• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.11 Standar Yang Ditetapkan Dalam Pembuatan Rokok

1. Tidak boleh ada defect (cacat pada rokok), jenis defect tersebut antara lain:

- Keras sampai sulit sekali dihisap - Medot

- Gembos - Cowong Ekor

- Cowong Kepala > 3 mm - Cowong Kepala < 3 mm - Banggal (ekor, tengah, kepala) - Kertas Sigaret Berlubang - Talipan Kurang Rekat (ngepyar) - talipan rokok tidak rapi - Kotor di bagian ekor - kotor tidak di bagian ekor

- Keriput - Cincin Menceng > 1 mm

- Yellow Spot eks produksi - yellow spot eks pasar - Potongan ekor rokok tidak rapi (pritil) - ptongan kpala rkok tdk rapi - Salah penggunaan material - Foreign material pada rokok - Cetakan tidak ada / polos - Mutu cetakan jelek

- Diameter ekor -/ kepala tidak sesuai - ketajaman verge/repse - Diameter ekor -/ kepala kurang sesuai

2. Rata-rata kecepatan produksi 560 batang rokok/jam.

3. Dalam sehari maksimal rokok yang mampu diproduksi adalah 4000 batang.

4. Pemanfaatan bahan baku secara efisien dan tidak boleh ada yang terbuang.

5. Dalam pelaksanaan kegiatan produksi harus selalu menanamkan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

PT Djarum unit Sigaret Kretek Tangan (SKT) Megawon II, memiliki program Kesehatan dan Keselamatan Kerja sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku di Indonesia. Dalam undang undang ketenaga kerjaan juga disebutkan bahwa perusahaan harus melakukan beberapa hal demi terciptanya Kesehatan dan Keselamatan Kerja karyawan karena Karyawan adalah asset terpenting yang dimiliki perusahaan. Hal-hal yang diamanatkan dalam UU No.1 tahun 1970 adalah

1) Setiap tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada ditempat kerja harus mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatannya;

2) Setiap sumber produksi dapat di pakai dan dipergunakan secara aman dan efisien;

3) Setip hasil produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.

PT Djarum telah membentuk panitia pelaksana kesehatan dan keselamatan kerja yang di sebut P2LK3 (Panitia Pembina Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) yang dibentuk untuk mewujudkan keselamatan dan kesehatan kera yang diharapkan pemerintah dan juga perusahaan. Panitia ini dibentuk disetiap unit produksi, tujuan dibentuknya P2LK3 adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan dan menangani hal-hal yang berhubungan dengan K3LH (Keselamatan, Kesehatan

Kerja dan Lingkungan Hidup), sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan, dan pencemaran lingkungan.

3.1 Upaya pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT Djarum Unit SKT Megawon II

3.1.1 Kesehatan Kerja

Dalam menyelenggarakan Kesehatan kerja, unit SKT Megawon II membagi sistem kesehatan menjadi dua, yaitu pembiayaan kesehatan dan pelayanan kesehatan.

3.1.1.1 Pembiayaan Kesehatan

Dalam pembiayaan kesehatan Unit SKT Megawon II mengikuti kebijakan dari pusat yaitu memberikan berbagai pembiayaan apabila terjadi kecelakaan, tunjangan Hamil, Melahirkan, Rumah sakit dan biaya kesehatan lain. Biaya cuti hamil dibayarkan dengan 3 tahap yaitu saat mengambil cuti hamil, setelah melahirkan sebagai biaya persalinan dan yang terakhir adalah tunjangan pasca melahirkan (nifas). Pemberian biaya rumah sakit yang terjadi kerena kecelakaan kerja maupun kerena suatu sebab lain yang menyebebkan karyawan SKT Megawon II menjadi harus berobat akan di tanggung oleh perusahaan dengan catatan masih menggunakan obat generik atau sesuai yang di anjurkan oleh dokter atau rumah sakit rujukan dari perusahaan.

Berdasarkan catatan yang ada di unit Megawon II, peneliti melihat bahwa pada umumnya pembiayaan biaya rumah sakit ini adalah karena adanya penyakit yang di derita oleh karyawan bersangkutan atau kecelakaan yang

justru terjadi bukan saat bekerja. Kecelakaan yang di maksud adalah kecelakaan lalu lintas saat karyawan berangkat ataupun saat pulang kerja.

