• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2. Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas

4.2.6. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Hal terakhir yang perlu diperhatikan dalam menentukan keberhasilan suatu kebijakan adalah kondisi sosial, politik dan ekonomi. Menurut Van Meter dan Van Horn (Subarsono,2005:99) menyatakan bahwa kondisi sosial, politik, dan ekonomi merupakan pengaruh indikator lingkungan terhadap implementasi program/kebijakan, diantaranya sumber daya ekonomi yang dimiliki organisasi pelaksana, bagaimana sifat opini publik, dukungan elit, peran, dan kelompok – kelompok kepentingan dan swasta dalam menunjang keberhasilan program. Keberhasilan suatu kebijakan didukung dengan kesadaran masyarakat dalam mendukung dan berperan aktif dengan adanya kebijakan tersebut.

89

Berkaitan dengan lingkungan sosial dalam Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas ini, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan sebagai berikut:

“Dampak lingkungan itu ada, seperti masyarakat yang sering melanggar peraturan lalu lintas yang sudah ditetapkan. Masih banyak masyarakat yang menggunakan badan jalan untuk berjualan atau untuk parkir liar sehingga merusak fasilitas yang sudah kita sediakan.” (Wawancara pada 22 Desember 2020)

Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan, sebagai berikut:

“Lingkungan sosialnya, masyarakat terkadang tidak patuh dengan peraturan lalu lintas yang sudah dibuat. Seperti masih sering becak bermotor melintas pada kawasan yang sudah dilarang. Pedagang kaki lima juga masih berjualan di badan jalan, ada parkir liar.”

(Wawancara pada 29 Desember 2020)

Dalam lingkungan sosial, yang mempengaruhi berhasil tidaknya kebijakan ini adalah dari masyarakat, dimana kesadaran masyarakat dalam mematuhi peraturan – peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan masih kurang. Masyarakat masih melanggar peraturan lalu lintas jika tidak ada yang mengawasi di sekitar ruas jalan tersebut. Jika ada instansi yang melakukan pengawasan ataupun penertiban di kawasan tersebut mereka akan pergi dan tidak berjualan atau keluar dari kawasan tersebut. Namun jika sudah tidak ada yang mengawasi masyarakat tersebut akan kembali berjualan atau pengemudi becak bermotor akan menetap di kawasan tersebut.

Masyarakat Kota Medan masih banyak yang melanggar peraturan lalu lintas hal ini dikarenakan pengawasan dan penindakan yang dilakukan

oleh implementor sudah berkurang untuk beberapa tahun belakangan ini.

Personel yang ditempatkan di lokasi kawasan tertib lalu lintas jarang melakukan penindakan ataupun pengawasan, bahkan di jam – jam tertentu tidak terlihat personel yang melakukan pengawasan pada kawasan tertib lalu lintas. Selain itu, tidak tegasnya sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang melanggar peraturan lalu lintas membuat masyarakat tetap melakukan pelanggaran lalu lintas.

Berkaitan dengan lingkungan ekonomi, Penulis melakukan wawancara dengan Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:

“Ada dampaknya yang saya rasakan dengan adanya kebijakan ini, kalau mereka melakukan tindakan gerobak kita diangkat, jadi kalau kita mau ambil gerobak lagi harus ke kantor Satpol PP dan buat surat perjanjian tidak boleh jualan lagi, ya lebih baik beli gerobak lagi. Ini jadi mata pencaharian Ibu yang utama, jadi kalau pun diusir ya kita balik lagi.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan, sebagai berikut:

“Ya berdampak, mata pencaharian utama saya membawa becak ini, tapi karena ada larangan becak bermotor ini saya harus “kucing – kucingan” sama petugasnya. Sehingga terkadang saya tidak dapat menunggu sewa lagi disini.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:

“Tentu ada, kan berdagang disini itu mata pencaharian kita, jadi kalau kita diusir atau gerobak kita diangkat ya kita tetap balik lagi kesini.” (Wawancara pada 16 Agustus 2021)

Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:

91

“Ada, saya bawa becak ini satu – satunya mata pencaharian saya, jadi ada peraturan itu buat susah harus sembunyi – sembunyi dari petugas. Kadang kalau untung bisa kita balik lagi kalau tidak ya kita tidak dapat apa – apa hari itu.” (Wawancara pada 16 Agustus 2021) Dalam lingkungan ekonomi, bagi masyarakat dengan adanya larangan untuk berjualan dan melintasnya becak bermotor memberikan dampak negatif bagi masyarakat. Pedagang Kaki Lima dan becak bermotor yang ada di Kawasan Tertib Lalu Lintas ini merasakan dampak karena adanya larangan ini karena berdagang dan membawa becak bermotor ini merupakan mata pencaharian utama mereka. Dengan adanya peraturan ini membuat mereka sering “kucing – kucingan” dengan personel yang diletakkan di Kawasan Tertib Lalu Lintas ini sehingga menyebabkan tidak dapatnya mereka berjualan ataupun membawa becak bermotor pada hari itu.

