• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spiritualitas Vinsensian Kongregasi sebagaimana Dihidupi oleh para Pendir

Dalam dokumen BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI pdf (Halaman 122-128)

Setelah menyelidiki spiritualitas Vinsensian, penelitian berikut berhadapan dengan beberapa pertanyaan berikut: “Manakah corak khas spiritualitas Pendiri yang berkesinambungan dengan arus besar Spiritualitas Vinsensian? Manakah corak khas spiritualitas Pendiri yang tak berkesinambungan dengan arus besar Spiritualitas Vinsensian? Bagaimana mereka menterjemahkannya ke dalam konteks dan zaman itu di Maastricht serta ke dalam hidup para bruder? Untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, kita akan meneliti apa yang disebut akar spiritualitas Vinsensian Kongregasi dalam terang Pohon Keluarga Vinsensian (Vincentian Family Tree).

3.1 Dalam terang “Vincentian Family Tree”317

Misi, spiritualitas, dan aturan hidup Vinsensius de Paul telah diadaptasi ke dalam banyak budaya dan lembaga-lembaga baik perempuan maupun laki- laki sejak kelahirannya pada abad XVII di Perancis. Hal itu telah membentuk keluarga besar Vinsensian. Betty Ann McNeil, D.C. mengidentifikasi 268 institusi sebagai yang membentuk keluarga Vinsensian; 70% di antaranya masih hidup. Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi studi ini, yang kemudian disebut Proyek Pohon Keluarga

manapun dan untuk melakukan apa pun. Api cinta itu juga merupakan kualitas yang terkenal dalam diri Vinsensius de Paul dan dalam pelayanannya mengorganisasi begitu banyak perempuan dan laki-laki. Lih. ROBERT P. MALONEY, C.M., “The Way of Vincent de Paul….”, 31, 45-47, 67-69, 170-171; RYBOLT, E., CM., “Menyimak „Lima‟ Keutamaan Karakteristik St. Vincentius”, Surabaya 1991, 43-47.

317

Institut Studi Vinsensian (VSI - The Vincentian Studies Institute) memimpin suatu proyek yang kemudian dikenal dengan Family Tree Poject untuk mengumpulkan informasi tentang keluarga besar Vinsensian dari perspektif genealogi. Proyek ini meneliti perkembangan historis keluarga besar Vinsensian yang tersebar di seluruh dunia sejak tahun 1617. Lih. BETTY ANN MCNEIL, D.C., “The Vincentian Family Tree …”, Chicago 1996; lihat juga oleh pengarang yang sama, “Tracing the Vincentian Family Tree”, RR 56 (1997) 478-490; ROBERT P.MALONEY, C.M., “Go! …”,

(Family Tree Project) merupakan suatu perluasan dari tujuh kriteria yang digunakan oleh Raymond Chalumeau, C.M. Penelitian ini mengidentifikasi empat belas (14) kriteria untuk membedakan tiga kelompok di dalam keluarga besar Vinsensian: lembaga hidup bakti dan tarekat hidup merasul dalam Gereja Katolik Roma, perkumpulan kaum awam, dan lembaga- lembaga religius non-katolik.318 Berikut ini keempatbelas kriteria yang diajukan Betty:

Kriteria

1.1 Lembaga-lembaga yang didirikan oleh Vinsensius de Paul

1.2 Lembaga-lembaga yang mengadopsi Aturan Umum Vinsensius de Paul atau secara subtansial menginkorporasikan sebagian besar prinsip ke dalam aturan hidup mereka

1.3 Lembaga-lembaga yang melibatkan Santo Vinsensius sebagai mentor, pembina, atau terlibat dengan cara lain.

2.1 Lembaga-lembaga yang didirikan oleh anggota, atau anggota lama Kongregasi Misi.

2.2 Lembaga-lembaga yang didirikan oleh anggota, atau anggota lama Serikat Putri-putri Kasih.

2.3 Lembaga-lembaga yang didirikan oleh anggota awam keluarga Vinsensian.

3.1 Lembaga-lembaga yang melibatkan Putri-putri Kasih atau Imam atau bruder sebagai mentor selama pendirian mereka.

3.2 Lembaga-lembaga yang dipengaruhi oleh anggota-anggota Kongregasi Misi atau Putri-putri Kasih.

4.1 Lembaga-lembaga yang menghormati Vinsensius de Paul sebagai salah satu patron mereka.

5.1 Lembaga-lembaga yang mengikrarkan spiritualitas yang sama dengan spiritualitas Kongregasi Misi atau Putri-putri Kasih.