“Kebanyakan kecelakaan kalau di, di dalam pekerjaan memang zero atau memang tidak ada,, yang sering terjadi kecelakaan kerja itu mau berangkat atau pulang kerja”, ujar bapak Fariz selaku wakil koordinator P2LK3 di unit Megawon II. Menurut penuturan beliau, lokasi dan tempat kerja memang sudah di buat seaman mungkin sehinngga dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang dapat terjadi di lokasi produksi.

3.1.1.2 Pelayanan Kesehatan

Dalam Meilan dan Hastho, suatu pelayanan kesehatan di sutau perusahaan dapat dikatakan baik apabila dapat memenuhi persyratan-persyaratan tertentu. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan tersebut, unit SKT Megawon II telah berusaha memenuhi persyaratan tersebut, antara lain :

1. Tersedia (available)

SKT Megawon II telah menyediakan pelayanan kesehatan berupa poliklinik di dalam lingkungan perusahaan. Poliklinik tersebut berada di bagian depan sebelah selatan tempat produksi. Bahkan lokasinya menjadi satu dengan bengunan lokasi produksi. Poliklinik tersebut telah tersedia dengan memberikan fasilitas terdiri dari:

a) Ruang tunggu pasien b) Ruang pendaftaran c) Ruang periksa d) Ruang obat

Sedangkan pengelolaan poliklinik tersebut dilaksanakan dengan menyediakan tenaga kesehatan antara lain :

a. Satu orang dokter umum.

Dokter umum bertugas melakukan pemeriksaan apabila terjadi karyawan atau tenaga kerja yang sakit dan memeriksakan penyakitnya ke poliklinik.

b.Satu orang bidan

Pada unit Megawon II, bidan bertugas untuk melaksanakan cek kandungan dan melakukan rekomendasi kapan harus dilaksanakan cuti sehingga dapat mengurangi biaya pengeluaran karyawan.

c. Satu orang tenaga para medis (perawat)

Tugas dari tenaga para medis (perawat) yaitu membantu kerja dokter dan bidan yang bertugas.

d.2 orang bagian administrasi

Tugas dari bagian administrasi yaitu mencatat rekapitulasi data tenaga kerja yang periksa ke poliklinik serta mendokumentasikan dalam bentuk tulisan.

2. Wajar (appropriate)

SKT Megawon II berada di tengah lingkungan masyarakat dan tidak seberapa jauh dengan rumah sakit rujukan. Dalam hal ini, SKT Megawon II menyediakan Ambulan yang selalu siaga apabila memang harus ada rujukan ke rumah sakit. Ambulan di rasa sangat wajar

keberadaannya, mengingat salah satu alat transportasi yang mudah di gunakan dan jalur lalu lintas yang tidak begitu ramai sampai ke rumah sakit rujukan. Selain adanya akses lalu lintas yang mudah untuk di lalui, pengadaan ambulan juga dirasa tidak berlebihan dalam menjamin kesehatan dan keselamatan kerja karyawan.

3. Berkesinambungan (continue)

Pelayanan kesehatan secara berkesinambungan belum dapat dilaksanakan oleh unit Megawon II, karena jumlah karyawan di unit SKT Megawon II mencapai jumlah 2.224 orang, menyebabakan unit ini sulit untuk melakukan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan. Selain masih sulitnya memilih cara yang tepat untuk melakukan pengecekan kesehatan, Megawon II juga hanya mampu mengikuti keputusan dari pusat untuk melaksanakan program ini.

Sampai saat ini, pihak unit Megawon II belum mendapatkan kebijakan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan secara berkesinambungan. Akan tetapi dengan tersedianya poliklinik di lokasi produksi, diharapkan mampu memudahkan karyawan untuk melaksanakan pengecekan kesehatan karyawan sewaktu-waktu karyawan menginginkannya.

4. Dapat diterima (acceptable)

Unit SKT Megawon II telah memberikan pelayanan yang sesuai dengan keputusan dari menejemen puncak yang berlaku, terbukti

dengan adanya tenaga kesehatan yang tersedia di poliklinik tersebut.

Apabila poliklinik merasa tidak mampu untuk menangani penyakit yang diderita oleh karyawan, maka telah tersedia rumah sakit rujukan sebagai pihak ke 3. Dengan keberadaan tenaga kesehatan yang memadai, diharapkan dapat diterima dengan dengan baik keberadaannya. Tidak di pungkiri bahwa unit Megawon II masih memiliki beberapa keterbatasan di bidang pelayanan kesehatan. Akan tetapi dengan adanya pihak ke 3 juga di harapkan mampu membantu dan menjadikan pelayanan kesehatan di unit Megawon II dapat di terima dengan baik oleh karyawannya.

