• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dokumen Spiritual

Dalam dokumen BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI pdf (Halaman 94-101)

Satu-satunya dokumen spiritual yang amat penting yang akan kita selidiki adalah Rules of Conduct for Superiors (Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin).234 Dokumen ini ditulis tangan sekitar tahun 1855 oleh Br. Bernardus.235 Sebagai tulisan rohani, dokumen ini mewahyukan kepada kita suatu pandangan tentang spiritualitas asli Kongregasi, sekurang-kurangnya sebagian darinya. Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin dibagi ke dalam tiga bagian: Prakata, Bagian Pokok, dan Petunjuk-petunjuk Umum. Tetapi, dokumen ini pada awalnya dibagikan kepada para bruder tanpa bagian ketiga, petunjuk-petunjuk umum. Bagian pokok bicara secara berurutan tentang: rendah hati, teladan baik, mencintai para bruder, saleh, sikap bijaksana, lembut hati, tabah hati, kebijaksanaan dan berpengetahuan, semangat dan keteguhan hati, serta percaya kepada Tuhan.

anugerahkan dari Yesus bagi kami hati yang murah sejati agar kebaikan mencintai orang miskin, yang kami belajar dari teladanmu, juga karena perantaraanmu, kami laksanakan sesempurna mungkin, dan dengan demikian bersama Dikau, memperoleh dari Yesus, kebahagiaan kekal, yang dijanjikan kepada mereka yang berbelaskasih.

Amin.”

“Direktorium dan Buku Kebiasaan bagi para Bruder Santa Maria yang

Terkandung tak Bernoda, di Maastricht”, Maastricht 1917, 100-101 : “ 1. Allah

menghendaki agar St.Vinsensius de Paul menjadi Pelindung khusus Kongregasi ini untuk menjaga kepentingan pada Allah dan agar para Bruder menarik pelajaran dari padanya, kebaktian dan cinta yang rela berkorban untuk berkarya pada keselamatan rohani dan jasmani sesama manusia. 2. Rahasia keberhasilan yang dianugerahkan Allah kepada usaha Santo kami bagi keselamatan sesama manusia, berdasarkan cintanya pada Allah dan sesama serta kebaktiannya dan kerelaan berkorban. 3. Para Bruder harus mohon Pelindung mereka boleh mengikutinya dalam pelaksanaan kebaikan, agar usaha mereka pun demi keselamatan jiwa-jiwa berkenan kepada Allah dan diberkati-Nya.”

233

Lihat P.J.H., UBACHS, “Masters ...”, 39, suatu contoh tentang rumusan untuk profesi dari Br. Mathias, diikrarkan tanggal 15 August 1931 di Maastricht.

234

Suatu penelitian tentang dokumen ini telah dikerjakan oleh Pierre Humblet. Lihat PIERRE HUMBLET, “With a View to the Brothers: Rules Conduct for Superiors: A Way for the Congregation”, Nijmegen 1994, 75. Pada tahun yang sama, dokumen ini diterbitkan untuk pertama kali: BRO. BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct for Superiors of the Brothers of the Immaculate Conception of Mary”. Kata Pengantar dan naskah oleh Pierre Humblet, Nijmegen 1994. Judul asli dokumen ini adalah Rules of Conduct for Superiors.

235 Catatan dari Pierre Humblet, “Dalam lanjutan studi ini, kami akan menyebut Bernardus Hoecken sebagai pengarangnya, sambil tetap mengingat bahwa

tidak ada kepastian mutlak mengenai soal siapa pengarang sebetulnya “. Lihat Bro. Bernard Hoecken, “Rules of Conduct …”, 13.

