dengan objek yang akan diteliti dan dapat memberikan informasi terkait Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kota Medan. Adapun informan dalam penelitian ini dapat dilihat dari matriks di bawah ini.

Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian

No Informan Penelitian Informasi Dibutuhkan Jumlah 1 Kepala Bidang Lalu

Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan

1. Standar dan sasaran kebijakan 2. Sumber daya

3. Komunikasi antar pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana 5. Disposisi implementor

6. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

1

2 Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan

1. Standar dan sasaran kebijakan 2. Sumber daya

3. Komunikasi antar pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana 5. Disposisi implementor

6. Kondisi sosial, politik dan ekonomi

1

3 Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polrestabes Kota Medan

1. Standar dan sasaran kebijakan 2. Sumber daya

3. Komunikasi antar pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana 5. Disposisi implementor

6. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

1

4 Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan

1. Standar dan sasaran kebijakan 2. Sumber daya

3. Komunikasi antar pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana 5. Disposisi implementor

6. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi

1

Lanjutan Tabel 3.1 Matriks Infoman Penelitian 5 Pengendara Becak

Bermotor di Kawasan Tertib Lalu Lintas Kota Medan

1. Sosialisasi Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas

2. Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kawasan

1. Sosialisasi Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas

2. Pelaksanaan Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas

5

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menurut Noor (2011:138) merupakan cara pengumpulan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan hal yang paling penting untuk dilakukan dalam penelitian, karena hal ini bertujuan untuk mendapatkan data – data penelitian. Pada teknik pengumpulan data, keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan oleh kemampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus penelitian. Peneliti dapat melakukan wawancara dengan subjek yang diteliti, harus mampu mengamati situasi sosial yang terjadi dalam konteks yang sesungguhnya, peneliti dapat juga memfoto fenomena, simbol, dan tanda yang terjadi.

(Yusuf, 2014:372). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan melakukan beberapa cara diantaranya:

1. Observasi

35

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Observasi merupakan proses pengamatan suatu objek penelitian dan kemudian peneliti akan menyimpulkan dari apa yang diamati itu.

(Yusuf, 2014:384)

Adapun aspek yang diamati oleh peneliti meliputi, gambaran lokasi penelitian, sarana dan prasarana yang ada di ruas jalan pada kawasan tertib lalu lintas, becak bermotor yang melintas di kawasan tertib lalu lintas, pedagang kaki lima yang berjualan di badan jalan pada kawasan tertib lalu lintas, dan pengawasan yang dilakukan oleh implementor kebijakan tersebut. Observasi juga mengacu pada pedoman observasi yang telah disusun oleh peneliti.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dengan narasumber atau orang yang ingin diwawancarai melalui komunikasi langsung (Yusuf, 2014:372). Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data melalui sesi pertanyaan yang diajukan kepada narasumber baik secara formal maupun informal sesuai kebutuhan yang diperlukan di lokasi penelitian. Wawancara bertujuan mengumpulkan data yang

tidak didapatkan dengan melakukan observasi. Wawancara dilakukan dengan bertatap muka langsung antara informan dengan pewawancara yang dilakukan dengan atau tanpa pedoman wawancara.

Wawancara dilakukan dengan implementor kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, yaitu Dinas Perhubungan Kota Medan, Satlantas Polrestabes Medan, dan Satpol PP Kota Medan. Selain dari ketiga implementor tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan pedagang kaki lima dan becak bermotor yang berada di kawasan tertib lalu lintas tersebut. Hal yang menjadi pedoman wawancara dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas di Kota Medan.

3.4.2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis, gambar maupun foto. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, dan karya tulis. Dokumen yang berbentuk gambar

misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain (Yusuf, 2014:391). Studi dokumentasi yaitu teknik

37

pengumpulan data dengan menggunakan dokumen, catatan catatan, surat – surat, laporan, serta sumber – sumber yang ada di lokasi tempat penelitian yang relevan dengan objek penelitian.

Adapun aspek yang menjadi dokumentasi penulis dalam penelitian ini adalah lokasi penelitian, struktur organisasi, sarana dan prasarana yang terdapat di kawasan tertib lalu lintas Kota Medan, becak bermotor yang melintas di kawasan tertib lalu lintas Kota Medan, pedagang kaki lima yang berjualan di badan jalan pada kawasan tertib lalu lintas Kota Medan, dan Rapat Koordinasi Forum Lalu Lintas Kota Medan.

