BAB IV PEMBAHASAN
4.2. Implementasi Kebijakan Kawasan Tertib Lalu Lintas
4.2.3. Komunikasi Antar Pelaksana
Menurut Van Meter dan Van Horn (Mulyadi, 2016:72), menyatakan bahwa dalam berbagai kasus, implementasi suatu kebijakan terkadang perlu didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai keberhasilan yang diinginkan. Dalam pelaksanaan kebijakan komunikasi
merupakan hal yang sangat penting agar suatu kebijakan tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan tersebut.
Dalam pelaksanaan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antar pelaksana kebijakan yaitu Dinas Perhubungan, Satlantas Polrestabes dan Satpol PP Kota Medan. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan, sebagai berikut:
“Setiap instansi pelaksana kebijakan ini sering berkomunikasi terlebih saat ini dengan ada teknologi yang membantu mempermudah kami untuk berkomunikasi jika tidak bertatap muka. Selain itu, untuk komunikasi tatap muka ada juga kita lakukan namanya Rapat Forum Lalu Lintas.” (Wawancara pada 22 Desember 2020)
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polrestabes Kota Medan, sebagai berikut:
“Kalau rapat koordinasi itu pasti ada dari Dinas Perhubungan.
Biasanya yang mengikuti rapat itu Dinas Perhubungan, Satpol PP dan Satlantas itu pasti ada rapat koordinasinya.” (Wawancara pada 14 Januari 2021)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satpol PP Kota Medan, sebagai berikut:
“Rapat koordinasi tetap ada, biasanya yang mengundang dari Dinas Perhubungan.” (Wawancara dengan pada 12 Januari 2021)
Hasil wawancara yang dilakukan oleh Penulis dengan beberapa informan di atas menyatakan bahwa bentuk komunikasi yang dilakukan oleh implementor kebijakan ini adalah komunikasi melalui rapat koordinasi yaitu Rapat Forum Lalu Lintas dan komunikasi melalui handphone dan teknologi yang membantu untuk berkomunikasi jika mereka tidak dapat bertatap muka. Rapat Forum Lalu Lintas ini
69
merupakan rapat koordinasi yang membahas tentang seluruh keadaan lalu lintas Kota Medan. Rapat koordinasi ini dihadiri oleh Dinas Perhubungan, Satlantas Polrestabes Medan, dan Satpol PP Kota Medan dan yang biasanya mengeluarkan surat undangan untuk menghadiri rapat ini adalah Dinas Perhubungan Kota Medan.
Gambar 4.6 Rapat Forum Lalu Lintas Kota Medan
Sumber :
pemkomedan.go.id diakses pada 3 April 2021
Berdasarkan dokumentasi di atas menunjukkan bahwa rapat koordinasi yang bernama Rapat Forum Lalu Lintas masih berjalan dengan rutin. Rapat ini diundang oleh Dinas Perhubungan serta dihadiri oleh Satlantas Polrestabes Kota Medan dan Satpol PP Kota Medan. Rapat ini juga dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Perhubungan.
Walaupun rapat koordinasi sudah optimal namun kepatuhan masyarakat dalam menaati peraturan lalu lintas masih rendah. Hal ini dikarenakan belum ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh implementor kebijakan ini. Selain itu, sanksi yang diberikan masih belum menimbulkan efek jera kepada masyarakat.
Namun sampai saat ini implementasi kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini belum juga dilakukan evaluasi. Hal ini dikarenakan para implementor menganggap bahwa ruas jalan yang ada di kawasan tertib lalu lintas sudah “clean” sehingga tidak dilakukannya evaluasi kebijakan.
Hal ini diperkuat oleh wawancara dengan Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan, sebagai berikut:
“Kalau dulu saat awal pembuatan kebijakan ini ada dilakukan rapat namanya Rapat Forum Lalu Lintas. Namun sekarang sudah jarang kita lakukan karena sudah lumayan clean, dan tidak ada gejolak”
(Wawancara pada 29 Desember 2020)
Namun berdasarkan hasil observasi peneliti, ruas jalan pada kawasan tertib lalu lintas di Kota Medan belum “clean” dan masih terdapat banyak pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh masyarakat.
Sehingga kebijakan ini seharusnya membutuhkan evaluasi lebih lanjut.
