• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini, peneliti lebih menitik beratkan kepada efektivitas pelaksanaan program yang telah dilaksanakan oleh PT Djarum unit SKT Megawon II. Program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang ada dan sedang atau telah berjalan akan di tinjau atau di bandingkan dengan program K3 yang telah tercantum pada UU Ketenagakerjaan. Namun tidak hanya pada UU, program K3 juga akan di bandingkan dengan konsep K3 secara teoritis yaitu menurut para ahli sesuai dengan pendidikan yang tengah di jalani peneliti.

Kerangka pemikiran yang telah diuraikan dapat dipetakan sebagai berikut :

Gambar 1.1

Kerangka Pemikiran

1.7.DEFINISI KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

1.7.1. Definisi Konsep

1) Kesehatan Kerja

Menurut Suma’mur (2001) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/ kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/

masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif terhadap penyakit/

gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Definisi ini sesuai dengan harapan peneliti dan udang-undang, dimana pelayanan kesehatan bukanlah hanya berhubungan dengan tempat kerja dan pekerjanya saja. Tetapi juga berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat di sekitar tempat produksi.

Program K3 Perusahaan

Evaluasi

efektivitas Program K3 Secara Teoritis

Program K3 Dalam UU

Sehingga peneliti memilih untuk menggunakan definisi kesehatan kerja menurut Suma’mur tersebut.

2) Keselamatan Kerja

Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Peneliti juga menggunakan definisi keselamatan kerja yang dikemukakan oleh Suma’mur. Teori yang disampaikan berhubungan langsung dengan definisi kesehatan kerja sebelumnya. Sehingga dalam melakukan penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi dengan memandang kesehatan dan keselamatan kerja ke dalam satu kesatuan.

Beberapa teori lain yang menyampaikan definisi keselamatan kerja diantaranya, Simanjuntak (1994) Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan kondisi pekerja. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

3) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menurut Ridley (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam

pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Definisi yang dikemukakan oleh Ridley inilah yang digunakan oleh peneliti. Pemilihan definisi ini karena keterkaitan definisi kesehatan dan keselamatan kerja yang menjadi satu kesatuan serta memandang lingkungan dan tempat kerja adalah satu kesatuan. Hal itu sesuai seperti apa yang dimaksud oleh peneliti dalam memandang kesehatan dan keselamatan kerja.

Beberapa pendapat lain tentang definisi kesehatan dan keselamatan kerja antara lain, Mangkunegara (2002), Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Menurut Royse & David (2006) Tujuan utama evaluasi program dengan pendekatan kualitatif adalah mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang suatu program di semua aspeknya.

Pendekatan ini menekankan pada mendapatkan pemahaman lebih luas dan cenderung membentuk perspektif yang tak berujung dari suatu fenomena atau kejadian tertentu. Tujuan utama digunakannya pendekatan ini adalah menemukan kekuatan dan kelemahan program dari berbagai sudut pandang.

Menurut Mangkunegara (2002) bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a) Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.

b) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin.

c) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.

f) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja.

g) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

1.7.2. Definisi Operasional

Dalam pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga perlu adanya perhatian dari pihak perusahaan dengan memperhatikan ukuran-ukuran efektivitas program K3, karena jika tujuan Program K3 tercapai maka pelaksanaan program K3 dapat berjalan secara efektif.

Menurut undang-undang yang berlaku, yaitu undang-undang nomor 1 tahun 1970, indikator pencapaian program kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

Kesehatan kerja :

1) Adanya Pertolongan pada kecelakaan ataupun P3K

2) Tersedia poliklinik dan atau dokter di dekat tempat produksi,

3) Tempat produksi yang aman dari perubahan cuaca, suhu, dan munculnya resiko akibat gas, uap, hembusan angin, suara dan getaran 4) Pengecekan kesehatan secara berkala,