5. Dapat dicapai (accessible)

Pelayanan kesehatan di Unit SKT Megawon II sangat dekat dengan keryawan yang membutuhkan. Poliklinik yang berada di sekitar lokasi produksi membuat karyawan yang menderita penyakit tertentu dapat mudah memriksakan penyakitnya tersebut. Poliklinik ini memang hanya di buka pada pukul 08.00 sampai pukul 14.00, tetapi poliklinik ini juga melayani pemeriksaan kesehatan ataupun pengobatan dari warga sekitar pabrik. Poliklinik yang bangunannya menjadi satu dengan gedung tempat produksi menjadikan karyawan mudah untuk menuju ke poliklinik tersebut. Dengan jam pekayanan yang sesuai dengan jam kerja, juga menjadikan karyawan sangat mudah untuk mencapai atau menuju poloklinik unit ini.

6. Terjangkau (affordable)

PT Djarum unit SKT Megawon II juga telah memilih layanan kesehatan yang memadai. Hal tersebut tampak pada ketersediaan fasilitas dan juga tenaga medis di poliklinik unit. Namun PT Djarum juga tetap memilih pelayanan yang terjangkau bagi perusahaan.

Maksudnya adalah PT Djarum tetap menggunakan obat-obat jenis generik untuk di berikan kepada karyawan yang sakit meskipun dengan tingkat perhatian yang cukup tinggi akan K3 kepada karyawannya. Digunakannya obat generik karena harganya terjangkau oleh perusahaan, mengingat jumlah karyawan yang tidak sedikit.

Selain itu obat generik juga tidak terbukti buruk bagi penyembuhan kesehatan. Banyak karyawan yang cocok atau dapat sembuh dengan melakukan pengobatan di poliklinik atau ke rumah sakit rujukan yang telah di sediakan.

Secara rinci pelayanan kesehatan yang telah dilakukan oleh unit SKT Megawon II adalah sebagai berikut :

1. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

P3K di unit SKT Megawon II menyediakan berbagai fasilitas guna menunujang penyelenggaraan kesehatan kerja di unit megawon II.

Fasilitas yang di sediakan oleh unit Megawon II, antara lain : a. Kotak P3K

Kotak ini menyediakan berbagai perlengkapan yang diperlukan dalam pertolongan pertama pada kecelakaan kerja. Kotak P3K

berjumlah 24 buah dengan diadakannya pemeriksaaan setiap 2 bulan sekali untuk menghindari kadaluarsa pada obat-obatan yang ada. Kotak P3K yang ada di perusahaan di letakkan di setiap unit.

Kotak P3K berisi peralatan untuk mencegah luka yang diderita oleh tenaga kerja semakin parah. Isi kotak P3K tersebut adalah :

1. Gunting 2. Kain kasa 3. Kapas

4. Larutan pembersih mata 5. Betadhine

6. Handsaplas 7. Senter 8. Masker 9. Revanol 10. Sarung tangan 11. Alcohol 12. Plastic 13. Aquadest

14. Kain segitiga/mitella 15. Perban

16. Plester 17. Pinset

18. Buku panduan P3K

19. Buku catatan daftar isi kotak P3K b. Petugas P3K

Petugas P3K yang bertanggung jawab adalah peugas first aid yang bertanggung jawab pada pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan kerja. Petugas ini selalu siaga karena anggotanya merupakan mandor yang selalu berada di lokasi produksi. Petugas first aid di pimpin oleh bapak Yuli Andreas yang juga bertugas sebagai kasir atau penanggung jawab pembayaran gaji karyawan borong setiap harinya. Petugas ini juga selalu mengadakan simulasi P3K setiap setahun sekali bersamaan dengan dilakukannya simulasi kebakaran dan evakuasi. Petugas ini berjumlah 16 orang, yang terdiri dari satu karyawan bulanan yang merupakan koordinator petugas first aid (Bapak Yuli Andreas) dan 15 orang karyawan harian yang terdiri dari mandor giling dan press.

c. Mobil atau kendaraan evakuasi.

