• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3.2 Efektivitas Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Merujuk kepada pendapat para ahli (Flippo dalam Panggabean (2004) dan (2005)), maka dapat di ambil kesimpulan bahwa indikator efektivitas dalam ranah menejerial adalah sebagai berikut :

16. Adanya dukungan yang diberikan oleh Top Menager dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Kebijakan perusahaan, dalam hal ini PT Djarum akan sangat menentukan bagaimana kesehatan dan keselamatan kerja akan berjalan di unit SKT Megawon II. Dukungan dari Top Manager sangat dibutuhkan.

Selain hal tersebut sebagai kewajiban dari pemilik usaha untuk melindungi karyawannya, tetapi juga sebagai wujud kepedulian pemilik usaha untuk menjaga asset terpenting yang ada di PT Djarum Kudus. Salah satu wujud dukungan dari menejer puncak adalah dengan memasukkanya indikator kesehatan dan keselamatan kerja ke dalam DQMS (Djarum Quality Management System). DQMS adalah suatu jaminan kualitas yang di

berikan oleh PT Djarum dalam melakukan produksi di unit Sigaret Keretek Tangan.

17. Adanya kebijakan tertulis dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja Dalam melaksanakan program K3, menejer puncak sebagai pemegang kekuasaan tertinggi harus memberikan dukungannya secara nyata dalam hal K3. Salah satu bentuk dukungan yang dapat di berikan adlah dengan memberikan sebuah kebijakan tertulis sebagai acuan menejemen mengelola K3 di perusahaannya.

Bapak Jahroni menjelaskan tentang adanya kebijakaan tertulis yang dimaksud oleh peneliti. “Kebijakan tertulis itu yang sudah jelas terpampang di dqms yang bisa di lihat di pintu depan dan juga di tempel di beberapa bagian tembok lain”, Pak J menjelaskan. Pada PT Djarum kebijakan tertulis tersebut tertuang dalam peraturan dan keputusan P2LK3 (Panitia Pembina Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

Keputusan itu berupa keputusan Selain itu jaminan kesehatan dan keselamatan kerja ada pada DQMS yang digunakan sebagai jaminan mutu perusahaan.

18. Adanya struktur organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Program kesehatan dan keselamatan kerja yang ada di unit Megawon II, dijalankan fungsinya oleh suatu struktur ataupun kepengurusan agar fungsi dari program yang menjadi tujuan dapat berjalan sebagai mana mestinya. Dalam hal ini unit Megawon II telah memiliki

kepengurusan yang terstruktur dengan baik. Berikut adalah struktur P2LK3 yang ada di SKT Megawon II :

Struktur P2LK3 Megawon II

Bagan 3.1

Sumber PT Djarum SKT unit Megawon II Koordinator :

19. Kepengurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berjalan dengan baik

Pada unit Megawon II, kepengurusan K3 telah berjalan dengan baik. Dikatakan baik karena kepengurusan K3 trelah mampu memiliki sistem perencanaan, pelaksanaan dan kontrol yang menjadikan program K3 di unit Megawon II terlaksana. Bahkan kepengurusan di Unit Megawon II mampu mendapatkan bendera emas dan predikat zero accident, sehingga peneliti menilai bahwa kepengurusan K3 di Megawon II telah berjalan dengan baik.

“Dengan jabatan saya sebagai supervisor otomatis kita koordinator, wakil koordinator.. sebagai koordinator itu jabatannya menejer” ujar pak Fariz dalam wawancara yang dilakukan peneliti.

Meskipun telah berjalan namun yang disayangkan, terjadinya penumpukan jobdis pada setiap anggota pengurus. Karena di unit SKT Megawon II tidak memiliki penanggung jawab K3 secara utuh. Pejabat K3 yang ada di Megawon II adalah pejabat produksi juga, yang menyebabkan adanya penumpukan jobdis. Walaupun telah berjalan secara baik, akan tetapi kekurangan ada pada penumpukan pekerjaan dan tanggung jawab pada setiap pejabat di unit SKT Megawon II.

20. Adanya tujuan yang jelas dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pada unit SKT Megawon II, adanya keamanan dan kenyamanan tempat kerja yang ada, atau dapat pula dikatakan tempat kerja yang ada

sudah kondusif. Sehingga karyawan yang bekerja disana sudah merasa aman dan tidak takut terjadi apa-apa. Semua itu tidak terlepas dari tujuan yang telah di jadikan acuan oleh pengurus K3 di unit SKT Megawon II.