5) Tersedianya psikiater,

6) Penerangan yang cukup, baik dari cahaya matahari maupun sinar lampu,

7) Tersedia alat pengukur suhu dan kelembapan, 8) Ventilasi yang cukup untu sirkulasi udara, Keselamatan kerja :

1. Alat kerja yang digunakan telah aman (tidak berbahaya bagi tenaga kerja),

2. Adanya pendidikan dan atau pelatihan yang diberikan agar karyawan bekerja dan bertindak secara aman,

3. Kondisi tempat kerja sudah aman dan mampu meminimalisir kecelakaan kerja,

4. Tersedia alat pemadam kebakaran,

5. Adanya pendidikan dan pelatihan, seperti simulasi kebakaran dan cara penggunaan alat pemadam api,

6. Tempat produksi yang aman dari adanya kemungkinan peledakan, 7. Tersedia pintu darurat dan lokasi yang aman untuk menyelamatkan diri

ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,

8. Menyediakan alat pelindung diri untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja, kebakaran, dan penyakit akibat kerja,

9. Tersedianya pelayanan kebersihan, kesehatan dan keamanan,

10. Lingkungan kerja yang kondusif 11. Proses kerja yang aman

12. Akses dari rumah ke lokasi produksi telah aman dan lancar, 13. Akses masuk ke tempat produksi yang aman dan lancar, 14. Pengecekan dan perawatan bangunan secara rutin, 15. APD khusus yang di sediakan untuk karyawan gudang, 16. Akses masuk gudang yang mudah, aman dan lancar,

17. Penataan listrik yang baik untuk mengurangi resiko terkena aliran listrik, 18. Pendidikan dan pelatihan K3,

Merujuk kepada pendapat para ahli (Flippo dan A.M Sugeng Budiono), maka dapat disimpulkan bahwa indikator efektiitas dalam ranah menejerial adalah sebagai berikut :

1. Adanya dukungan yang diberikan oleh Top Menager dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

2. Adanya kebijakan tertulis dalam hal Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

3. Adanya struktur organisasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 4. Kepengurusan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang berjalan

dengan baik,

5. Adanya tujuan yang jelas dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 6. Adanya pelatihan Khusus yang diberikan untuk pelaksana

Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

7. Adanya pelatihan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diberikan kepada karyawan,

8. Semua bentuk penataan dan lokasi tempat produksi yang aman, 9. Adanya dokumen-dokumen dan atau catatan-catatan tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

10. Adanya kontes Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang diterapkan, 11. Adanya analisa penyebab kecelakaan kerja yang dilakukan oleh

pengurus di unit SKT Megawon II,

12. Adanya evaluasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dilakukan oleh pengurus.

13. Adanya audit Kesehatan dan Keselamatan Kerja,

14. Adanya upaya peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

15.

1.8.METODE PENELITIAN

1.8.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini digunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif ditujukan untuk :

1. Mengumpulkan informasi secara aktual dan terperinci, 2. Mengidentifikasikan masalah,

3. Membuat perbandingan atau evaluasi,

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk

menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara holistik (utuh).

Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Moeloeng, 2007).

Adapun sifat dari penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/ obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan-lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya (Moeloeng, 2007).

Digunakaanya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih detail dari hasil penelitian yang di dapatkan. Selain itu pendekatan ini juga menjadikan individu dan organisasi tempat penelitian tidak terpisah dan menjadi satu, sehingga semakin memudahkan peneliti untuk memnerikan gambaran yang lebih terperinci.

Dengan didukung dengan pendekatan deskriptif, diharapkan dengan setiap

kata yang muncul menjadikan pembaca lebih mengerti dan memahami isi dan maksud dari skripsi ini.

1.8.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki populasi tersebut, pengambilan sampel yang dilakukan harus mewakili populasi atau harus representative (Sugiyono, 2007). Sampel yang diambil baik dalam melakukan wawancara maupun dalam penyebaran kuisioner adalah diambil dengann purposive sampling yaitu sampel dengan menggunakan pertimbangan/tujuan tertentu. Dalam hal ini peneliti menggunakan single case dengan pertimbangan untuk melihat keefektivitaan dari sudut pandang pelaksana program kesehatan dan keselamatan kerja. Sehingga sampel utama dari penelitian ini adalah koordinator pelaksana program kesehatan dan keselamatan di PT Djarum.

