• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

3.1 Upaya pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di PT Djarum

3.1.2 Keselamatan Kerja

Ada beberapa potensi bahaya yang mungkin dapat terjadi dan menyebabkan kondisi yang tidak di inginkan. Potensi bahaya tersebut antara lain :

1) Terjepit, terbentur seperti memasuki/keluar area kerja yang disebabkan pekerja berdesakan dan bisa mengakibatkan cidera.

2) Kaki terinjak seperti saat memasuki/keluar area kerja dan saat mengambil material, disebabkan pekerja berdesakan dan bisa mengakibatkan cidera.

3) Kejatuhan kontainer seperti saat mengambil material yang bisa mengakibatkan cidera.

4) Tindakan yang berulang-ulang seperti pada proses giling saat tenaga kerja menjojoh atau menekan jari dan menarik stang yang bisa mengakibatkan luka ringan, nyeri pada jari dan pergelangan tangan.

5) Terkena palu kayu pada proses giling sewaktu tenaga kerja nyetel mori yang bisa menyebabkan cidera.

6) Tergores kotak TFB seperti pada proses giling yang bisa menyebabkan luka ringan.

7) Terkena dampar pada saat membersihkan meja pada proses giling yang bisa berpotensi susuban.

8) Kotak plastik berisi TFB terjatuh pada proses batil yang bisa mengakibatkan mengotori lingkungan kerja.

9) Kejatuhan rak beserta isinya pada proses batil sewaktu setor rokok (penataan rak isi rokok diampalan) yang bisa berakibat cidera.

10) Tersayat, pada proses batil terjadi saat tenaga kerja membatil dan bisa berpotensi luka sayat. Tersayat juga bisa terjadi pada teknik/reparasi alat giling.

11) Kejatuhan dos box pada saat muat finished good yang bisa mengakibatkan cidera.

12) Terjepit ampalan, terkena roller, terkena dan tergilas roda hand pallet pada muat finished good yang bisa berpotensi cidera.

13) Tersayat gergaji pada saat memotong pita cukai pada waktu menandai pita cukai yang bisa mengakibatkan luka lecet.

14) Kejatuhan karung tembakau pada saat bongkar muat material giling yang bisa mengakibatkan cidera.

15) Terkena obeng dan alat pahat pada teknik dan reparasi alat giling yang bisa menyebabkan cidera.

16) Terjatuh dari ketinggian pada waktu membersihkan kaca nako yang bisa berpotensi cidera.

17) Terkena Heating Element yang bisa mengenai tangan maupun kening apabila terlalu menunduk yang bisa menyebabkan luka.

18) Tersengat listrik yang bisa mengakibatkan luka bakar.

19) Bahaya kebakaran mungkin terjadi karena adanya bahan-bahan mudah terbakar. Konsleting arus listrik juga dapat menyebabkan terjadinya kebakaran.

Dari potensi bahaya yang di temukan oleh peneliti, maka dapat dilihat bahwa tingkat kecelakaan yang mungkin terjadi termasuk dalam kategori ringan. Namun, seringan apapun kecelakaan kerja yang mungkin terjadi perusahaan harus tetap memberikan program terbaik yang harus dilaksanakan demi tercapainya keselamatan kerja karyawan seperti yang telah diamanatkan pemerintah. Dalam keselamatan kerja ini, peneliti juga memberikan beberapa indikator yang wajib di penuhi perusahaan demi tercapainya persyaratan perundang-undangan. Indikator yang diberikan, di dasarkan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang persyaratan keselamatan kerja.

19. Alat kerja yang digunakan telah aman (tidak berbahaya bagi tenaga kerja),

Unit SKT Megawon II, sebagai salah satu unit pembuatan rokok secara manual/sigaret kretek tangan di amanatkan oleh pihak menejemen untuk selalu menjaga tradisi dan keaslian. Dengan demikian pada unit Megawon II, sampai saat ini masih menggunakan alat dan cara produksi yang sama seperti saat pertama rokok kretek ditemukan. Dalam penggunaan alat produksi, unit Megawon II masih menggunakan material kayu sebagai penggiling rokok. Sedangkan material selain kayu hanya digunakan pada tong penampung tembakau dan gunting.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menemukan bahwa alat kerja yang di gunakan sangatlah aman karena hampir semuanya bersifat tradisional. Dalam studi dokumentasi yang

dilakukan peneliti, peneliti juga tidak ada ditemukannya catatan kecelakaan ketika pekerjaan terjadi.