“Tujuan utama K3 memang kita sebagai karyawan atau suatu perusahaan memang, memang kita harus menjaga semua asset, karyawan untuk kesehatan dan keselamatan kerja agar kita bisa lebih produktif dalam hasil” jawab Pak Fariz dalam wawancara. Jawaban tersebut menunjukan bahwa tujuan K3 di Unit Megawon II memang dilaksanakan demi terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja karyawan sehingga mampu meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tujuan yang seperti ini menunjukkan perhatian yang sangat lebih dari menejemen terhadap pekerja yang ada. Mereka menyayadari bahwa dengan melindungi karyawannya maka akan melindungi asset berharga mereka pula.

21. Adanya pelatihan Khusus yang diberikan untuk pelaksana Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Unit Megawon II yang sebagai salah satu unit dari 33 unit yang dimiliki PT Djrum Kudus, telah melaksanakan semua pelatihan yang di selenggarakan oleh panitia P2LK3 pusat. Semua koordinator telah melakoni semua pelatihan yang di adakan dan di butuhkan demi tercapainya tujuan K3 di unit Megawon II. Pelatihan yang dilaksanakan oleh pelaksana program K3 antaralain :

- Pelatihan damka (Pemadaman Kebakaran) - Pelatihan evakuasi

- Pelatihan P3K (Pertolongan pertama pada kecelakaan) - Penyelenggaraan kesehatan lingkungan

Menurut Bapak Jahroni selaku unit head sekaligus merangkap sebagai koordinator bidang evakuasi, “pelatihan dilakukan sebagai kewajiban bagi seorang koordinator K3 di unit Megawon II”. Bapak Febrian Ndaru selaku unit head bagian humas sekaligus koordinator fire fighter di unit Megawon II juga menambahkan “apabila tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan panitia pusat, maka yang bersangkutan tidak dapat menjadi koordinator salah satu bidang K3 di unit SKT Megawon II”.

22. Adanya pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diberikan kepada karyawan

Bapak Jahroni menjelaskan bahwa di Unit SKT Megawon II selalu di adakan simulasi. Simulasi yang dilakukan adalah berupa simulasi kebakaran, simulasi gempa, simulasi pertolongan pertama pada kecelakaan dan juga himbauan untuk menjaga kesehatan pribadi serta kebersihan lingkungan sekitar. Keterbatasan waktu menyebabkan peneliti tidak dapat menemukan pelatihan yang dimaksud secara langsung. Namun berdasarkan data catatan yang ada di unit Megawon II, pelatihan semacam itu selalu dilakukan setahun sekali. Pelatihan dan simulasi biasa di adakan pada bulan mei atau juni, tergantung pada tingkat kesibukan unit itu sendiri.

23. Semua bentuk penataan dan lokasi tempat produksi yang aman

Pada unit Megawon II, kondisi tempat kerja yang ada telah sesuai dengan perturan yang diberlakukan oleh menejemen. Lantai yang ada, telah terbuat dari bahan keramik yang bahannya tidak licin dan mudah untuk dibersihkan. Terutama lantai yang digunakan sebagai jalur untuk berjalan kaki ataupun lalu lintas barang. Selain itu menurut bapak Jahroni selaku unit head dan sekaligus merangkap sebagai koordinator bidang evakuasi,

“atap di buat dari bahan yang tidak menimbulkan panas di dalam ruangan, juga selalu di adakannya pengecekan infrastruktur setiap sebulan sekali”.

Peneliti menemukan bahwa lokasi tempat kerja yang ada di unit Megawon II dirasa sangat aman dan nyaman. Ruangan yang lebar dan tinggi, jalan antara blok satu ke blok yang lain luas, lokasi yang bersih dan bangunan yang kokoh membuat peneliti merasa aman. Terlebih dengan penataan tempat produksi yang rapi di lokasi kerja. Meskipun dengan menggunakan tenaga manusia, tetapi ruangan sangat bersih dan tertata rapi baik saat melakukan proses produksi maupun setelah proses produksi berlangsung. Keberadaan gudang yang tanpa menggunakan pembatas di sisi depan dan belakang tempat produksi juga tidak menjadikan karyawan dan peneliti merasa terganggu atau bahkan terancam dari aktivitas yang ada di gudang.