Berkaitan dengan lingkungan politik, Pemerintah Kota Medan menerapkan penindakan berupa penilangan dan denda dengan maksimal denda yang telah ditentukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.

Selain itu pemerintah Kota Medan juga melakukan pengawasan di tiap – tiap titik yang telah ditentukan. Namun belakangan ini, pengawasan dan penindakan atau razia pun sudah jarang dilakukan sehingga pemerintah pusat membantu dengan melakukan pemasangan kamera pengawas di setiap traffic lights di ruas jalan di Kota Medan.

Hal ini dinyatakan oleh Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan menambahkan sebagai berikut:

“Pemerintah pusat membantu kita mempermudah pengawasan kita dengan melakukan pemasangan kamera yang dibuat di kawasan tertib

lalu lintas dan juga di beberapa ruas jalan di Kota Medan ini.”

(Wawancara pada 29 Desember 2020)

Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satpol PP Kota Medan, menambahkan pengaruh lingkungan untuk para pedagang kaki lima di kawasan tertib lalu lintas sebagai berikut:

“Ya pasti ada, kadang – kadang pedagangnya jualan di situ ada yang menempatkan, seperti bilang kamu jualan di sini, nanti saya yang tanggung jawab.” (Wawancara pada 12 Januari 2021)

Dalam lingkungan politik, yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini adalah pemerintah pusat melakukan pemasangan kamera di ruas jalan pada kawasan tertib lalu lintas ini untuk membantu mempermudah pengawasan kepada setiap pelanggar peraturan lalu lintas tersebut. Selain itu, bagi pedagang kaki lima terkadang terdapat orang – orang yang memasukkan mereka untuk berjualan di tempat – tempat yang ditunjuk oleh orang tersebut dan berjanji akan bertanggung jawab kepada para pemerintah setempat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan selaku implementor dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat kondisi sosial, politik dan ekonomi yang mempengaruhi keberhasilan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas.

Dalam lingkungan sosial yang dimaksud adalah kesadaran masyarakat Kota Medan yang masih kurang untuk mematuhi peraturan lalu lintas yang telah ditentukan oleh pemerintah dan berdisiplin dalam berkendara di ruas jalan di Kota Medan. Lingkungan ekonomi yang dimaksud adalah dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan diberlakukannya kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Dalam lingkungan politik yang dimaksudkan

93

adalah dikeluarkannya fasilitas kamera untuk membantu pengawasan lalu lintas. Selain itu adanya orang – orang di pemerintahan yang menempatkan pedagang kaki lima di kawasan tertib lalu lintas tersebut.

Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan Van Meter dan Van Horn dalam Mulyadi (2016:72) menyatakan bahwa kondisi sosial, ekonomi, dan politik mencakup sumber daya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Hal ini dikarenakan lingkungan sosial yaitu masyarakat masih ada yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan dan tidak berdisiplin dalam berkendara di ruas jalan kawasan tertib lalu lintas.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan di bab sebelumnya maka pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan berdasarkan penelitian di lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait dengan Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kota Medan.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini masih belum berjalan dengan optimal, hal ini ditunjukan dengan masih banyaknya masyarakat yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kesadaran masyarakat akan disiplin mematuhi peraturan yang telah ditetapkan masih kurang, walaupun implementor dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini sudah melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebijakan tersebut. Selain itu, pengawasan yang kurang dan sanksi yang berlaku masih lemah dan tidak menimbulkan efek jera kepada masyarakat yang melanggar peraturan tersebut. Hal ini yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini.

Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan model implementasi yang ditawarkan oleh Van Meter dan Van Horn yang memiliki enam indikator.