Pierre Humblet menganalisa dokumen ini bertolak dari istilah-istilah “percaya, kepercayaan, dan iman”, dan sampai kepada suatu simpulan:

Kita melihat juga bagaimana sedikit demi sedikit, kelompok kata itu semakin menentukan suatu pola pokok pada spiritualitas Petunjuk-petunjuk Bertingkah Laku. Sekaligus kita mencatat bagaimana pola pokok itu mengarahkan spiritualitas Petunjuk-petunjuk Bertingkah Laku ke arah kerasulan, sehingga menjadi spiritualitas apostolik yang khas: kerasulan bukan yang Anda buat, melainkan yang Allah buat melalui anda.236

Pembaca mungkin akan mengatakan, “Ini bukanlah seorang religius-bruder, tetapi seorang kristiani pada umumnya!” Tepat! Karena seorang religius sedang menuju kepada menjadi seorang kristiani. Kita adalah alat bagi karya Allah. Kita hendaknya melayani Allah dengan segala karunia yang telah Ia berikan kepada kita.237 Sejalan dengan penelitian ini, kita akan berusaha mendekati Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin dengan cara yang beda. Kita tidak bermaksud untuk membuat suatu analisa sistematis, tetapi mencoba menangkap elemen-elemen Spiritualitas Vinsensian yang tersebar di dalam dokumen ini.

Sifat khas Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin sebagian besar ditentukan oleh sejumlah besar kutipan-kutipan yang mendasari dan menyemarakkan tulisan itu. Khususnya kutipan-kutipan dan contoh dari Kitab Suci banyak sekali (lebih dari seratus), tetapi juga jumlah kutipan dari buku bukan Kitab Suci, banyak sekali. Ada tujuh belas santo-santa238 dan dua klerus239 yang namanya disebut oleh Br. Bernardus. Sembari membaca dokumen ini, secara spontan kita menemukan bahwa Santo Bernardus,240 Fransiskus de

236

PIERRE HUMBLET, “With a View to the Brothers…”, 45. 237

Bdk. COLUMBA CARY-ELWES, “Letter and Spirit: St Benedict‟s Rule for Our

Times”, The Way 40 (1981) 17. 238

Mereka itu adalah St. Bernardus (20.27.32.43), Paus Pius V (20), Paus Leo XI (20), Yohana Fransisca (21.24), Fransiskus de Sales (22.29.39.44.55[2x].56), Alfonsus (23.38.53), Vincent de Paul (25 [2x].28.34 [2x].36.42.62), J.B. de Sales (29 [2x]), Magdalena de Pazzi (30.56), Paus St. Clemens (34), Gregory (40), Pachomeus (43), Gregorius Agung (43), Aloysius (44), Antonius Abbas (44), Theresa (49.56), dan St. Krisostomus (50). Nomor-nomor ini menunjuk halaman buku.

239 Kaum klerus yang disebut oleh Bernardus adalah Antonius Torres dan Johanes Crasset, S.J. LihatBRO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 33&44.

240 Pierre Humblet mengatakan bahwa suatu sumber yang pasti dimiliki Hoecken adalah Konstitusi, yang pada tahun 1809 disusun oleh Pastor P.J. Triest (1760-1836) bagi Bruder Karitas, dimana ia sendiri dipengaruhi oleh St. Vinsensius dan

Sales, dan Vinsensius de Paul memiliki ranking tinggi. “Mengenai golongan kutipan ini patut diperhatikan bahwa penulis itu diinspirasikan secara khusus oleh Santo Fransiskus de Sales dan Vinsensius de Paul; kira- kira 40% kutipan itu diperoleh dari kedua pengarang itu.“241 Di antara sepuluh keutamaan-keutamaan, Br. Bernardus menulis di dalam bukunya Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin, St. Vinsensius dan keutamaan- keutamaannya ditemukan di dalam enam keutamaan Bernardian.