24. Adanya dokumen-dokumen dan atau catatan-catatan tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dalam studi dokumentasi yang dilakukan peneliti, pada unit Megawon II telah menyelenggarakan pencatatan tentang keelakaan kerja yang pernah terjadi pada karyawan di unit tersebut. Catatan tersebut tertata rapi sehingga memudahkan pelaksana untuk mencari data tentang kecelakaan yang pernah terjadi. Dari catatan itupun peneliti mendapatkan tidak adanya kecelakaan kerja yang terjadi dalam lokasi produksi atau dalam proses produksi. Semua kecelakaan yang terjadi adalah ketika karyawan hendak berangkat atau pulang kerja. Catatan ini diletakkan di ruang meeting sehingga memudahkan peneliti untuk mencari dan mempelajarinya karena tempat beristirahat peneliti selama peneliti adalah di ruang meeting.

25. Adanya kontes Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diterapkan

Pada unit SKT Megawon II, kontes seperti ini belum pernah di selenggarakan. Pak Jahroni mengatakan, “kita masih kewalahan apabila harus menilai cara kerja dan usaha karyawan dalam jumlah sebanyak itu”. Jumlah karyawan yang mencapai 2.000 tenaga kerja lebih,memang menjadi suatu kendala yang di hadapi pelaksana untuk dapat melaksanakan kontes K3. Selain dengan terbatasnya jumlah pelaksana, ukuran dan indikator penilaian dari kontes K3 ini juga di akui bapak Jahroni belum di miliki oleh pelaksana.

26. Adanya analisa penyebab kecelakaan kerja yang dilakukan oleh pengurus di unit SKT Megawon II

Pada unit Megawon II sampai saat ini dapat dikatakan zero apabila dalam hal kecelakaan saat bekerja. Saat dilakukan observasi pendahuluan (magang kerja) kurang lebih selama satu bulan, peneliti tidak menemukan adanya kecelakaan saat bekerja. Bapak Fariz juga mengatakan bahwa

“kebanyakan kecelakaan di dalam pekerjaan memang zero atau memang tidak ada, yang sering terjadi kecelakaan kerja itu mau berangkat atau pulang kerja”. Selain itu, studi dokumentasi juga dilakukan oleh peneliti untuk melihat pencatatan kecelakaan kerja selama tiga tahun terakhir.

Hasilnya menyatakan bahwa terjadi penurunan angka kecelakaan lalu lintas dari tahun 2009, 2010, dan 2011 yang terjadi pada unit Megawon II.

Namun walaupun kecelakaan kerja yang terjadi bukanlah terjadi saat bekerja akan tetapi saat berangkat ataupun pulang kerja, PT Djarum Unit SKT Megawon II tetap memenuhi kewajibannya. Kewajiban yang di maksud adalah pemberian santunan atau tunjangan akibat keceelakaan yang dialami oleh korban. Santunan yang diberikan saat peneliti melakukan penelitian adalah dengan pembiayaan obat, rumah sakit dan asuransi.

27. Adanya evaluasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilakukan oleh pengurus.

Unit Megawon II melakukan evaluasi K3 dengan melakukan patrol sebulan sekali. Patrol yang di lakukan adalah untuk mengamati catatan

kecelakaan, keadaan gedung dan persyaratan lain yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 1 tahun 1970. Evaluasi yang dilakukan kemudian di akhiri dengan adanya rekomendasi tentang perbaikan. Baik perbaikan sarana dan prasarana hingga perbaikan pelaksanaan program K3. Patrol yang dilakukan ini adalah setiap satu bulan sekali. Patrol dilakukan oleh semua kooedinator K3 di unit Megawon II. Menurut bapak Yuli selaku koordinator P3K, “kita selalu ada patrol setiap sebulan sekali, gunanya untuk ngecek gedung, peralatan kesehatan dan juga peralatan keselamatan,,termasuk juga lingkungan sekitar”

28. Adanya audit Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Audit dilaksanakan untuk menilai pelaksanaan program K3 di suatu perusahaan. Auditpun dapat dilakukan dalam dua hal, yaitu audit internal dan audit eksternal. Pada audit intenal tim audit terdiri dari pengurus pusat K3 yang membawahi bagian-bagian seperti Megawon II.