Selain dengan dilakukannya rapat koordinasi, komunikasi juga harus diberikan kepada masyarakat. Komunikasi yang dilakukan oleh para pelaksana adalah berupa sosialisasi tentang penjelasan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, tentang larangan dan kewajiban yang terdapat dalam kebijakan ini.
Para pelaksana kebijakan ini sudah melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Dinas Perhubungan Kota Medan, sebagai berikut:
“Sudah ada disosialisasikan saat awal dikeluarkannya kebijakan ini.
Tindakan sosialisasi yang dilakukan itu seperti pemberitaan dari radio atau spanduk yang kita pasang di kawasan tertib lalu lintas agar setiap masyarakat tahu bahwa mereka memasuki kawasan tertib lalu lintas. Sosialisasinya tidak dibuat di sosial media karena kan peraturan ini sudah keluar lumayan lama, dan saat itu belum ada
71
media sosial sehingga kita memberitahukannya dari radio dan spanduk.” (Wawancara pada 22 Desember 2020)
Hal serupa juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Medan, sebagai berikut:
“Saat awal – awal pembuatan kebijakan ini sudah ada sosialisasi ke masyarakat. Bentuk sosialisasi yang dilakukan yaitu kita berikan himbauan. Biasanya berbentuk himbauan atau selebaran.”
(Wawancara pada 29 Desember 2020)
Hal serupa juga dinyatakan oleh Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa Satlantas Polrestabes Kota Medan, sebagai berikut :
“Sudah ada kita lakukan sosialisasi dari dulu. Selain itu, ada juga rambu – rambu lalu lintas tentang kawasan tertib lalu lintas yang diletakkan di titik – titiknya. Ada juga rambu tentang beberapa larangan seperti dilarang berhenti, dilarang parkir, dan lain - lain.
Selain rambu – rambu yang diletakkan di tiap jalan, kita juga sering pasang spanduk, tapi spanduknya sering menghilang dalam hitungan hari.” (Wawancara pada 14 Januari 2021)
Hal serupa juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Komunikasi dan Kerjasama Satpol PP Kota Medan, sebagai berikut :
“Kita sudah melakukan sosialisasi kepada para pedagang itu. Bentuk sosialisasinya sudah secara tertulis, kita ingatkan juga kalau di sini tidak bisa berjualan dan kami nanti akan melaksanakan penertiban.
Kalau tetap tidak diindahkan, baru kita angkat barangnya.”
(Wawancara pada 12 Januari 2021)
Hasil wawancara dengan beberapa informan selaku implementor kebijakan di atas menyatakan bahwa para pelaksana kebijakan ini sudah melakukan sosialisasi tentang kawasan tertib lalu lintas kepada masyarakat. Bentuk sosialisasi yang dilakukan adalah dengan menyiarkan di radio, memasang spanduk tanda memasuki kawasan tertib lalu lintas, surat yang diberikan kepada pedagang, dan mobil patroli kepolisian yang lewat pada kawasan tertib lalu lintas.
Penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat yang berada di kawasan tertib lalu lintas tentang sosialisasi kebijakan ini yang dilakukan oleh pemerintah. Bentuk sosialisasi yang dilakukan pemerintah dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Sudah ada dilakukan sosialisasi, disosialisasikan melalui pemberitaan dari mobil patroli kepolisian.” (Wawancara pada 6 Januari 2021).
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Sudah ada, dibuat rambu – rambu jangan parkir, jangan ada becak.
Tapi kita sering “kucing – kucingan” dengan petugas. Tidak ada yang mengawasi kita masuk, kalau ada yang mengawasi kita lewati.”
(Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Ada, tapi beberapa tahun yang lalu dilakukan sosialisasinya, saat itu ada dipasang spanduk – spanduk tentang Kawasan Tertib Lalu Lintas.” (Wawancara pada 16 Agustus 2021)
Hal yang serupa juga dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Sudah ada, dari mobil patrol biasa berkeliling – keliling.”
