• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vinsensius de Paul: Hidup dan Spiritualitasnya

Dalam dokumen BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI pdf (Halaman 101-122)

Dalam “Kata Pengantar” buku Petunjuk-petunjuk bagi para Pemimpin, Pierre Humblet menegaskan bahwa “Suatu sumber yang pasti dimiliki Hoecken adalah Konstitusi, yang pada tahun 1809 disusun oleh Pastor P.J. Triest (1760-1836) bagi Bruder Karitas di Gent, suatu Kongregasi yang didirikannya. Pada tahun 1841 Hoecken menyusun Konstitusi pertama bagi Kongregasinya yang baru saja didirikan. Konstitusi ini berdasarkan versi- 1832, dengan nama Konstitusi bagi Para Bruder Vinsensius de Paul”.250 Tambahan lagi, baik Mgr. Rutten dan Bernardus Hoecken bersentuhan dengan Spiritualitas Vinsensian melalui pendapat umum dan/atau gerakan Vinsensian yang berkembang luas pada waktu itu. Dalam upaya menanggapi panggilan Konsili Vatikan II untuk kembali kepada sumber-sumber, pentinglah mempertemukan spiritualitas para Pendiri kepada sumber asli, yakni Spiritualitasnya St. Vinsensius de Paul, yang kemudian dikenal dengan Spiritualitas Vinsensian. Perjumpaan itu sekaligus memberikan gambaran dan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.

Biografi Vinsensius de Paul

Tiap penulis biografi Vinsensius, masing-masing memiliki penekanan yang berlainan. Di antara mereka, biografer tentang Vinsensius yang asli adalah Louis Abelly.251 Karya Abelly terdiri dari tiga buku.252 Buku pertama berisi

250

BRO.BERNARD HOECKEN, “Rules of Conduct …”, 15. Cetak miring miliknya. Lihat juga BR.SIGISMUND TAGAGE, “Maastricht …”, 180.

251

Louis Abelly telah mengenal Vinsensius selama kurang lebih 30 tahun; anggota Tuesday Conferences (Konferensi hari Selasa), dan terlibat memberikan misi bersama mereka. Ia tinggal di Paris dan sering menjalin relasi personal dengan Vinsensius. Untuk menuliskan biografi Vinsensius, Alméras mengijikan Abelly untuk menggunakan bahan-bahan dan dua sekretaris Vinsensius, yakni Bruder Bertrand Ducournau dan Louis Robineau sebagai nara sumber yang memberinya bantuan amat baik.

kehidupan Vinsensius. Buku kedua memuat karya-karyanya. Dan buku ketiga menerangkan keutamaan-keutamaan Vinsensius. Karya Abelly memiliki beberapa kekurangan. Dalam mengutip surat-surat Vinsensius atau konferensi-konferensinya, ia sering mengubah paragraf, kalimat atau kata- kata, karena menganggap tulisan-tulisan Vinsensius kurang berkualitas secara literer. Ia juga memiliki praduga tentang apa yang seharusnya terjadi pada pastor yang kudus itu, dan mencoba untuk menjadikan Vinsensius ke dalam kerangka pikiran ini. Ia memberikan kesan bahwa Vinsensius telah menjadi santo sejak kanak-kanak. Tentang kehidupan Vinsensius versi Abelly, André Dodin dalam bukunya La Légende et l’histoire: De monsieur Depaul à saint Vincent de Paul, memberikan argumentasi bahwa “di dalam bukunya Abelly ada peralian dari sejarah ke legenda yakni realitas Tuan Depaul berubah menjadi legenda Santo Vinsensius de Paul.”253

Biografi kedua yang lebih besar tentang Vinsensius diterbitkan pada tahun 1748 oleh Pierre Collet C.M., 2 jilid.254 Membaca bukunya Abelly akan lebih berarti daripada bukunya Collet. Pada tahun 1889, biografi baru tentang Vinsensius diterbitkan oleh Mgr. Louis-Emile Bougaud.255 Penulis biografi lain tentang biografi Vinsensius yakni Pierre Coste menerbitkan 13