5.2 Lembaga-lembaga yang mengadaptasi kharisma Vinsensian, dengan

318 Lih. B

ETTY ANN MCNEIL,D.C., “The Vincentian Family Tree …”, 3-6; lihat

juga dari pengarang yang sama, “Tracing the Vincentian Family Tree”, 480-481; ROBERT P.MALONEY,C.M., “Go! …”, 12-16,

mengedepankan evangelisasi dan pelayanan kepada orang miskin. 6.1 Lembaga-lembaga yang berhubungan dengan cara-cara yang lain. 7.1 Lembaga-lembaga yang masih perlu diteliti lebih lanjut. Lihat

apendiks 8!

7.2 Lembaga-lembaga yang hanya mempunyai relasi tidak langsung. Kriteria yang digunakan dalam penyelidikan ini menyajikan tingkat kedalaman relasi yang dimiliki oleh suatu lembaga dengan St. Vinsensius. Betty mencatat bahwa Kongregasi Para Bruder dari Keterkandungan Tak Bernoda Maria dan Santo Vinsensius dari Maastricht merupakan satu di antara 26 lembaga yang perlu diselidiki lebih lanjut.319 Berdasarkan kriteria tersebut dan diperjumpakan dengan Spiritualitas Vinsensian yang telah kita bicarakan, bagian berikut akan meneliti kharakteristik spiritualitas Vinsensian Kongregasi.

3.2 “Kesinambungan” dengan Spiritualitas Vinsensian

Menarik untuk dicatat cara VSI (The Vincentian Studies Institute) mengidentifikasi lembaga-lembaga yang memiliki relasi dengan spiritualitas Vinsensian dengan istilah-istilah seperti “karitas” atau “kemiskinan”, atau dengan kata-kata kunci seperti “Vinsensius de Paul” atau “aturan hidup Vinsensius”.320 Dari cara pandang ini, tidak sulitlah untuk mengatakan bahwa ada hubungan antara Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda dengan tradisi Vinsensian. Nama (baca: nama-nama) Kongregasi yang telah diteliti, menampakkan hubungan itu. Lebih lagi, relasi ini menjadi makin konkret dan makin jelas sekurang- kurangnya menurut empat kriteria Family Three Project.

Pertama, kita mengadaptasi apa yang lebih dikenal sebagai aturan hidup Santo Vinsensius (kriteria 1.2). Hoecken menyusun Konstitusi pertama untuk anggota-anggotanya berdasarkan Konstitusi yang pada tahun 1809 disusun oleh Pastor P.J. Triest bagi Bruder Karitas di Gent. Ia menyusun

319 Lih. apendiks 8, B

ETTY ANN MCNEIL,D.C.”Monograph I, The Vincentian Family Tree….”, 207-208.

320 Lih. B

ETTY ANN MCNEIL,D.C., ”Monograph I, The Vincentian Family Tree….”, 1-2, 6-7.

Konstitusi pertama berdasarkan versi-1832 Konstitusi bagi Para Bruder Vinsensius de Paul. Tentang kriteria ini, Betty memberikan catatan bahwa relasi dengan kharisma Vinsensian berdasar Konstitusi mewakili relasi yang paling dekat.

Kedua, Kongregasi menghormati Vinsensius de Paul sebagai salah satu Pelindung Kongregasi (kriteria 4.1). Vinsensius de Paul merupakan pelindung kedua Kongregasi. Dalam Directorium en Boek der Gebruiken voor de Broeders van de Onbevlekte Ontvangenis van Maria dituliskan “Tuhan menghendaki agar St. Vinsensius de Paul menjadi Pelindung yang istimewa bagi Kongregasi kita supaya Vinsensius memperhatikan perkara Kongregasi pada Tuhan dan agar para bruder belajar daripadanya betapa besar kebaktian dan cintakasih mereka harus dikorbankan demi keselamatan jasmani dan rohani sesama manusia.”321 Kenyataannya, karena desakan Dekrit Perfectae Caritatis dan sebagai konsekuensinya membarui Konstitusi, ke-pelindung-an Santo Vinsensius tidak dicantumkan lagi dalam Konstitusi Kongregasi dan diputuskan bahwa Marialah satu-satunya Pelindung Kongregasi. Vinsensius tidak ditemukan lagi dalam Konstitusi 1967 dan kemudian. Karenanya, kita kehilangan sumber Spiritualitas Vinsensian.