Dokumentasi ini mengacu pada pedoman dokumentasi yang telah disusun oleh peneliti.

3.5. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2017:133), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Langkah – langkah analisis data setelah dilakukannya pengumpulan yaitu;

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil.

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan. Kesimpulan muncul dari data yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya yaitu validitasnya.

3.6. Validitas Data

Untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna perlu dilakukan validitas data. Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam suatu penelitian untuk menjaring data/ informasi.

Teknik triangulasi menurut Sugiyono (2012:327) menyatakan bahwa teknik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data - data dan sumber yang telah ada. Bila penelitian melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

Triangulasi merupakan sintesis dan integrasi data dari berbagai sumber – sumber melalui pengumpulan, eksaminasi, perbandingan dan interpretasi dengan mengumpulkan dan membandingkan multiple dataset satu

39

sama lain, triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan realibilitas data. Triangulasi tidak hanya membandingkan data dari berbagai sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang sama.

Untuk menguji keabsahan hasil penelitian, Penulis menggunakan teknik triangulasi yaitu dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Teknik triangulasi yang digunakan oleh Penulis yakni sebagai berikut:

1. Triangulasi dengan Sumber

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dengan cara:

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara;

2. Membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi;

3. Membandingkan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu;

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain;

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi dengan Metode

Pada triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu mengecek derajat kepercayaan hasil penelitian dan mengecek derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsi lokasi penelitian ini akan menjelaskan tentang objek penelitian yang diteliti dan memberikan gambaran umum Dinas Perhubungan Kota Medan, Satuan Lalu Lintas Kota Medan, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan. Deskripsi lokasi penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1. Profil Dinas Perhubungan Kota Medan

Dinas Perhubungan Kota Medan terletak di Jl. Pinang Baris, Lalang, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara. Visi dari Dinas Perhubungan Kota Medan adalah “Terciptanya transportasi Kota Medan yang handal, nyaman, dan manusiawi.” Adapun misinya adalah:

1. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, baik aparatur maupun masyarakat.

2. Mewujudkan sistem angkutan massal terpadu.

3. Menyediakan aksesibilitas transportasi bagi semua golongan.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja pelayanan transportasi.

5. Mempromosikan transportasi yang tertib, selamat, dan ramah.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 63 Tahun 2017 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan Kota Medan, Dinas Perhubungan Kota Medan mempunyai tugas membantu Walikota

41

melaksanakan urusan pemerintahan bidang perhubungan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada daerah kota. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintah daerag dibidang perhubungan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dalam pelaksanaan tugas pokok tersebut, Dinas Perhubungan Kota Medan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan urusan pemerintahan bidang perhubungan.

2. Pelaksanaan kebijakan urusan pemerintahan bidang perhubungan.

3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan bidang perhubungan.

4. Pelaksanaan administratif Dinas Perhubungan sesuai dengan lingkup tugasnya.

5. Pelaksanaan tugas pembantuan berdasarkan atas peraturan perundang – undangan; dan

6. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota terkait dengan tugas dan fungsinya.

Kawasan Tertib Lalu Lintas di Dinas Perhubungan merupakan bagian yang dikelola oleh Bidang Lalu Lintas dan Angkutan. Adapun tugas pokok Bidang Lalu Lintas dan Angkutan adalah melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas lingkup lalu lintas dan angkutan. Dalam melaksanakan tugasnya, Bidang Lalu Lintas dan Angkutan menyelenggarakan fungsi, sebagai berikut:

a. Perencanaan program dan kegiatan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan dengan mempedomani rencana umum kota, rencana

strategis, dan rencana kerja Dinas untuk terlaksananya sinergitas perencanaan;

b. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan, standar operasional prosedur, dan standar lainnya lingkup Bidang Lalu Lintas dan Angkutan untuk terselenggaranya aktivitas dan tugas secara optimal;

c. Pendistribusian tugas, pembimbingan, penilaian, penghargaan, dan penegakan/pemrosesan kedisiplinan pegawai ASN (reward and punishment) dalam rangka untuk kelancaran tugas lingkup Bidang Lalu Lintas dan Angkutan berdasarkan atas peraturan perundang – undangan;