252 Buku Abelly telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Italia pada 1912, Bahasa Inggris pada tahun 1993 dan Bahasa Spanyol pada tahun 1994. Lih. LUIS ABELLY, “La vie du vénérable serviteur de Dieu Vincent de Paul. Fondateur de la Congrégation des Prêtres de la Mission et des Filles de la Charité (3 tomi) ” Paris, 1664; terj. Inggris “The Life of the Venerable Servant of God Vincent de Paul (3 vols.)”, New

Rochelle 1993; terj.. Spanyol “Vida del Venerable Siervo de Dios Vicente de Paúl,

fundador y primer superior general de la Congregación de la Misión”, Salamanca 1994. 253

Lih. THOMAS DAVITT, C.M., “Introducing to Vincentian Studies”, [diakses: 11.12.2003],

http://www.famvin.org/en/modules.php?name=Sections&op=printpage&artid=12; THOMAS DAVITT, C.M., “St. Vincent and How to read about Him”, [diakses: 11.12.2003],

http://www.famvin.org/en/modules.php?name=Sections&op=printpage&artid=13.

254

Demi alasan-alasan politik, buku itu diterbitkan di Nancy. Pada waktu itu Nancy adalah suatu daerah di luar Perancis. Buku itu tanpa nama pengarang, tetapi ditulis oleh Piere Collet, C.M. (1693-1770). Lih. PIERRE COLLET, C.M., “La vie de saint Vincent de Paul, instituteur de la Congrégation de la Mission, & des Filles de la Charité

(2 tomi)”, Nancy 1748 ; terj. Inggris “Life of St. Vincent de Paul: Founder of The Congregation of The Mission of The Sisters of Charity (2 vols)”, Baltimore 1845.

255 M

ONSEIGNEUR BOUGAUD, “Histoire de Saint Vincent de Paul. Fondateur de

la Congrégation des Prêtres de la Mission et des Filles de la Charité (2 tomi)”, Paris

jilid, dan tiga jilid diterbitkan kemudian pada tahun 1932.256 Terbitan Coste merupakan buku biografi Vinsensius terpenting yang kita miliki. Kesalahan terbesarnya adalah bahwa buku ini begitu detil bicara tentang apa yang dikerjakan Vinsensius sehingga tidak memberi gambaran jelas kepada kita siapakah Vinsensius itu. Mungkin Coste mengharapkan bahwa para pembaca biografinya telah membaca surat-surat dan konferensi- konferensinya yang menggambarkan Vinsensius secara jelas.

Sejak karya Coste, satu-satunya biografi baru (tentang Vinsensius)257 yakni yang diterbitkan oleh José-María Román, seorang sejarawan terdidik. Karyanya lebih pendek daripada karya Abelly maupun Coste, tetapi buku ini memberikan perkembangan studi Vinsensian dalam setengah abad terakhir sejak Coste. Tambahan lagi, ada beberapa buku lain yang lebih kecil tentang biografi Vinsensius, seperti yang ditulis oleh Mary Purcell, Mgr. Jean Calvet, dan Luigi Mazzadri. Menurut Thomas Davitt C.M., The Life of Saint Vincent de Paul: the World of Monsieur Vincent karya Mary Purcell merupakan karya singkat terbaik dalam Bahasa Inggris.258 Di atas semua itu, dengan merujuk pada buku-buku biografis dan studi belakangan tentang Vinsensius, di antara Vinsensian sendiri sepakat bahwa hidupnya dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni Vincent I dan Vincent II. Atas dasar kerangka tersebut, berikut ini kita akan melukiskan siapa Visensius.

2.1.1 Vinsensius I: Peziarahan menuju Pemerdekaan

Apa yang dimaksud dengan “Vinsensius I” ditemukan dalam kurun waktu 25 tahun pertama imamatnya, pada usia antara 19 dan 45 tahun. Dalam

256

Buku-buku Coste segera diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Joseph Leonard, seorang CM dari Provinsi Irlandia pada tahun 1932, dan dipublikasikan antara tahun 1934-1935; karya terjemahan ini dicetak ulang di Amerika Serikat pada tahun 1987. Lih. PIERRE COSTE, C.M., “Le Grand Saint du Grand Siècle : Monsieur Vincent (3 tomi)”, Paris 1932; terj. Inggris “The Life and Works of St.