Sedangkan audit eksternal, dilakukan oleh sebuah badan atau perusahaan lain yang bergerak di bidang penilaian kinerja K3.

“Kita tiap tahun diadakan audit, audit internal ya,, dan itu memang ada simulasi evakuasi dan kita punya tim ERT yang tujuannya tiap tahun kita kelola” ujar pak Fariz. Unit SKT Megawon II bahkan mampu mendapatkan predikat bendera emas. Bendera emas di dapatkan sebagi predikat yang diperoleh karena eksistensi dan kepedulian unit SKT Megawon II untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja sehingga secara langsung turut menjaga karyawan dari bahaya yang dapat

terjadi. Selain di adakannya audit internal, pada studi dokumentasi peneliti mendapatkan adanya pencatatan tentang audit eksternal yang pernah dilakukan unit Megawon II. Menurut bapak Jahroni, audit eksternal dilakukan tiga tahun sekali, sedangkan audit internal hanya setahun sekali.

Hasil yang di dapatkan oleh unit Megawon II dalam audit eksternal juga sangat memuaskan. Terbukti dengantidak di temukannya catatan buruk yang ada pada unit Megawon II.

29. Adanya upaya peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

Bapak Fariz mengatakan “untuk meningkatkan program K3, unit Megawon II membuat prosedur setiap aktivitas kerja, mengadakan patrol, dan juga setiap tahun juga di adakan audit”. Bahkan menurut pak Fariz, kesehatan dan keselamatan kerja di unit Megawon II masuk ke quality management. Dalam pengamatan di lokasi produksi, peneliti menemukan banyak hal yang di upayakan oleh Unit SKT Megawon II. Temuan tersebut antara lain :

- Terdapat beberapa poster-poster atau tanda peringatan,

Poster atau tanda peringatan yang ada menunjukkan kondisi yang ada di dekatnya. Himbauan yang ada di poster tersebut seperti lantai licin yang ada di kamar mandi, hati-hati yang ada di sekitar lokasi produksi, dan masih banyak himbauan lain. Bahkan bagi tamupun di temukan sebuah banner yang menunjukkan aturan atau petunjuk apabila ter kondisi darurat.

- Pelaksanaan simulasi evakuasi kebakaran dan atau gempa,

Simulasi ini dilaksanakan setahun sekali yang di pimpin oleh koordinator bidang terkait. Seperti apabila dilakukan simulasi kebakaran maka akan di pimpin oleh bapak Febrian Ndaru.

Simulasi evakuasi oleh bapak Jahroni, dan simulasi Pertolongan pertama oleh bapak Yuli Andreas.

- Senam pagi secara rutin sebelum bekerja sebagai peregaangan, Senam pagi dilakukan untuk melakukan pemanasan sebelum melakukan kegiatan produksi. “Senam pagi ini baru dilaksanakan

±sebulan yang lalu” ujar pak Yuli. Senam ini di pimpin oleh mandor blok masing-masing yang sebelumnya telah melakukan pelatihan beberapa gerakan ringan yang menjadi gerakan senam.

- Pelatihan pemadaman api kepada tim penanggulangan kebakaran, Pelatihan ini dilakukan kepada tim fire fighter yang ada di unit Megawon II yang di koordinatori oleh bapak Febrian Ndaru.

Pelatihan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang pemadaman api bila terjadi kebakaran. Sedangkan jumlah team pemadam ini sendiri adalah 9 orang yang terdiri dari satu koordinator dan 8 anggota. Anggota dari tim ini merupakan mandor yang selalu berada di tempat produksi sehingga memudahkan proses penanganan bila terjadi kebakaran.

- Pembuatan berbagai SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk mengurangi timbulnya kecelakaan,

SOP yang dibuat berupa prosedur mengangkat barang (kardus berisi rokok), menurunkan muatan (tembakau, papir, ataupun bahan baku lain), serta prosedur evakuasi. Peneliti justru tidak menemukan prosedur tertulis tentang proses produksi yang setiap hari dilakukan oleh pekerja.

- Sosialisasi atau mengingatkan secara langsung melalui pengeras suara kepada seluruh karyawan untuk bertindak secara aman.

B. Pembahasan