1.8.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan secara langsung pada PT. Djarum Unit SKT Megawon II yang beralamatkan di Jl Raya Mejobo, Desa Megawon Kudus.

1.8.4. Subjek Penelitian

Subjek dari tugas akhir ini adalah manajemen dan pelaksana program Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT Djarum Kudus Unit SKT Megawon II.

1.8.5. Sumber Data 1. Data Sekunder

Dalam penulisan skripsi ini, kami menggunakan dua sumber data sekunder antara lain :

a. Internal Data

Data ini peneliti dapatkan dari berbagai laporan, atau referensi yang tersedia di PT Djarum Unit SKT Megawon II.

b. Eksternal Data

Data ini peneliti peroleh dari berbagai literatur sebagai referensi dalam melakukan penulisan tugas akhir ini.

2. Data Primer

Data primer merupakan cara utama untuk mendapatkan informasi dan referensi tentang topik penulisan tugas akhir ini. Data ini di dapatkan dengan cara melakukan pengamatan, serta wawancara langsung kepada pelaksana program K3 di PT Djarum Unit SKT Megawon II dan mengambil beberapa dokumentasi yang di anggap perlu.

1.8.6. Teknik pengumpulan Data

Prosedur evaluasi program berdasarkan pendekatan kualitatif biasanya mulai dari mendesain, lalu menentukan sample, mengumpulkan data, kemudian dianalisis. Perbedaan yang mencolok antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif adalah prosedur dalam mengumpulkan data tidak mengikuti alur tertentu yang linier artinya pengumpulan data bisa maju dan mundur

sesuai dengan kebutuhan informasi dan keperluan penelusuran untuk mendapatkan semua informasi yang diperlukan. Ada cara untuk mencegah evaluator kehilangan focus yaitu dengan menggunakan FQE (Focused Qualitative Evaluation).

Alat pengumpul data yang digunakan pada pendekatan ini bias berupa catatan tentang kasus-kasus, pedoman wawancara, kuesioner, dan atau berupa foto. Data yang terkumpul biasanya diberi kode dan diorganisasikan sedemikian rupa berdasarkan tingkat relevansinya dengan suatu fenomena atau peristiwa tertentu yang terjadi dalam program. Data tersebut nantinya akan dianalisis dengan cara mengelompokkan berdasarkan peristiwa yang terjadi dalam program. Data akan disajikan dalam bentuk cerita yang rinci lengkap dengan analisis situasi dan perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya.

Tahap-tahap evaluasi program dengan pendekatan kualitatif secara garis besar adalah : (Royse, David , 2006)

1) menentukan tujuan evaluasi, jangka waktu evaluasi, dan factor pendukung lain seperti aksesibilitas ke dalam program,

2) Menentukan unit analisis yang merujuk kepada individu yang terlibat dalam program (panitia, peserta, pengguna output program, unsur pendukung program),

3) Menentukan sample, jenis data yang akan dikumpulkan, cara menganalisis data, dan cara menyimpulkan.

Berikut akan disajikan prosedur evaluasi program yang menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih rinci dalam bentuk bagan :

Gambar 1.2

Alur prosedur evaluasi program 1.8.6.1 Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut : 1) Pedoman wawancara mendalam,

2) Lembar catatan wawancara

3) Alat penunjang lainnya : alat tulis atau buku catatan dan ballpoint, 4) Kuisioner.

1.8.6.2 Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif pada umumnya menggunakan teknik observasi, wawancara, kuisioner, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan.

Ternyata ada beberapa tipologi pengamatan. Terlepas dari jenis pengamatan, dapat dikatakan bahwa pengamatan terbatas dan tergantung pada jenis dan variasi pendekatan (Moleong, 2007).