Vincent de Paul (3 vols.)”, New York 1987.

257 Karya Román diterbitkan pada tahun 1981, dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Italia, Polandia, dan Inggris. Lih. JOSÉ-MARÍA ROMÁN, C.M., “San

Vicente de Paúl”, Madrid 1981. 258 Lih. T

HOMAS DAVITT, C.M., ”Introducing to Vincentian Studies”, [diakses: 11.12.2003],

tahun-tahun tersebut, kita menyaksikan transformasi kehidupan spiritualnya secara pelan-pelan dan indah. Kita menemukan sesuatu yang tersembunyi tetapi sepenuhnya benar-benar suatu peziarahan yang nyata. Kita dapat menyebutnya “Peziarahan Vinsensius menuju Pemerdekaan”.259 Peziarahannya ini mengungkapkan kedalaman pribadi dan hidup rohaninya. Mengapa kita menyebutnya peziarahan Vinsensius menuju pembebasan? Apa itu artinya?

Vinsensius lahir di Puoy, wilayah sudut timur laut Perancis, atau pada tahun 1580 atau 1581.260 Ia berasal dari keluarga petani sederhana, meskipun tidak terlalu miskin. Orang tuanya, Jean dan Bertran de Paul mendorong dan membantunya untuk menjadi imam. Beruntunglah, bahwa setelah belajar Teologi di Universitas Toulouse, dan meskipun Konsili Trente mendeklarasikan bahwa hendaknya tidak seorangpun ditahbiskan sebelum berumur 24 tahun, Vinsensius merencanakan tahbisannya pada usia 19 tahun. Ia ditahbiskan pada tangal 23 September, 1600 oleh François de Bourdeilles yang meninggal pada usia 84 tahun, satu bulan sesudah upacara tahbisan Vinsensius.261 Tempat tahbisannya amat jauh dari keuskupannya, yakni di Château l‟Évêque, keuskupan Périgueux. Meskipun tahbisannya bukanlah praktik korupsi (imamat) atau tidak bertanggungjawab, tetapi menjadi imam merupakan rencana berbeda, katakanlah ambisi pribadi. Baginya, imamat adalah lebih sebagai karir dan cara hidup demi masa depan yang lebih baik daripada sebagai panggilan. Harapan ini diterangkan oleh Luttenberger dengan kata-kata sebagai berikut:

Meskipun Konsili Trente telah menetapkan usia 24 tahun sebagai batas minimum bagi pentahbisan, pentahbisan dini Vinsensius

259

Bdk. HUGH F.O‟DONNELL, C.M., “Vincent de Paul: His Life and Way”, dalam FRANCES RYAN,D.C.,-JOHN E.RYBOLT, C.M. ed., Vincent de Paul and Louise de Marillac: Rules, Conferences, and Writings. The Classics of Western Spirituality, New York 1995, 14.

260

Jika seseorang menerima tahun 1580 sebagai tahun kelahiran Vinsensius yang benar, maka ia dilahirkan pada tanggal 5 april, bertepatan dengan pesta Santo Vinsensius Ferrer. Sebaliknya jika yang diterima tahun 1581, maka ia dilahirkan pada tanggal 28 Maret. Menurut perhitungan Abelly ia dilahirkan pada tanggal 24 April.

261 Lih. B

ERNARD PUJO, “Vincent de Paul, the Trailblazer”, Indiana 2003, 12- 22. Alasan mengapa Vinsensius tidak ditahbiskan di Dax, wilayah keuskupannya atau di Toulouse, tempat ia belajar teologi, lih. G.F. ROSSI, C.M., “La Schiavitù di s. Vincenzo de‟ Paoli è un Fatto Storico”, Piacenza 1961, 38-41, 59-61.

bukanlah kasus singular dalam akhir abad ke-16 di Perancis. Imamat memungkinkan karir yang menjanjikan bagi para pemuda pada zaman itu, dan Vinsensius tidak luput dari cita-cita seperti itu. Dengan imamatnya, ia berharap bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhan keluarganya.262