Pertama-tama, pada keutamaan rendah hati, St. Vinsensius mengatakan, “Seorang pemimpin tidak boleh menyatakan bahwa dirinya pemimpin. Sangat tidak jujurlah, jika seorang pemimpin berkata bahwa – demi memimpin dengan baik dan demi mempertahankan wewenangnya – ia harus menyatakan bahwa dirinya pemimpin. Dengan kata-kata dan teladan- Nya, Yesus telah mengajarkan sebaliknya.” Santo Vinsensius meneruskan, “Seorang pemimpin seyogianya menerima kalau ia ditegur mengenai kesalahannya dan yakin bahwa ia membuat kesalahan sebagai pemimpin, sebagai religius dan sebagai orang Kristen dalam fungsi yang dijabatnya.”242

Kedua, teladan baik. Pemimpin-pemimpin yang memberikan teladan baik, ibarat bau bunga yang harum mewangi yang menyentuh semua orang yang mendekati mereka. “Santo Vinsensius de Paul begitu teliti menaati Konstitusi (meskipun ia Pemimpin Umum), sehingga ia tidak pernah lupa berlutut ketika ia masuk kamarnya, karena itu ditetapkan dalam Konstitusi. Sebenarnya karena sakitnya, kelemahan badani, usia, dan kakinya yang sakit, dapatlah ia membebaskan diri dari peraturan itu. Tidaklah begitu tindakannya: ia ingin memberikan teladan kepada para pengikutnya. Begitu pula orang yang suci ini, selalu bangun pada waktu yang ditetapkan, meskipun biasanya ia bekerja sampai larut malam.”243

St. Bernardus. Lihat BRO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 15. Cara Triest

menuliskan Aturan bagi para brudernya adalah dengan mengutip kata-kata orang- orang saleh dan kudus. “Aturan yang saya berikan kepada kalian adalah kutipan- kutipan dari karangan orang-orang saleh dan kudus.” Lihat RENÈ STOCKMAN, F.C.,

“Good Father Triest”, 69.

241 B

RO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 6.

242 B

RO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 25.

243 B

Ketiga, mencintai para bruder. Saya ingin sekali, agar para bruder sungguh yakin bahwa Anda selalu siap sedia menolong, menasihati, menghibur, dan memberi hati. Kata St. Vinsensius de Paul, “ Lancar dalam bergaul dan mencintai adalah sarana yang sangat kuat untuk mengikat hati para bruder dan mendorong mereka untuk melaksanakan tugas-tugas yang membosankan juga.” Di tempat lain, Santo itu mengatakan, “Seorang pemimpin harus sungguh baik hati dalam tingkah lakunya, agar setiap bruder dapat merasakan bahwa ia dicintai olehnya.”244

Keempat, saleh. St. Vinsensius de Paul, Pelindung kita mengatakan, “ Pemimpin harus berlindung kepada Tuhan dalam doa bukan saja jika ia bimbang dan mengalami kesukaran, melainkan juga untuk mendengar dari Tuhan sendiri, apa yang harus diajarkan kepada orang lain. Ia harus meneladan Musa, yang hanya menyampaikan pesan Allah kepada bangsa Israel, apa yang didengarnya dari Allah, lain tidak.“245

Kelima, dalam keutamaan lembut hati, Bernardus masih menyebut-nyebut St. Vinsensius, tetapi tidak mengutip ucapan-ucapannya. Dia hanya menegaskan, “Berusahalah meneladan dengan tepat Bapa dan Pelindung kita, St. Vinsensius de Paul. Karena kesabaran dan keramahtamahannya, ia menyelesaikan banyak hal. Ia disebut: malaikat kedamaian. Ia selalu mengajak orang, agar mereka melatih diri dalam kelembutan hati dan keramahtamahan, katanya: Keutamaan-keutamaan itu membuka hati orang sedangkan kekerasan menutupnya.“246

Terakhir, tabah hati. Tabah hati adalah suatu keutamaan yang mahapenting bagi pemimpin. Karena jika ia ditimpa oleh kelemahan atau ketakutan, jika ia selalu prihatin atau terlalu khawatir mengenai suatu kesukaran, ia membahayakan diri sendiri dan seluruh komunitasnya. St.Vinsensius de Paul mengatakan, “Tak ada yang lebih merugikan suatu komunitas daripada pemimpin yang terlalu lemah, yang suka menyenangkan orang lain dan mencari-cari cinta para anggota komunitas itu.”247

244 B

RO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 34.