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007).

3. Kuisioner

Kuisioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama didalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada.

4. Dokumentasi

Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada di sekolah ataupun yang berada berada diluar sekolah, yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut.

Menurut Arikunto (2007), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumen dalam

penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

1.8.7. Metode analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Moleong, 2007), pada dasarnya analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Analisis data itu dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah satu atau lebih dari satu situs. Jadi seorang analisis sewaktu hendak mengadakan analisis data harus menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya satu situs atau lebih.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali.

2. Display Data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian, baik yang berbentuk matrik, pengkodean, ataupun perbandingan dari hasil reduksi data. Display data itulah selanjutnya peneliti dapat

menarik kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan membercheck, trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.

1.8.7.1 Uji Credibility

Untuk melakukan uji credibility atau validitas data dalam penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti adalah dengan melakukan trianggulasi data. Trianggulasi data ini merupakan teknikyang didasari pola pikir fenomologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandangan saja. Teknik trianggulasi yang digunakanyaitu trianggulasi data (trianggulasi sumber) yaitu membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan yang diperoleh melalui alat yang berbeda dalam metode penelitian kualitatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan didepan pribadi,

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orag tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu,

d. Membandingkan keadaaan dan perspektif seorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah tinggi dan orang pemerintahan.

e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen berkaitan.

Wawancara

Content Analysis

Observasi

Kuisioner

Gambar 1.3 Uji Validitas

1.8.7.2 Uji Dependability

Uji dependability atau uji reliabelitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data/temuan. Data dinyatakan reliabel bila peneliti sama dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama.

Pengujian dependability yaitu dengan mengulangi atau mereplika proses penelitian tersebut (Sugiyono, 2007).

Dalam penelitian kualitatif, sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian kelapangan tetapi bisa mencari data penelitian. Uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dengan dilakukan oleh auditor yang indipendent atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktifitas peneliti dalam penelitian. Jika peneliti tidak mampu menunjukkan jejak

Data

penelitiannya maka dependabilitas penelitiannya patut di ragukan (Sanafiah, 2000).

Dalam penelitian ini, peneliti juga menyertakan membercheck dari hasil penelitian sebagai bentuk uji credibility dan uji dependability.

Membercheck di gunakan untuk dijadikan sebagai data hasil observasi dalam uji credibility dan dapat membuat gambaran atau replika dari proses penelitian dalam uji dapendability.

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 SEJARAH PT. DJARUM

Kretek lahir di kota Kudus, Jawa Tengah pada sekitar tahun 1880. Seorang penduduk kota kudus bernama Haji Djamhari adalah orang yang paling berjasa pada lahirnya rokok kretek ini. Semua berawal dari penyakit yang diderita Haji Djamhari yaitu penyakit asma yamg telah lama menggerogoti kesehatannya.setiap asmanya kambuh beliau selalu merasa sangat kesakitan. Saat ia menderita sesak, ia menggunakan minyak cengkeh untuk mengobati penyakitnya. Hingga suatu ketika ia mencoba meracik daun tembakau dan bunga cengkeh untuk rokoknya.

Dari percobaanya tersebut membuahkan hasil dan rokok tersebut disebut kretek karena letupan api yang membakar cengkeh menghasilkan bunyi “kretek-kretek”.

Penemu rokok kretek itu sendiri yaitu Haji Djamhari telah meninggal dunia di kudus pada tahun 1890.

Pada awalnya perdagangan rokok kretek hanya terdapat di Kudus dan daerah-daerah sekitarnya. Namun dalam waktu singkat rokok ini diminati oleh daerah-daerah lain hingga menjangkau berbgai daerah di pulau Jawa. Perusahaan rokok kretek pertama kali muncul pada tahun 1905 yang didirikan oleh M.

Nitisemito, perusahaan rokok kretek itu dinamakan “Tjap Bal Tiga” yang secara resmi terdaftar dalam kantor perdagangan Hindia Belanda. Permintaan pasar terhadap produk rokok kretek ini sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan niat M.