Seperti imam-imam yang lain, Vinsensius pada awalnya digoda oleh uang, harga diri dan ambisi akan kekuasaan. Tetapi, semua harapan-harapannya tidak terpenuhi. Selambat-lambatnya tahun 1610, ia menulis surat kepada ibunya menjelaskan kegagalannya untuk memperoleh kedudukan dan pendapatan yang memuaskan.263

Lebih jauh lagi, ia “hilang” selama dua tahun (1605-1607). Satu-satunya penjelasan mengenai masa itu adalah sebuah surat tentang perbudakannya di Afrika Utara, dan ia menghabiskan periode gelap itu dengan hidup sebagai budak bagi empat tuannya secara bergantian.264 Beberapa sejarawan dan biografer mengatakan perbudakan itu tidak terjadi. Apa yang pasti adalah bahwa Vinsensius sendiri menulis surat yang menceritakan perbudakannya. O‟Donnell menjelaskan persoalan tersebut sebagai berikut:

Kita benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jika perbudakan itu merupakan peristiwa sejarah, tidak ada jalan lain bagi ambisi Vinsensius untuk memperoleh kedudukan dan pendapatan, padahal ia menulis suratnya dari Roma pada tahun 1608 dan karenanya ia telah dijanjikan kedudukan yang tinggi. Jika kisah perbudakan dikarang oleh Vinsensius sendiri dalam semangat yang tipikal dengan ejekan ala Gascon atau mungkin untuk mengamankan pendapatan finansialnya dari tuan lamanya, hal itu mengungkapkan perbudakan batinnya selama periode tersebut, pengalaman pribadinya yang tidak terbebaskan, dan akhirnya peristiwa pembebasannya.

262

GERARD H. LUTTENBERGER, “Vincent de Paul‟s Charism in Today‟s Church”, RR 52 (1993), 663.

263 Lih. Surat Vinsensius de Paul kepada bundanya, Paris February 17, 1610 (SV 1, 18-20). Lihat juga HUGH F. O‟DONNELL, C.M., “Vincent de Paul: …”, 15;

GABRIELA TESFAGABER, “St. Vincent de Paul's life and ministry to the poor: a brief

introduction”, AER 31 (December 1989), 368. 264 Lih. B

ERNARD PUJO, “Vincent de Paul, …”, 24-29; G.F.ROSSI, C.M., “La Schiavitù di s. Vincenzo de‟ Paoli ...”, 14-31.

Dalam kasus ini, peristiwa perbudakannya menjadi suatu alegori dari peziarahan batinnya menuju pemerdekaan.265

Pada tahun 1608 Vinsensius datang ke Paris. Kedatangannya di Paris ditandai oleh titik balik dalam peziarahan spiritualnya. Melalui pengaruh Bérulle (pembimbing rohani Vinsensius), dan André Duval (dosen Universitas Sorbonne), saat itu merupakan peristiwa penting pertobatannya. Ia menyadari bahwa ambisinya akan kedudukan dan pendapatan demi hidup yang lebih nyaman telah menjadi batu sandungan bagi kebahagiaan dan karya pastoralnya. Ia mengalami bahwa ia mencintai karya pastoral, karena umat di parokinya (Clichy) yang miskin dan sederhana menyentuh hatinya. Ia menceritakannya kepada Uskup di Paris sebagai berikut:

Saya adalah wakil Negara (a country vicar), demikian ia memanggil dirinya. Saya memiliki umat yang begitu baik dan taat dalam melaksanakan apapun yang saya minta. Ketika saya meminta mereka untuk mengaku dosa pada Minggu pertama dalam bulan, mereka tidak pernah melalaikannya. Mereka datang dan mengaku dosa, dan saya melihat kebaikan mereka dari hari ke hari dalam merawat jiwanya. Mereka memberikan kebahagiaan, dan saya amat senang dengannya. Karena itulah saya biasa mengatakan kepada diriku sendiri: “Allahku! Alangkah bahagia-Nya Engkau memiliki umat demikian baik! Saya berpikir bahwa paus tidak sebahagia seorang wakil pemerintah dengan umat yang demikian baik hatinya”. 266