Adanya satu unit ambulan yang selalu siap dan siaga apabila terjadi keadaan darurat dari kesehatan karyawan pada unit SKT Megawon II. Sehingga apabila terjadi kondisi luar biasa atau kondisi yang tidak inginkan, Unit SKT Megawon II tidak mengalami kendala dalam melakukan evakuasi.

d. Rumah Sakit Rujukan

Rumah sakit yang ditunjuk sebagai pihak ke 3 adalah rumah sakit yang keberadaanya tidak terlalu jauh dengan perusahaan dan

memiliki fasilitas yang cukup untuk melakukan pertolongan pada karyawan. Rumah sakit tersebut adalah Rumah Sakit Mardi Rahayu dan Rumah Sakit Islam Kudus, yang keberadaannya kurang lebih 5km dari lokasi produksi dengan jalur lalulintas yang sangat mudah untuk dilalui.

e. Asuransi Kesehatan

Asuransi juga menjadi jaminan atas kesehatan dan keselamatan karyawan. Jaminan dari asuransi ini yaitu jaminan kecelakaan kerja, jaminan kesehatan, jaminan kematian, dan jaminan pemeliharaan kesehatan. Pada unit SKT Megawon II ada dua macam asuransi, yaitu dengan melalui PPRK (Persatuan Pengusaha Rokok Kudus) dan juga melalui pihak ke 3 yang akan memberikan santunan atau biaya asuransi tersebut. Pihak ke 3 tersebut adalah jamsostek yang juga merupakan sebuah kewajiban dari suatu perusahaan untuk mendaftarkan karyawannya kepada pihak tersebut. Jamsostek di perusahaan ini meliputi jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan pemeliharaan kesehatan.

Akan tetapi yang sangat di sayangkan adalah ketika peneliti menanyakan tentang bentuk yang di berikan. Panitia Pelaksana K3 di unit Megawon II tidak mampu menjelaskan banyak. Mereka hanya mengatakan kalau di unit SKT Megawon II mengikuti semua peraturan yang di amanatkan jamsostek, dan selebihnya pihak HRD yang menangani asuransi tersebut. Bapak Yuli menambahkan

“seandainya ada kecelakaan dan harus mengeluarkan biaya melalui asuransi, panitia cukup memberikan surat pengantar atau keterangan ke HRD saja dan selanjutnya HRD yang mengurus”.

2. Balai pengobatan

Balai pengobatan merupakan salah satu sarana yang di berikan oleh unit Megawon II sebagai wujud kepeduliannya terhadap keehatan dan keselamatan kerja karyawannya. Berikut pencapaian indikator ketersediaan fasilitas kesehatan di lokasi produksi unit Megawon II :

b. Poliklinik

Poliklinik pada unit SKT Megawon II memberikan pelayanan kesehatan secara lengkap dan terpadu kepada seluruh karyawan unit SKT Megawon II, baik penyakit yang disebabkan adanya kecelakaan kerja ataupun penyebab lain yang di derita karyawan.

Penyebab lain seperti penyakit yang sedang diderita oleh karyawan, ataupun hanya sekedar pengecekan kesehatan.

Poliklinik ini berada menjadi satu dengan lokasi produksi.

Letaknya yang menjadi satu juga menjadi salah satu kemudahan bagi karyawan yang hendak melakukan pengecekan kesehatan ataupun melakukan pengobatan atas penyakit yang dideritanya.

c. Tenaga Kesehatan

Untuk menjalankan fungsi dari poliklinik, Unit SKT Megawon PT. Djarum menyediakan tenaga kesehatan yang terdiri dari :

a) Satu orang dokter umum.

Dokter umum berdasarkan jadwal praktek kerja pada hari selasa dan rabu, dokter perusahaan masuk pada pukul 09.00 - 12.00 WIB.

b) Satu orang bidan

Bidan berdasarkan jadwal praktek kerja pada hari senin, kamis, jumat, sabtu, bidan masuk pada pukul 07.00 - 14.00 WIB.

c) 1 orang tenaga para medis (perawat)

Tugas dari tenaga para medis (perawat) yaitu membantu kerja dokter dan bidan yang bertugas. Tenaga para medis atau perawat masuk pada pukul 07.00 - 14.00 WIB.

d) 2 orang bagian administrasi

Tugas dari bagian administrasi yaitu mencatat rekapitulasi data tenaga kerja yang periksa ke poliklinik serta mendokumentasikan dalam bentuk tulisan. Bagian administrasi masuk pada pukul 07.00 - 14.00 WIB.