245 B

RO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 36.

246 B

RO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 45.

247 B

Pengutipan kata-kata Vinsensius ini tidak dimaksudkan sebagai bahan untuk dianalisa secara teologis dan spiritual, tetapi lebih untuk menunjukkan pengaruh spirit St. Vinsensius demi usaha untuk menemukan akar Spiritualitas Vinsensian Kongregasi. Sebagaimana dipikirkan oleh Bernardus, Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin ditujukan untuk mendorong dan menyemangati para pemimpin dalam membangun kehidupan religius baik bagi mereka sendiri maupun anggota-anggotanya melalui proses formatif yang dinamis.

6. Simpulan

Sebagai simpulan perbincangan pada bagian ini, kita dihadapkan pada akar Spiritualitas Vinsensian yang menentukan unsur-unsur pembentuk Spiritualitas Kongregasi. Bertolak dari surat van de Ven, dan kesaksian masyarakat Maastricht pada waktu pemakamannya, kita menangkap bahwa Bapa Pendiri kita secara konsisten menghidupi spirit St. Vinsensius yang menggerakkan hidupnya untuk melayani yang termiskin di antara anak-anak miskin, khususnya berhadapan dengan ketidakacuhan religius pada zamannya. Karya-karya belaskasih Rutten dan kehidupan imamatnya merupakan kesaksian bagi orang-orang lain bahwa hidupnya mengambil model contoh hidup St. Vinsensius de Paul. "Untuk hidup imami ia memilih Santo Vinsensius de Paul sebagai teladan dan segala usaha badan dan jiwa serta segala sarana yang ada padanya dibaktikan kepada pendidikan kristiani kaum muda, pengangkatan mereka yang jatuh, bertobatnya mereka yang sesat dan meringankan kebutuhan mereka yang miskin dan yang membutuhkan." Hidup ko-Pendiri kita, Br. Bernardus pun demikian. Dialah, yang seperti Vinsensius, berbuat baik dengan diam-diam. Dalam kerasulannya sebagai guru, ia menjadi bapa bagi anak-anak miskin dan sahabat bagi semua orang. Ia menghadirkan cinta Allah dalam pelayanannya kepada anak-anak miskin.

Berangkat dari spirit yang sama yang menggerakkan hidup mereka, mereka menyusun Peraturan Kongregasi sebagai jalan atau kendaraan menuju kesempurnaan dan kekudusan bagi para anggotanya. Kita tidak bermaksud untuk mengesampingkan Maria, sekali lagi saya tegaskan bahwa dari nama dan isinya, jelas bahwa spirit St. Vensensius menjadi ROH bagi Peraturan itu. Lebih lagi, dengan Peraturan tersebut dan dalam cara yang

terbatas, Ko-Pendiri kita mencoba untuk merasukkan spirit ini ke dalam hidup para bruder dengan menyusun Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin yang berisikan keutamaan-keutamaan khas sebagai religius bruder. Dokumen spiritual ini ditulis pada tahun yang sama ketika ia merevisi Peraturan Kongregasi sekitar tahun 1855, yang didalamnya kita menemukan spirit St. Vinsensius yang sama. Catatan-catatan demikian memberikan kesaksian pengaruh yang terus berlangsung dari spirit Patron Karitas Universal itu248 di dalam Kongregasi kita. Mempertimbangkan akar Spiritualitas Vinsensian yang kita temukan di dalam kehidupan para Pendiri, nama-nama Kongregasi, Peraturan-peraturan/Konstitusi-konstitusi, dokumen spiritual Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin, dengan pasti dan mantap kita mengakui bahwa kita merupakan salah satu anggota di dalam Keluarga Besar Vinsensian.249

248

Tahun 1885, Paus Leo XIII mengangkat Santo Vinsensius de Paul sebagai pelindung karya cintakasih.