Dalam pengalaman ini, Vinsensius menyadari dalam-dalam akan kemiskinannya dan karunia kerahiman Allah. Pada satu pihak, ia menyadari dirinya sendiri sebagai orang miskin. Konsekuensinya, ia tidak akan pernah dapat berjumpa dengan seseorang yang lebih miskin dari dirinya. Digerakkan oleh kesadaran akan kemiskinannya yang radikal, ia terbuka untuk menerima setiap orang tanpa penilaian. Dalam pengalaman ini, ada

265

HUGH F.O‟DONNELL, C.M., “Vincent de Paul: …”, 16. Lihat juga José María

Román, “San Vincenzo de‟ Paoli”, Milano 1996, 61-74; 266

SV IX, 646. SV menunjuk kepada empat belas volume karya Vinsensius dalam Bahasa Perancis yang diedit oleh Pierre Coste (Paris 1920-1925). Saya menggunakan terjemahan Joseph Leonard sebagai titik berangkat, tetapi sering memodifikasinya dalam terang naskah asli. Selanjutnya akan dikutip sebagai “SV”, diikuti dengan nomor volume dan nomor halaman. Yang dimaksud sebagai “wakil Negara” mungkin Negara Vatikan. Tampak pada akhir kutipan Vinsensius

kebebasan yang tak terukur, kebebasan di dalam dirinya dan kebebasan terhadap sesama, khususnya orang miskin. Di lain pihak, pengalaman kemiskinan yang radikal ini berjumpa dengan kerahiman Ilahi yang cuma- cuma. Vinsensius menyadari dirinya sebagai pribadi paling kaya yang pernah ia jumpai. Pengalaman akan kemiskinannya dan kemahamurahan Allah merupakan sumber kekuatan yang luar biasa dan sumber buah-buah yang melimpah di dalam periode “Vinsensius II”.267

2.1.2 Vinsensius II: Rasul Belaskasih

“Vinsensius II” mengungkapkan periode karya pelayanan publik Vinsensius yang ditandai dengan karya-karya belaskasihnya. Pertama-tama, pada tahun 1625 Vinsensius mendirikan Kongregasi Misi. Pendirian Kongregasi Misi ini merupakan manifestasi dari peziarahan batin yang mengagumkan dan buah- buah dari persahabatan dengan Bérulle, André Duval, keluarga de Gondi, pribadi-pribadi lain yang berpengaruh. Pendirian Kongregasi ini juga merupakan buah-buah karya pelayanan Vinsensius kepada umat miskin di paroki-paroki Clichy, Folléville, dan Châtillon-les-Dombes.268

Pada permulaannya, Kongregasi Misi hanya beranggotakan empat orang. “Mereka mengabdikan diri kepada karya katekese, berkotbah, dan pengakuan dosa bagi orang-orang miskin di desa-desa”.269 Dalam perkembangan waktu selanjutnya, mereka memperluas karya mereka, seperti retret persiapan tahbisan bagi para calon imam pada tahun 1628, dan Konferensi Hari Selasa pada tahun 1633. Usaha-usaha ini menghasilkan buah melimpah di dalam mempromosikan idealitas imamat dan di dalam menganjurkan untuk saling mendukung di antara para imam sendiri.270

267

Bdk. HUGH F.O‟DONNELL, C.M., “Vincent de Paul: …”, 17-23. 268

Lih. BERNARD PUJO, “Vincent de Paul, …”, 86-93; HUGH F.O‟DONNELL,

C.M., “Vincent de Paul: …”, 24-25; GERARD H. LUTTENBERGER,“Vincent de Paul‟s Charism …”, 666-669.

269 B

ERNARD PUJO, “Vincent de Paul, …”, 87. Lihat juga José María Román,

“San Vincenzo de‟ Paoli”, 155-164.