Berdasarkan pengumpulan data dan pembahasan yang penulis lakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

95

1 Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik diantara para agen implementasi. Standar dan sasaran kebijakan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini sudah jelas, namun pada penerapan di lapangan sasaran atau tujuan dari kebijakan ini belum tercapai dengan optimal. Hal ini ditunjukkan dengan masih banyaknya masyarakat yang berjualan di badan jalan dan masih ada becak bermotor yang melintas di kawasan tertib lalu lintas.

2 Sumber Daya

Suatu kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia. Dalam kebijakan ini, fasilitas yang dimiliki oleh setiap ruas jalan di kawasan tertib lalu lintas ini sudah dalam kondisi yang memadai dan tetap dilakukan perbaikan rutin oleh dinas yang bersangkutan. Namun sumber daya manusia yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan ini belum melaksanakan tugasnya dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dari tidak optimalnya pengawasan yang dilakukan.

3 Komunikasi Antar Pelaksana

Dalam berbagai kasus, implementasi suatu program terkadang perlu didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai keberhasilan yang diinginkan. Komunikasi para implementor berjalan secara optimal dikarenakan adanya rapat koordinasi yang dilaksanakan secara rutin. Namun komunikasi yang dilakukan kepada masyarakat dalam

bentuk sosialisasi belum terlaksana dengan optimal, karena saat ini masih ada masyarakat yang belum mengetahui tentang kawasan tertib lalu lintas ini.

4 Karakteristik Agen Pelaksana

Sejauh mana kelompok – kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan. Termasuk didalamnya karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, kemudian juga bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan. Karakteristik Agen Pelaksana sudah sesuai karena setiap instansi pelaksana mendukung pelaksanaan kebijakan ini. Pembagian tugas dalam kebijakan ini sudah jelas dan setiap instansi pelaksana sudah mengetahui peran dan tugas pokok masing – masing dalam penerapan kebijakan ini. Acuan dari pelaksanaan kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas ini adalah Peraturan Walikota Nomor 16 Tahun 2011 tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas Kota Medan.

5 Disposisi Implementor

Setiap instansi pelaksana kebijakan ini sudah mengetahui dan sudah memahami SOP dari kebijakan ini. Namun personel yang diletakkan di lapangan tidak melakukan pengawasan dan penindakan kepada masyarakat yang melanggar peraturan lalu lintas dengan membiarkan para pedagang dan pengemudi becak bermotor yang ada di Kawasan Tertib Lalu Lintas.

6 Kondisi Sosial, Politik dan Ekonomi

Lingkungan yang turut mendukung keberhasilan implementasi kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini adalah lingkungan sosial meliputi

97

kesadaran masyarakat dalam disiplin berlalu lintas. Namun lingkungan sosial tidak berjalan optimal karena masih banyak masyarakat yang belum mematuhi peraturan lalu lintas yang telah ditetapkan. Lingkungan ekonomi meliputi dampak yang dirasakan oleh masyarakat dengan diberlakukannya kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Lingkungan politik meliputi adanya pemasangan kamera untuk membantu mempermudah pengawasan pada lalu lintas.

5.2. Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis terkait dengan Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kota Medan ini adalah:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Diharapkan agar setiap pelaksana kebijakan ini lebih ketat dalam melakukan pengawasan di lapangan agar setiap masyarakat tidak ada lagi yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Sehingga tujuan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini dapat tercapai yaitu untuk menciptakan ketertiban lalu lintas di Kota Medan.

2. Sumber Daya

Diharapkan agar pelaksana kebijakan ini lebih meningkatkan pengawasan ke seluruh ruas jalan yang ada di kawasan tertib lalu lintas. Dengan menempatkan personel yang bertugas untuk mengawasi lalu lintas di kawasan tertib lalu lintas ini. Selain itu, diharapkan juga Dinas Perhubungan Kota Medan lebih melengkapi fasilitas berupa pos penjagaan di kawasan tertib lalu lintas ini.

3. Komunikasi Antar Pelaksana

Komunikasi implementor kebijakan ini sudah berjalan dengan optimal, hal tersebut perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan.

Namun untuk sosialisasi kepada masyarakat, para pelaksana kebijakan harus melakukan sosialisasi kembali melalui sosial media atau surat edaran agar setiap masyarakat mengetahui tentang kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Para agen pelaksana sudah mengetahui pembagian tugas mereka dalam pelaksanaan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini. Hal ini perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan.

5. Disposisi Implementor

Para implementor sudah memahami SOP dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas, hal ini perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan.