Ketiga, kita mengadaptasi aspek-aspek kharismatis Vinsensian tentang evangelisasi dan pelayanan kepada orang-orang miskin (kriteria 5.2). Dari kehidupan para Pendiri dan tujuan pendirian Kongregasi, jelaslah bahwa pendirian Kongregasi adalah untuk pendidikan iman kristiani dan pelayanan kepada orang-orang miskin. Dalam arti yang dasariah, tujuan ini sama dengan kharisma Vinsensian evangelisasi dan pelayanan kepada orang miskin.322 Tambahan lagi, Hoecken menyusun dokumen spiritual Petunjuk- petunjuk bagi Para Pemimpin yang diinspirasi oleh Konstitusi untuk Para Bruder St. Vinsensius de Paul, yang berisi sepuluh keutamaan untuk para

321

Directorium en Boek der Gebruiken voor de Broeders van de Onbevlekte Ontvangenis van Maria, gevestigd te Maastricht, Maastricht 1917, 100.

322 Para Pendiri hidup sederhana, membantu orang-orang miskin baik materi maupun rohani. Yang dimaksud orang-orang miskin adalah para buruh miskin, orang- orang tuna rungu, yatim-piatu dan anak-anak yang menderita. Tujuan utama kongregasi adalah pengajaran dan pendidikan anak-anak, terutama yang miskin. Lih. BRO.PATRICIO WINTERS, “Some Interesting Items …”, 10, 19, 21, 23-25, 33-34, 38, 42-43, 48-49, 53, 59-61, 63-65.

pemimpin. Mempertimbangkan bahwa tulisan tangan pada draft awal menunjukkan banyak kesamaan dengan Konstitusi 1846,323 dapat dikatakan (dengan hati-hati) bahwa Hoecken dengan tekanan dan cara yang tidak langsung, telah mengadaptasi dan memperluas lima keutamaan Vinsensian menjadi sepuluh keutamaan Hoeckenian.324

Terakhir, Kongregasi Para Bruder Santa Perawan Maria yang Terkandung Tak Bernoda sebagai salah satu lembaga yang masih perlu diselidiki lebih lanjut (kriteria 7.1). Pada apendiks 8, Betty mencatat bahwa Para Bruder dari Keterkandungan Tanpa Noda Maria dan dari Santo Vinsensius de Paul dari Maastricht (Bruder FIC) adalah terletak pada urutan kedua di antara 26 lembaga yang masih perlu diteliti lebih lanjut.

3.3 “Ke-tidak-sinambungan” dengan Spiritualitas Vinsensian

Berdasarkan aspek-aspek yang sinambung dengan spiritualitas Vinsensian, di satu pihak, sebagai suatu konsekuensi logis tidak ada satupun hal yang tidak sesuai dengan warisan Vinsensian. Di lain pihak, sulitlah untuk mengatakan bahwa kita sebagai keluarga Vinsensian semua sama dalam segala halnya. Kharakter apakah yang membedakan identitas kita dari yang lain? Dalam merefleksikan kharisma Kongregasi dan karunia-karunia khusus para Pendiri, kita menemukan beberapa unsur yang membedakan diri kita dari lembaga lain di antara keluarga Vinsensian. Unsur-unsur itu adalah instrumen untuk mengungkapkan kharisma tersebut dan cara para Pendiri menerapkannya ke dalam konteks dan situasi zamannya.

Pada awal berdirinya Kongregasi, Rutten secara kurang lebih utuh men- transfer cara hidup Vinsensius di dalam mewujudkan hidup spiritualnya. Ia mengerjakan banyak karya cintakasih untuk menjawab jeritan orang-orang

323

Regula 1846 merupakan regula Kongregasi tertua versi-Bahasa Belanda. 324 “Tradisi” dalam spiritualitas Vinsensian adalah keutamaan

-keutamaan Kongregasi Misi, yakni kesederhanaan, kerendah-hatian, kelemah-lembutan, matiraga, dan semangat untuk penyelamatan jiwa-jiwa; keutamaan-keutamaan Putri-putri Kasih adalah kesederhanaan, kerendah-hatian, dan cinta kasih. Yang dimaksud keutamaan- keutamaan Hoeckenian adalah keutamaan-keutamaan yang ditulis oleh Bernardus Hoecken dalam dokumen spiritualnya, Petunjuk-petunjuk bagi Para Pemimpin. Mereka itu adalah kerendah-hatian, teladan baik, cinta kepada para bruder, saleh, sikap bijaksana, lembut hati, tabah hati, kebijaksanaan dan pengetahuan, semangat dan keteguhan hati, serta percaya kepada Tuhan. Lih. BRO. BERNARD HOECKEN,