249

Betty Ann McNeil menentukan hakikat dan tingkat keterlibatan di dalam Spiritualitas Vinsensian dengan 14 kriteria. Penyelidikan ini menguji 268 lembaga. Tiga di antaranya cocok dengan unsur-unsur yang telah dan sedang kita hidupi di dalam Kongregasi: lembaga yang mengadopsi Peraturan Umum Vinsensius de Paul atau yang secara subtansial mengikorporasikan prinsip-prinsip umum ke dalam aturan hidup mereka, lembaga yang menghormati Vinsensius sebagai salah satu patron dan/atau pelindung, dan lembaga yang mengadaptasi kharisma Vinsensian evangelisasi dan pelayanan kepada kaum miskin dengan penekanan yang khas. Tambahan lagi, dalam apendiks 8, Betty menuliskan bahwa Bruder-bruder FIC merupakan salah satu di antara 26 lembaga yang perlu diteliti lebih lanjut. Yang terakhir ini sesuai dengan kriteria no 7.1 Lembaga yang perlu penyelidikan lebih lanjut. Lihat BETTY ANN MCNEIL,D.C.”Monograph I, The Vincentian Family Tree….”, 4-5&207-208.

BAB TIGA

Spiritualitas Vinsensian Para Pendiri

Sebagaimana telah kita bahas dalam bab pertama, penelitian kita tentang ajaran Konsili Vatikan II mengenai hidup bakti dan pembaruan serta penyesuaiannya membantu kita untuk mengerti inti dasar tempat berpijaknya gerakan pembaruan hidup bakti. Hal yang paling penting adalah bahwa pembaruan hidup bakti hendaknya dimulai dari hidup batin atau hidup rohani. Artinya, di dalam menghadapi situasi dan kondisi zaman baru tempat hidup kita, pembaruan hendaknya didasarkan pada spiritualitas umum hidup kristiani, tradisi-tradisi religius, dan spiritualitas para Pendiri.

Dalam bab kedua, penyelidikan akar Spiritualitas Vinsensian Kongregasi memberi kepada kita suatu insight tentang unsur-unsur konstitutif spiritualitas Kongregasi. Dari kehidupan para Pendiri, kita melihat bahwa hidup mereka digerakkan oleh teladan hidup dan spirit St. Visensius. Cara hidup mereka mengantarkan kita kepada pemahaman akan spiritualitas para Pendiri - yakni spiritualitas yang bersumber pada spiritualitas St. Vinsensius - karena mereka telah mendasarkan pendirian Kongregasi menurut contoh hidup St. Vinsensius. Pada waktu yang sama, mereka mentransfer spiritualitas ini ke dalam hidup para pengikutnya lewat penulisan Regula/Aturan Hidup untuk Kongregasi dan dokumen spiritual Petunjuk- petunjuk untuk Para Pemimpin yang memuat corak khas Spiritualitas Kongregasi.

Atas dasar ajaran Konsili Vatikan II tentang pembaruan hidup bakti, akar Spiritualitas Vinsensian Kongregasi, dan dalam terang terminologis dua istilah “inspirasi” dan “kharisma”, bab ini akan dikonsentrasikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Manakah corak khas spiritualitas Pendiri yang berkesinambungan dengan arus besar Spiritualitas Vinsensian? Manakah corak khas spiritualitas Pendiri yang tak berkesinambungan dengan arus besar Spiritualitas Vinsensian? Bagaimana mereka menterjemahkannya ke dalam konteks dan zaman itu di Maastricht dan ke dalam hidup para

bruder? Jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini merupakan titik berangkat untuk memulai atau meneruskan gerakan pembaruan dan penyesuaian hidup bakti. Konsekuensinya, kita harus bicara tentang Vinsensius de Paul, Spiritualitas Vinsensian, dan bagaimana para Pendiri menghidupkan spiritualitas ini di dalam Kongregasi.

Dalam dokumen BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI pdf (Halaman 94-101)