d. Pelaksanaan perumusan kebijakan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas, angkutan jalan, angkutan laut, dan rel;

e. Pelaksanaan kebijakan di bidang manajemen dan rekayasa lalu lintas, angkutan jalan, angkutan laut, dan rel;

f. Penyusunan bahan pengendalian, evaluasi, dan penilaian lingkup Bidang Lalu Lintas dan Angkutan meliputi unsur pelaksanaan perencanaan, unsur pelaksanaan perumusan kebijakan, unsur pelaksanaan tugas dan unsur – unsur lainnya yang dikoordinasikan oleh Sekretaris berdasarkan atas peraturan perundang – undangan;

g. Penyusunan bahan pelaksanaan perumusan kebijakan dan penyelenggaraan kebijakan lainnya berdasarkan atas peraturan perundang – undangan;

43

h. Penyampaian laporan hasil pelaksanaan tugas sebagai pertanggungjawaban kepada Kepala Dinas; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas terkait dengan tugas dan fungsinya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Bidang Lalu Lintas dan Angkutan dibantu oleh :

1. Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas 2. Seksi Angkutan Jalan

3. Seksi Angkutan Laut dan Rel

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Perhubungan Kota Medan

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Medan, 2020

4.1.2. Profil Satlantas Polrestabes Kota Medan

Satlantas Polrestabes Kota Medan terletak di Jl. Adinegoro, Gaharu, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara. Visi dari Satlantas Polrestabes Kota Medan adalah “Terwujudnya postur Polisi Lalu Lintas yang professional, bermoral, dan modern sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang terpercaya dalam memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.” Adapun misinya adalah:

1. Memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas di jalan dengan mengintensifkan tugas, pengaturan, penjagaan, pengawalan dan Patroli Lalu Lintas.

2. Menegakkan hukum khususnya yang berkaitan dengan Keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas) untuk menurunkan angka korban meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas.

3. Memberikan pelayanan prima terhadap setiap pengurusan administrasi SIM, BPKB, STNK, dan TNKB (SBST)

4. Mengelola sumber daya Satlantas untuk mewujudkan dan memelihara kamseltibcarlantas.

5. Mengembangkan perpolisian masyarakat yang berbasis masyarakat patuh hukum.

6. Meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait atau lembaga dan potensi

45

7. Meningkatkan kegiatan Dikmas Lantas dalam rangka memberikan pengetahuan dan etika berlalu lintas kepada seluruh lapisan masyarakat khususnya para siswa/i baik di tingkat dasar maupun lanjutan.

Satlantas Polrestabes Kota Medan memiliki tugas pokok melaksanakan Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas), pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas.

Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Satlantas Polrestabes Kota Medan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Pembinaan lalu lintas kepolisian;

2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, Dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas;

3. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas);

4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi;

5. Pelaksanaan patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum, serta menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya;

6. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan; dan

7. Perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Satlantas Polrestabes Kota Medan

Sumber : Satlantas Polrestabes Kota Medan, 2021

4.1.3. Profil Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan

Satuan Polisi Pamong Praja (Selanjutnya disebut Satpol PP) Kota Medan terletak di Jl. Arif Lubis No. 2, Gaharu, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara. Visi dari Satpol PP Kota Medan adalah “Medan Kota Masa Depan yang Tentram, Tertib, dan Taat Aturan.” Adapun misinya adalah:

1. Meningkatkan usaha penegakan Perundang – undangan Daerah 2. Meningkatkan upaya penyelenggaraan ketentraman umum dan

ketertiban masyarakat

3. Memperkuat peran serta masyarakat dalam perlindungan masyarakat.

4. Meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Medan.

47

Sesuai dengan Peraturan Walikota Medan Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan, Satpol PP Kota Medan mempunyai tugas pokok memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Satpol PP Kota Medan memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan peraturan daerah dan keputusan kepala daerah 2. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan menyelenggarakan

ketentraman dan ketertiban umum di daerah

3. Melaksanakan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, keputusan kepala daerah dengan aparat kepolisian negara,

4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, keputusan kepala daerah dengan aparat kepolisian negara,