270 Aspek formasi imamat dari Spiritualitas Vinsensian telah diteliti oleh

Sebastian sebagai “tesis doktorat”. Lih. SEBASTIAN THUNDATHIKUNNEL DEVASIA,

“Priesthood and Formation: The Vision of St. Vincent de Paul in the Light of the Post-

Hal penting kedua adalah pendirian Serikat Putri-putri Kasih. Terinspirasi oleh perempuan-perempuan kaya yang baik hati di dalam Paguyuban Persaudaraan Cinta kasih271 dalam menjawab kebutuhan- kebutuhan orang miskin, para pengemis, dan para narapidana serta di antara narapidana (galley convicts) yang dijadikan budak untuk mendayung kapal- kapal perang, keluarga-keluarga muda yang miskin, para korban kelaparan dan korban perang, bersama Luisa de Marillac mendirikan Serikat Putri- putri Kasih. Pada tanggal 29 November 1633 Serikat Putri-putri Kasih didirikan.272 Sampai pada saat itu, lengkaplah pendirian karya-karya cinta kasih dalam kehidupan Vinsensius: Paguyuban Persaudaraan Cintakasih, Kongregasi Misi, Putri-putri Kasih, retret bagi calon-calon imam, dan Konferensi hari Selasa.

Dalam tahun-tahun selanjutnya, melalui kecekatannya menjawab jeritan kaum miskin, karya Kongregasi Misi merambah dari Perancis ke Itali, Sardenya, Irlandia, dan Skotlandia. Pada tahun 1648 satu kelompok misionaris menuju ke Madagaskar dan pada tahun 1651 satu kelompok lain ke Polandia. Pada tahun 1652, Vinsensius juga mengirim Putri-putri Kasih ke Polandia, dan mengirim ke Madagaskar pada tahun 1656. Karya-karya cinta kasih ini berlanjut, juga setelah Vinsensius meninggal pada tanggal 27 September, 1660, pukul 4:45. Bisa dikatakan, bagi manusia jaman ini, lingkup karyanya tak dapat dibayangkan keluasan dan ragam pelayanannya.273

Cara Hidup Vinsensius de Paul

271

Paguyuban ini dikenal dengan Persaudaraan Cintakasih yang didirikan oleh Vinsensius, suatu organisasi untuk kaum awam, baik untuk perempuan maupun laki-laki, yang juga didirikan di paroki-paroki untuk melayani kebutuhan orang-orang miskin jasmani maupun rohani.

272 Lih. L

UIGI MEZZADRI –LUIGI NUOVO, “Sainte Louise de Marillac par Elle-

Meme”, Roma 1992, 87-91; FRANÇOISE BOUCHARD, “Saint Vincent de Paul ou la charité

en action”, Paris 2001, 153-156; JEAN-YVES DUCOURNEAU, “Saint Vincent de Paul par

ses écrits”, Paris 2003, 70-77. 273 Lih. H

Tidak gampanglah bicara tentang ide-ide spiritual St. Vinsensius. Ia tidak pernah memaparkan gagasan spiritualnya secara sistematis.274 Ajaran spiritual St. Vinsensius ditemukan di dalam kehidupannya.275 O‟Donnell, C.M. menjelaskan, “Titik berangkat untuk menemukan warisan spiritual Vinsensius adalah pemahaman bahwa Vinsensius tidak memiliki suatu spiritualitas. Lebih baik dikatakan, ia memiliki suatu cara hidup”.276

Dalam penelitian berikut, kita tidak akan menganalisa Aturan Hidup Kongregasi Misi, Aturan Hidup Serikat Putri-putri Kasih, dan Aturan Hidup Paguyuban Persaudaraan Cintakasih, juga tidak akan menganalisa surat-surat Vinsensius maupun catatan-catatan konferensi-konferensinya.277 Kita akan menggunakan hasil studi Vinsensian tentang macam-macam aspek spiritualitas Vinsensian,278 untuk dapat menangkap gambaran konsepsi spiritualitas Vinsensian. Untuk dapat memahami lebih baik spiritualitasnya St. Vinsensius de Paul, hendaknyalah didasarkan pada contoh-contoh

274 J

OHN PRAGER, CM, “St. Vincent de Paul and Lay Ministry”, vincentiana 2002 [diakses: 11.12.2003], http://famvin.org/cm/curia/vincentiana/2002/prager-laity.html.