Nitisemito yang ingin membuat lantai kamarnya dengan uang golden. Hal ini membuat pemerintahan (saat itu jajahan Belanda)tersinggung, tapi dengan

diplomatis pemerintah mengungkapkan bahwa beliau dapat melanjutkan niatannya asal posisi uang golden tersebut dalam posisi berdiri. Di sini ada dua pendapat yang belum bias dipastikan. Pendapat pertama rencana itu dilanjutkan dan pendapat kedua M. Nitisemito tahu bahwa itu hanya penolakan halus pemerintah.

PT. Djarum adalah salah satu perusahaan yang memproduksi rokok kretek yang berdiri pada tahun 1951 (tepatnya 21 April 1951). Pendiri Djarum adalah Oei Wie Gwan dengan 17 pekerja yang mengawali bisnisnya dengan memasok rokok untuk dinas pembekalan angkatan darat.

Sejarah Djarum berawal saat Oei Wie Gwan membeli usaha kecil dalam bidang kretek bernama Djarum Gramaphon pada tahun 1951 dan mengubah namanya menjadi Djarum. Oei mulai memasarkan kretek dengan merek “Djarum”

yang ternyata sukses di pasaran. Setelah kebakaran hampir memusnahkan perusahaan pada tahun 1963 (Oei meninggal tak lama kemudian), Djarum kembali bangkit dan memodernisasikan peralatan di pabriknya. Pada tahun 1972 Djarum mulai mengekspor produk rokoknya ke luar negeri. Tiga tahun kemudian Djarum memasarkan Djarum Filter, merek pertamanya yang diproduksi menggunakan mesin, diikuti merek Djarum Super yang diperkenalkan pada tahun 1981. Saat ini Djarum dipimpin Budi Hartono dan Bambang Hartono, yang dua-duanya merupakan putra Oei. Pada tahun 1983 secara resmi Djarum menjadi perseroan terbatas.

Pada tahun 1985 PT. Djarum menjadi salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia, sehingga PT. Djarum memperluas jaringan pemasarannya di dalam

negeri dan luar negeri. Untuk menguasai pasar, PT. Djarum menjaga kualitas produksinya dengan sertifikat ISO 9001:2000 sebagai pengganti ISO 9001:1994.

Adanya sertifikat ISO menunjukkan bahwa PT. Djarum Kudus telah memenuhi Standart Mutu Internasional. Pada tahun 2003, PT. Djarum memperoleh predikat

“Superbrand” dan termasuk dalam 10 besar perusahaan terbaik versi majalah Global Far Estern Economic Review.

2.2 Tujuan Pendirian PT. DJARUM

1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang pertanian khususnya tembakau bagi pendapatan nasional yang diperoleh dari hasil produksi dan pemasaran beberapa produk untuk keperluan ekspor maupun konsumsi dalam negeri.

2. Memperluas lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan meningkatkan taraf hidup karyawan pada khususnya.

3. Meningkatkan pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah malalui pajak dan cukai tembakau.

2.3 Visi dan Misi PT. DJARUM 2.3.1 Visi

Menjadi yang terbesar dalam nilai penjualan dan profitabilitas di industri rokok Indonesia.

2.3.2 Misi

“Kami hadir untuk memuaskan kebutuhan merokok para perokok”

2.3.3 Nilai Inti:

1. Fokus pada pelanggan (mendengarkan pelanggan, memenuhi kebutuhan pelanggan). Karakteristik :

a. Orientasi pada pelayanan

b. Kualitas perbaikan berkesinambungan c. Inovasi

d. Konsep pemasar

2. Profesionalisme (orang bekerja harus dengan sikap baik melakukan dengan sikap baik, cara baik dan perhatian yang serius). Karakteristik:

a. Kompeten b. Integritas c. Sinergi d. Komitmen

a. Kompeten b. Integritas c. Sinergi d. Komitmen