(Wawancara pada 16 Agustus 2021)
Gambar 4.7 Rambu – Rambu yang dipasang di Kawasan Tertib Lalu Lintas
Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2021
73
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa sudah adanya rambu – rambu larangan untuk becak bermotor melintas di kawasan tertib lalu lintas yang telah ditentukan. Dan rambu – rambu inilah yang menjadi patokan masyarakat untuk mengetahui bahwa ruas jalan tersebut merupakan kawasan bebas becak.
Namun hal yang berbeda dinyatakan oleh seorang Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Selama dua tahun ibu berjualan disini belum ada dilakukan sosialisasi atau pemberitahuan dari pemerintahan. Makanya kita kurang tau ini kawasan tertib lalu lintas.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang senada dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Suprapto Kota Medan, sebagai berikut:
“Belum pernah dilakukan sosialisasi. Ya paling bacaan – bacaan rambu – rambu lalu lintas yang sudah dibuat.” (Wawancara pada 6 Januari 2021)
Hal yang senada dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Balai Kota, Kota Medan, sebagai berikut:
“Iya tahu, tapi hanya dari rambu – rambu ini dek. Kalau larangannya tidak tau, belum pernah diberitahukan kepada kami larangan – larangannya apa aja.” (Wawancara pada 16 Agustus 2021).
Hal yang senada dinyatakan oleh Pengemudi Becak Bermotor di Jalan Suprapto, sebagai berikut:
“Belum ada sosialisasi dek, tau dari rambu – rambu lalu lintas lah”
(Wawancara pada 20 Agustus 2021)
Hal yang senada dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Putri Hijau Kota Medan, sebagai berikut:
“Selama Ibu jualan disini belum ada dilakukan sosialisasi.”
(Wawancara pada 19 Agustus 2021)
Hal yang senada dinyatakan oleh Pedagang Kaki Lima di Jalan Balai Kota, Kota Medan sebagai berikut:
“Belum pernah, ya kita tahunya hanya dari rambu – rambu lalu lintas yang diletakkan disitu aja.” (Wawancara pada 19 Agustus 2021)
Hasil wawancara dengan masyarakat di atas menyatakan bahwa masyarakat mengetahui tentang kawasan tertib lalu lintas ini hanya dari rambu – rambu yang dipasang di ruas jalan tersebut dan pemerintah hanya melakukan sosialisasi pada awal kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini dikeluarkan. Sehingga masyarakat yang baru mulai berjualan atau pengemudi becak bermotor yang masih baru tidak mengetahui tentang penjelasan kawasan tertib lalu lintas tersebut. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Penulis, banyak masyarakat yang tidak tahu akan kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, ruas jalan apa saja yang menjadi kawasan tertib lalu lintas, dan apa saja larangan yang dicantumkan dalam kebijakan tersebut.
Penulis menyimpulkan bahwa salah satu tolak ukur dari keberhasilan sosialisasi kebijakan adalah jika informasi sampai ke tingkat paling bawah dari sasaran kebijakan ini. Sasaran kebijakan disini adalah masyarakat yaitu pedagang kaki lima dan pengemudi becak bermotor.
Dengan melihat kondisi di lapangan, sosialisasi yang dilakukan sangat minim, hal ini dikarenakan sosialisasi hanya dilakukan dengan pemasangan rambu – rambu dan sosialisasi melalui radio hanya dilakukan pada awal dilaksanakan kebijakan ini. Sehingga saat ini masih
75
banyak pedagang kaki lima dan pengemudi becak bermotor yang belum mengetahui kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Van Meter dan Van Horn dalam Mulyadi (2016:72) menyatakan bahwa implementasi suatu program perlu didukung dan dikoordinasikan dengan instansi lain agar tercapai keberhasilan yang diinginkan. Dalam implementasi kebijakan kawasan tertib lalu lintas ini, para implementor kebijakan ini sudah melakukan rapat koordinasi yang terdiri dari Dinas Perhubungan Kota Medan, Satlantas Polrestabes Kota Medan, dan Satpol PP Kota Medan, yang dinamakan Rapat Forum Lalu Lintas. Namun untuk sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat, para implementor kebijakan ini hanya melakukan sosialisasi saat kebijakan tersebut baru saja dikeluarkan, sehingga masyarakat yang baru berjualan atau pengemudi becak bermotor yang baru tidak mengetahui penjelasan dari kebijakan kawasan tertib lalu lintas tersebut.