275 Bdk.. G

IUSEPPE L. COLUCCIA, “Spiritualità Vincenziana Spiritualità dell‟Azione”, Roma 1980, 239. Ia menjelaskan, “Hidup rohani Vinsensius bukanlah kehidupan yang dapat disimpulkan dalam suatu rumusan atau suatu sistematika tertentu, tidak akan pernah bisa.[...] ajarannya adalah hidupnya sendiri. ” Cetak miring

miliknya. 276 H

UGH F.O‟DONNELL, C.M., “Vincent de Paul: …”, 30.

277 Catatan-catatan tentang surat-surat, konferensi-konferensi dan dokumen- dokumen lain St. Vinsensius de Paul dikumpulkan oleh Pierre Coste, CM, Saint Vincent de Paul: correspondence, entretiens, documents (Paris, 1920), XV volume (14 vol. +1 vol indeks).

278

Tema kemiskinan Injili dan pelayanan kepada orang miskin merupakan kharakter sentral Spiritualitas Vinsensian. Beberapa penelitian tentang tema tersebut telah dijalankan oleh beberapa anggota Vinsensian. Lih. ITALO G. ZEDDE, C.M.,

“L‟Evangelizzazione dei Poveri Secondo san Vincenzo de‟ Paoli”, (tesis doktorat) Roma

1972; GIUSEPPE L.COLUCCIA, “Spiritualità Vincenziana Spiritualità dell‟Azione”, (tesis doktorat) Roma 1980; ROBERT P.MALONEY, C.M., “The Way of Vincent de Paul. A contemporary Spirituality in the Service of the Poor”, Hyde Park NY 1992; ROBERT P. MALONEY, C.M., “He Hears the Cry of the Poor. On the Spirituality of Vincent de

Paul”, Hyde Park NY 1995; ROBERT P. MALONEY, C.M., “Go! On the Missionary

Spirituality of St. Vincent de Paul”, Salamanca 2000; JOSE MECHERIL, VC., “Poverty as A Sign of the Richness of the Kingdom of God. A Study of Evangelical Poverty in the

Indian Context with Special Reference to the Motto of the Vincentian Congregation”,

partikular yang mengantar kita sampai kepada apa yang disebut spiritualitas Vinsensian.

Dua Pengalaman yang Sarat Makna

Pengalaman pertama terjadi di Folléville.279 Ditemani oleh Madame de Gondi saat mengunjungi para buruh yang bekerja di tanah pertaniannya, Vinsensius menyadari akan penderitaan yang amat menguasai di antara penduduk desa di Folléville, Picardy. Pada suatu hari di bulan Januari 1617, terdengar berita yang berasal dari daerah dekat Gannes, dua mil jauhnya, bahwa ada seorang petani miskin yang sakit keras yang ingin bertemu dengan Vinsensius. Bergegaslah ia pergi ke rumahnya. Sesampainya di sana, dengan rendah hati Vinsensius duduk di sisi tempat tidur petani itu untuk mendengarkan pengakuan dosanya. Ia mendorong untuk pengakuan dosa atas semua dosa-dosa selama hidupnya. Petani itu mulai mendoakan rosario sebagai silih atas dosa-dosanya. Bagi Vinsen, peristiwa itu lebih buruk daripada yang ia sangka.

Orang yang sedemikian dihormati dan saleh, tetapi dikuburkan dengan kesadaran akan beban berat yang tidak pernah ia ungkapkan. Tahun berganti tahun, dari pengakuan yang satu ke pengakuan yang lain, ia tetap diam - karena tidak tahu, malu dan pura-pura baik - mengenai dosa-dosa terbesarnya. Vinsensius memiliki feeling bahwa dalam peristiwa menjelang ajalnya ia menarik jiwanya dari cengkeraman kuasa setan. Petani miskin itu merasakan hal yang sama. Perasaan sesal karena dosa-dosa seluruh hidupnya meninggalkan perasaan cemas di dalam jiwanya. Ia merasa dibebaskan. Jika pengakuan dosa itu tidak terjadi, ia akan mendapat

Dalam dokumen BERTOLAK DARI SPIRITUALITAS PENDIRI pdf (Halaman 101-122)