Namun diharapkan agar setiap petugas yang akan diletakkan di lapangan dibekali untuk tetap melakukan pengawasan dan penindakan kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran.

6. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi

Terkait dengan lingkungan sosial, instansi pelaksana sebaiknya memberikan sosialisasi kepada seluruh masyarakat tentang kawasan tertib lalu lintas, tentang larangan atau yang harus dilakukan jika berada di kawasan tertib lalu lintas. Terkait dengan lingkungan ekonomi, diharapkan untuk memberikan tempat khusus kepada pedagang kaki lima untuk berjualan dan becak bermotor untuk mencari

99

penumpang. Terkait dengan lingkungan politik, diharapkan dapat menggunakan kamera yang telah disediakan sebaik mungkin untuk membantu pengawasan kepada lalu lintas.

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku.

Alamsyah, Alik Ansyori. 2008. Rekayasa Lalu Lintas (Edisi Revisi). Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press

Andi, Prastowo. 2010. Menguasai Teknik-teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Yogjakarta: DIVA Press

Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik Bandung : CV Pustaka Setia

Agustino, Leo. 2006. Dasar – Dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV. Alfabeta.

___________. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Morisson. 2019. Riset Kualitatif. Jakarta : Prenadamedia Group.

Mulyadi, Deddy. 2015. Study Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung : Alfabeta.

______________. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik, Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik Berbasis Analisis Bukti untuk Pelayanan Publik. Bandung : Alfabeta.

Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian. Prenada Media Group, Jakarta.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta : Elex Media Komputindo

_____________. 2009. Public Policy Teori Kebijakan, Analisis Kebijakan, Proses Kebijakan, Perumusan, Implementasi, Evaluasi, Revisi, Risk Management Dalam Kebijakan Publik, Kebijakan Sebagai The Fifth Estate, Metode Penelitian Kebijakan. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Nur’Aini, Fajar. 2016. Pedoman Praktis Menyusun SOP. Yogyakarta : Quadrant Risdiyanto, 2014. Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta : Leutikaprio

Salim, H.A. Abbas. 2013. Manajemen Transportasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Setyawan, Dody. 2017. Pengantar Kebijakan Publik. Malang : Intelegensia Media.

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_____________. 2009. Analisis Kebijakan Publik : Konsep, Teori, dan Aplikasi.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

________. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.

Suyanto, Bagong., dan Sutinah. 2011. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana

Taufiqurokhman. 2014. Kebijakan Publik Pendelegasian Tanggungjawab Negara Kepada Presiden Selaku Penyelenggara Pemerintah. Jakarta : Universitas Moestopo Beragama (Pers).

Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

____________. 2010. Desain Penelitian Manajemen Strategik. Jakarta: Raja Grafindo.

Winarno, Budi. 2016. Kebijakan Publik Era Globalisasi(Teori,Proses dan Studi Kasus Kompratif), Yogyakarta : CAPC(Center Of Academic Publishing Service)

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta : Prenadamedia Group.

Sumber Jurnal, Skripsi, Tesis.

Arisandi, Fri Adek., Lubis, Marwan., Hasibuan, M. Husni Malik. 2020.

Penerapan Managemen Lalu Lintas pada Jaringan Jalan di Kota Kisaran Kabupaten Asahan. Bulettin Utama Teknik. 15 (2). Universitas Islam Sumatera Utara.

Ahsanuddin, Sigit. 2016. Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Penerapan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kabupaten Blora. Tesis. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Gulo, Antonius Amonio., Aritonang, Emmy Ria., Naibaho, Polin. 2018. Usulan Penataan Pedagang Kaki Lima di Kawasan Lapangan Merdeka Medan.

1(2). Jurnal Arsitektur ALUR

Nasution, Zainuddin. 2019. Kebijakan Pemerintah Kota Medan dalam Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima di Pasar Simpang Limun Kota Medan. Jurnal Taushiah FAI UISU. 9 (2). Universitas Islam Sumatera Utara.

Oktavianti, Dinar Rizki., Lituhayu, Dyah. 2017. Implementasi Kebijakan Transportasi Umum di Kota Semarang (Studi Kasus Perum Damri).

Journal Of Public Policy and Management Review. 6 (3). Universitas Diponegoro.

Saputri, Novi Dwi. 2014. Pelaksanaan Kawasan Tertib Lalu Lintas di Kota Pontianak. Jurnal PublikA 3 (3). 1 – 18. Universitas Tanjung Pura.