Unit SKT Megawon PT. Djarum Kudus memberikan pelayanan kasehatan bagi pekerjanya. Adapun pelayanan kesehatan yang diberikan antara lain :

1. Rawat jalan dokter umum.

Rawat jalan dokter umum meliputi konsultasi dokter umum, pemberian obat kepada karyawan yang sakit dan pemeriksaan kesehatan karyawan.

2. Pelayanan kesehatan pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.

Dengan ketersediaan tenaga bidan, menjadikan proses pelayanan kesehatan kehamilan ini menjadi lebih tepat. Selain lokasi poliklinik yang mudah di capai, bidan yang ada juga mudah untuk di temui karena memiliki jadwal praktek di poliklinik tersebut.

3. Pemeriksaan kesehatan kerja.

Pemeriksaan kesehatan kerja meliputi : a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja.

Pemeriksaan hanya diberlakukan pada karyawan bulanan dan tidak ada pemeriksaan kesehatan sebelum kerja pada karyawan borongan. Padahal karyawan bulanan juga merupakan para petugas atau pengurus K3 di SKT Megawon II. Sehingga hal ini perlu adanya perhatian lebih dari pemimpin perusahaan untuk mengubah kebijakan yang telah dilaksanakan selama ini.

b. Pemeriksaan kesehatan berkala.

Di unit SKT Megawon 2 belum dilaksanakan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Adanya pengecekan kesehatan secara berkala, ini sebenarnya sangatlah penting karena pemeriksaan kesehatan berkala dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu

dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan (Permanekertrans No. 02, 1980). Namun tidak adanya pengecekan berkala sampai saat ini belum menjadi suatu permasalahan yang berarti. Tersedianya poliklinik menjadi sarana pengganti pengecekan kesehatan. Dari pengecekan yang terjadwal, menjadi pengecekan yang dapat dilakukan sewaktu-waktu. Akan tetapi kelemahannya ada pada kemauan dari karyawan untuk melakukan pengecekan kesehatannya.

c. Penanganan kecelakaan kerja.

Penanganan ini meliputi pelaporan kecelakaan kerja dan pengobatan sesuai degan tingkat keparahaan dan memberikan jaminan kecelakaan kerja. Pada unit SKT Megawon II juga telah melakukan semua hal tersebut. Mulai dari adanya petugas pertolongan kecelakaan, pencatatan maupun pembiayaan terhadap pengobatan kecelakaan. Petugas pertolongan pertama di unit Megawon II dilaksanakan oleh first aid , pencatatan tentang terjadinya kecelakaan kerja juga tersusun sangat rapi untuk memudahkan pengurus melakukan evaluasi dan audit.

Pembiayaan kesehatan juga dilakukan dengan adanyan jaminan dari PT Djarum sendiri dan juga melalui jamsostek.

Selain indikator-indikator pelaksanaan kesehatan kerja di atas, indikator lain yang dibuat peneliti sebagai hal yang wajib di perhatikan

dalam penyelenggaraan kesehatan kerja di unit SKT Megawon II antara lain :

a) Tempat produksi yang aman dari perubahan cuaca, suhu, dan munculnya resiko akibat gas, uap, hembusan angin, suara dan getaran

Pada Unit SKT Megawon II peneliti menemukan bahwa lokasi produksi sudah memenuhi indikator yang wajib dilaksanakan oleh sebuah perusahaan dalam menyelenggarakan program kesehatan dan keselamatan kerja. Gedung yang berukuran tinggi sekitar 8 hingga 10 meter dengan konstruksi baja sekiranya sudah menjadi sebuah jaminan bagi terlindunginya karyawan dari adanya perubahan cuaca dan musim. Selain itu bangunan yang terbuat dari batu bata dengan konstruksi baja, juga peneliti rasakan telah mampu menahan hembusan angin dan adanya kemungkinan getaran yang disebabkan oleh adanya gempa atau penyebab lain yang mungkin saja terjadi. Pada saat peneliti melakukan pengamatan ke unit Megawon II, dari jarak ±100 meter peneliti sudah merasakan atau mencium aroma tembakau yang sangat kuat. Aroma ini disebabkan oleh adanya debu TFB (Tobacco Finished Blend) yang berterbangan di sekitar wilayah produksi. Namun setelah melihat data yang ada di pabrik, peneliti menemukan bahwa debu yang berterbangan tersebut masih berada di batas aman.