miskin. Karena penyakitnya, Rutten tidak mungkin menjadi seorang misionaris, tetapi kehidupannya menampakkan seorang misionaris dalam arti yang hakiki melalui katekese bagi anak-anak miskin di Maastricht. Jika kharakter khas misi Vinsensius adalah berkotbah dan katekese untuk orang- orang miskin di desa-desa pelosok, misi Rutten adalah berkotbah dan katekese bagi anak-anak miskin. Karya kerasulan ini diteruskan oleh Hoecken dan pengikut-pengikutnya. Semboyan “orang miskin adalah tuan dan guru kita” juga sangat dikenal di antara para bruder, sebagaimana hal itu merupakan pengalaman spiritual Vinsensius. Pada tahun 1865, bertepatan dengan ulang tahun Kongregasi ke-25, Br. Bernardus mendorong para bruder untuk memberikan tempat dalam doa-doa mereka bagi anak-anak miskin dan agar jangan pernah melupakan orang-orang miskin. “Janganlah pernah mengabaikan orang miskin, berkat merekalah kita menerima berkat Tuhan; dan Kongregasi kita akan tetap bahagia selama kita mengutamakan orang miskin”.325

Dalam perkembangannya, Rutten bekerjasama dengan beberapa lembaga untuk terlibat dalam karya kerasulannya.326 Ia memberikan semua warisan yang diterimanya dari ayahnya untuk mendukung proyek karya cintakasihnya. Dalam arti tertentu, ke-tidak- sinambungan-nya mengantar para Pendiri kepada cara penerapan dan penyesuaian spiritualitas Vinsensian di dalam konteks tempat dan zamannya di Maastricht.

3.4 Penyesuaian Spiritualitas Vinsensian pada Zamannya

Salah satu di antara alasan-alasan lain yang dimiliki Rutten untuk mendirikan Kongregasi adalah bahwa ia tidak dapat melanjutkan karya kerasulannya

325

BRO.PATRICIO WINTERS, “Some Interesting Items …”, 61. 326

Pada tahun 1842, Rutten mengundang para suster (Sisters of Mercy) dari Belgia untuk mendampingi gadis-gadis yang hamil di luar nikah. Mereka datang ke Maastricht pada tanggal 14 Agustus 1856. Rutten juga bekerjasama dengan para anggota Serikat Santo Vinsensius (SSV). Lih. BRO.PATRICIO WINTERS, “Projet …”, 29- 32, 35-36, 38. Pada tahun 1850, Rutten mengundang para suster Ursulin untuk mendidik para gadis miskin. Pada tahun 1856, Rutten membelikan rumah bagi mereka. Lih. BRO.PATRICIO WINTERS –BRO.THEO VAN SCHAICK, “The Congregation F.I.C in Maastricht”, Maastricht 1997, 4-5.

dengan cara yang sama seperti yang ia tempuh waktu itu. Banyak hal bergantung padanya. Apa yang akan terjadi misalnya, jika ia sakit untuk jangka waktu yang lama atau malah meninggal? Segala karyanya tidak dapat dibeayai oleh dirinya sendiri. Urusan keuangan akan menjadi masalah besar bagi kelangsungan karya cintakasihnya pada masa yang akan datang. Ia juga tidak mampu bekerjasama dengan awam yang hanya bekerja demi uang. Lebih lagi, dengan pendirian Kongregasi, kenyataannya para bruder tidak mampu untuk menangani semua karya yang telah dimulai Rutten. Baik jumlah anggota Kongregasi dan kemampuan para bruder tidak cukup untuk melaksanakan karya-karya tersebut. Tambahan lagi, mereka menyadari bahwa tidak cukuplah hanya mengajarkan iman kristiani kepada anak-anak. Mereka membutuhkan pendidikan dalam ilmu-ilmu manusiawi seperti membaca dan menulis, dan sebagai konsekuensinya juga dibutuhkan guru- guru yang cakap.

Dari sejarah Kongregasi kita tahu bagaimana Br. Bernardus, Br. Louis dan Br. Stanislaus harus mempersiapkan diri untuk pelatihan dan pendidikan guru untuk anak-anak di Bois-le-Duc.327 Ketiga bruder itu telah mengambil langkah pertama menuju kepada apa yang pada kemudian hari menjadi spesialisasi mereka dalam pendidikan dasar. Setelah bertahun-tahun, pendidikan dasar bagi anak-anak miskin menjadi instrument pokok untuk mengungkapkan spiritualitas Kongregasi. Banyak upaya telah dikerjakan untuk memperkembangkan karya pendidikan dasar, seperti menulis buku- buku metode pengajaran Bahasa Belanda, matematika dan fisika, aritmatika komersial, sejarah, dan geografi. Karenanya, orang-orang menyebut mereka bruder-bruder guru.328

Dalam dokumen BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI pdf (Halaman 122-128)