Sinaga, Sunardi Manampiar., Hamdi, Muchlis., Wasistiono, Sadu., Lukman, Sampara. 2019. Implementasi Kebijakan Angkutan Umum Massal Berbasis Bus Rapid Transit (BRT) dalam Mewujudkan Sistem Transportasi Publik Perkotaan yang Berkeadilan dan Berkelanjutan di Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Papatung. 2 (3). 203 – 220. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Van Meter, Donald S., dan Van Horn, Carl E.. 1975. The Policy Implementation Process: A Conceptual Framework. 462 – 472. Administration & Society Wahyu, Ida Bagus Harta G. 2013. Implementasi Kebijakan Penetapan Kawasan

Tertib Lalu Lintas di Kota Palu. E-Jurnal Katalogis 1 (2). 171 – 181.

Universitas Tadulako.

Watri, Nidi. 2018. Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas Kota Medan dalam Rangka Meningkatkan Pengawasan Tertib Lalu Lintas di Dinas Perhubungan Kota Medan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Undang – Undang.

Penjelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Manajemen dan Rekayasa, Analisis Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas

Peraturan Walikota Medan Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas.

Peraturan Walikota Medan Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan

Peraturan Walikota Medan 63 Tahun 2017 Tentang Rincian Tugas dan Fungsi diakses pada tanggal 1 Februari 2021 Pukul 20.22 WIB

https://pemkomedan.go.id/album-2619-kepala-dinas-perhubungan-kota-medan-renward-parapat-memimpin-rapat-forum-lalu-lintas-di-ruang-rapat-.html, diakses pada tanggal 5 April 2021 Pukul 20.21 WIB

https://jdih.pemkomedan.go.id/perundangan-190-perwal-nomor-16-tahun-2011.html, diakses pada 6 Mei 2021 Pukul 20.16 WIB

https://sumut.antaranews.com/berita/223017/dinilai-penyebab-kemacetan-warga-minta-dishub-medan-tertibkan-becak-dan-angkot, diakses pada 30 September 2021 pukul 21.24 WIB

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA Dinas Perhubungan Kota Medan

1. Tujuan

Untuk mengetahui implementasi kebijakan kawasan tertib lalu lintas di Kota Medan.

2. Pertanyaan Panduan a. Identitas Diri

1. Nama :

2. Jabatan :

3. Umur :

4. Pendidikan terakhir : b. Pertanyaan Penelitian

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

 Apa yang menjadi standar dan sasaran kebijakan dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apa yang dilakukan agar standar dan sasaran kebijakan kawasan

tertib lalu lintas ini dapat terlaksana sesuai dengan peraturan yang telah dikeluarkan?

 Apa yang hendak dicapai dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apakah ada hambatan dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

2

 Bagaimana mekanisme prosedur (Standard Operating Procedures) dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apa latar belakang dikeluarkannya kebijakan kawasan tertib lalu

lintas ini?

2. Sumber Daya

 Sumber daya apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apakah sumber daya tersebut sudah memadai untuk pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Setiap tahunnya berapakah dana yang dikeluarkan untuk

pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini dan dari manakah dana tersebut berasal?

 Apakah fasilitas di ruas jalan kawasan tertib lalu lintas ini seperti

rambu – rambu lalu lintas sudah terpasang? Dan bagaimana kondisi fasilitas tersebut?

3. Karakteristik Agen Pelaksana

 Siapa saja yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apa saja tugas pokok dan fungsi subjek yang berperan dalam

implementasi kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

4. Komunikasi Antar Badan Pelaksana

 Bagaimana komunikasi antar instansi pelaksana kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

3

 Apakah ada rapat koordinasi untuk pelaksaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apakah ada masalah dalam komunikasi antar badan pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apakah sudah ada tindakan sosialisasi yang dilakukan kepada

masyarakat tentang kewajiban dan pelanggaran di kawasan tertib lalu lintas ini?

 Seperti apakah tindakan sosialisasi yang telah dilakukan oleh dinas

perhubungan kepada masyarakat?

5. Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana

 Bagaimana pemahaman pelaksana dalam menjalankan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Bagaimana kemampuan pelaksana dalam menjalankan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini?

 Apakah seluruh pelaksana kebijakan ini sudah paham tentang SOP dari kebijakan tersebut?

 Bagaimana tindakan para pelaksana dalam menjalankan kebijakan

kawasan tertib lalu lintas ini?

kawasan tertib lalu lintas ini?