Selain debu TFB, peneliti juga mendapatkan suara yang cukup berisik ketika masuk ke dalam lokasi produksi. Suara itu disebabkan oleh

suara dari para pekerja yang melakukan perbincangan selama mereka bekerja. Pihak menejemen memang tidak melarang adanya perbincangan di antara para pekerja saat melakukan proses produksi. Tidaqk di larangnya berbincang selama proses produksi karena menejemen beranggapan bahwa hal tersebut merupakan salah satu hiburan bagi karyawannya, dengan catatan hasil produksi yang mereka lakukan tidak menurun. Akan tetapi suara berisik yang ditemukan oleh peneliti ternyata juga masih di kategorikan normal, terlebih dengan tidak terganggunya pekerja dengan suara tersebut.

b) Penerangan yang cukup, baik dari cahaya matahari maupun sinar lampu

Pada unit SKT Megawon II sudah tersedia penerangan yang cukup, baik dari cahaya matahari maupun dari lampu. Semua penataan sudah dilakukan standarisasi perusahaan. Jumlah jendela sudah sangat banyak dan bahkan jumlah lampu juga sangat banyak, sehingga hal tersebut sudah mampu menjadikan tempat produksi menjadi terang dan tidak kekurangan cahaya penerangan. Lampu penerangan yang berwarna putih, membuat ruangan semakin terang.

Panitia pelaksana K3 juga sangat perduli tentang kaitan antara penerangan dan juga kemungkinan lain yang dapat timbul yaitu panasnya udara. Ketika lampu di biarkan terus menyala, maka suhu yang ada di lokasi produksi langsung meningkat. Sehingga panitia pelaksana K3 selalu berada di lokasi tempat produksi berlangsung. Maksudnya ialah ketika

cahaya dari sinar matahari di rasa telah cukup untuk penerangan, maka petugas akan mematikan lampu agar suhu tidak terlalu panas. Sebaliknya, apabila cuaca sedang mendung dan mulai menjadikan gelap lokasi produksi, maka petugas akan langsung menghidupkan lampu sebagai smber penerangan di lokasi produksi.

c) Tersedia alat pengukur suhu dan kelembapan ruang yang layak

Pada unit SKT Megawon II, telah selalu di adakannya pengukuran suhu ruangan dan kelembapan. Selain jumlah karyawan yang tidak sedikit, bahan baku yang digunakan pun akan mudah rusak apabila berada di suhu yang kurang tepat. Tembakau akan mudah rusak apabila kelembapan ruangan terlalu tinggi atau bahkan terlalu rendah. Sehingga petugas gudang akan selalu melakukan pengecekan suhu agar bahan baku tidak rusak. Selain itu, pada lokasi produksi juga tersedia pengukur suhu, gunanya terkait dengan penerangan yang dilakukan dan pentingnya membuka sirkulasi udara atau membuka ventilasi udara. “K3 memang dari lingkungan kita, gedung juga kita sesuai peraturan yang ada, mungkin suhu udara, jumlah karyawan” tegas bapak Fariz selaku wakil koordinator P2LK3 di unit SKT Megawon II.

Pengecekan yang dilakukan oleh pelaksana program K3 ini, diharapkan mampu mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit yang dapat ditimbulakan oleh kelembapan yang kurang baik. Penyakit yang muncul karena kurang baiknya kelembapan di lokasi produksi sangat mempengaruhi produktifitas kerja karyawan.

d) Ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara

Sirkulasi udara menjadi hal yang sangat penting dalam lokasi produksi. Jumlah karyawan yang tidak sedikit, menjadikan perlunya pergantian udara yang sangat cepat. Jumlah oksigen dari alam yang masuk ke ruangan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen para karyawan di dalam lokasi produksi. Pada unit SKT Megawon II memiliki jendela ventilasi yang jumlahnya sangat banyak. Bahkan dapat dikatakan bahwa sepanjang tembok di buat jendela sehingga dapat menjadi sumber sirkulasi udara sekaligus menjadi sumber penerangan. Selain itu bentuk bangunan yang tinggi juga menjadikan sirkulasi udara menjadi semakin baik.

Jendela yang berada di belakang pekerja memudahkan para pekerja untuk mengatur udara yang masuk. Sewaktu-waktu mereka dapat menentukan harus menutup ataupun membuka jendela yang berada di

Jendela yang berada di belakang pekerja memudahkan para pekerja untuk mengatur udara yang masuk. Sewaktu-waktu mereka dapat menentukan harus menutup ataupun membuka jendela yang berada di