20. Adanya pendidikan dan atau pelatihan yang diberikan agar karyawan bekerja dan bertindak secara aman.

Pendidikan dan pelatihan untuk bekerja dan bertindak secara aman selalu dilakukan oleh unit SKT Megawon II. Namun, unit SKT Megawon II lebih mengandalkan pendekatan secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan poster atau mengingetkan dengan pengeras suara sebagai wujud pendidikan dalam bekerja dan bertindak secara aman. Hal tersebut dilakukan karena pada unit SKT Megawon II memiliki jumlah karyawan yang sangat banyak, mencapai 2.000 orang lebih. Pelatihan akan membuat waktu terkuras dan ditakutkan akan munculnya tindakan yang tidak kondusif selama pelatihan. Dengan demikian pelaksana program K3 selalu melakukan pendidikan K3 baik secara himbauan langsung yaitu dengan cara berkeliling dan selalu menghimbau satu persatu ataupun dengan pengeras suara, maupun dengan cara tidak langsung yaitu dengan cara melalui perantara mandor.

21. Kondisi tempat kerja sudah aman dan mampu meminimalisir kecelakaan kerja,

Pada unit SKT Megawon II, kondisi tempat kerja yang ada telah sesuai dengan perturan yang diberlakukan oleh menejemen. Lantai yang ada, telah terbuat dari bahan keramik yang bahannya tidak licin dan

mudah untuk dibersihkan. Terutama lantai yang digunakan sebagai jalur untu berjalan kaki ataupun lali lintas barang. Selain itu menurut bapak Jahroni selaku unit head dan sekaligus merangkap sebagai koordinator bidang evakuasi, atap di buat dari bahan yang tidak menimbulkan panas di dalam ruangan, juga selalu di adakannya pengecekan secara rutin yaitu sebulan sekali.

22. Tersedia alat pemadam kebakaran.

Penanggulangan kebakaran di Unit SKT Megawon II dengan penyediaan APAR jenis halon dan powder. Seperti halnya APAR, halon dan powder juga dilakukan pemeriksaan setiap 1 bulan sekali.

Pemeriksaan tersebut meliputi nozzle, tekanan, keadaan air dan selang.

Pada unit Megawon II tersedia jenis halon, dan powder sebanyak 11 buah. Sedangkan untuk pemeriksaan alat-alat pemadam kebakaran dilakukan oleh petugas first aid. Alat Pemadam Api Ringan jenis Halon berjumlah 2 terletak dibagian ruang rapat dan poliklinik. Sedangkan Alat Pemadam Api Ringan jenis Powder berjumlah 11, terletak di gerbang barat, selatan, utara, timur, bagian bengkel, giling SLT, TMR, T.2, T5, UTR, T7, T12.

Semua letak pemadam berada di tempat yang mudah dilihat dan di jangkau. Tinggi tempat meletakkan pemadam ini tidak lebih tinggi dari 1,5 meter seperti yang diamanatkan dalam permenakertrans yang mewajibkan untuk menaruh pemadam api pada ketinggian 1,25 meter.

Alat pemadam juga diberi cat warna merah untuk memudahkan mencari dan menemukan alat pemadam tersebut.

Yang sangat disayangkan adalah pada unit Megawon II masih belum ditemukannya hydrant atau sumber air untuk pemadaman api.

Tidak tersedianya hydrant di ungkapkan oleh Bapak Febrian Ndaru sebagai salah satu hal yang masih di usahakan oleh pelaksana program.

“kita memang belum mempunyai hydrant seperti yang ada di peraturan perundangan tapi kita sedang berusaha untuk mengadakan hydrant itu”

ujar Pak Febri selaku koordinator bidang pemadam kebakaran. Sampai saat ini memang belum ada kebijakan dari menejemen pusat untuk mengadakan hydrant, mungkin karena potensi bahaya yang dirasa kecil untuk terjadinya kebakaran pada unit tersebut.

23. Adanya pendidikan dan pelatihan, seperti simulasi kebakaran dan cara penggunaan alat pemadam api,

Pendidikan dan pelatihan akan adanya simulasi serta cara penggunaan alat pemadam kebakaran sangatlah penting untuk dilaksanakan. Semua terkait dengan tersedianya alat pemadam kebakaran yang diwajibkan oleh pemerintah. Akan sangat tidak baik apabila pihak menejemen telah mampu menyediakan alat pemadam kebakaran, tetapi karyawan sebagai penerimanya tidak mampu menggunakan atau malah hanya mampu panik saja. Pada unit Megawon II, simulasi serta pendidikan dan pelatihan penggunaan alat pemadam kebakaran selalu dilakukan. Menurut bapak Jahroni, “simulasi dilakukan

setiap setahu sekali walupun saat ini ada upaya untuk meningkatkan intensitas simulasi kepada seluruh karyawan”. Beliau juga menjelaskan bahwa setiap simulasi yang dilakukan selalu dilakukan dengan adanya pendidikan penggunaan pemadam dan juga pembentukan sikap saat terjadi hal yang tidak diinginkan agar karyawan tidak panik saat benar-benar terjadi kebakaran nantinya.

24. Tempat produksi yang aman dari adanya kemungkinan peledakan.

Berdasarkan hasil temuan pada pengamatan peneliti dilokasi produksi yang dilakukan peneliti, kemungkinan terjadinya peledakan sangatlah kecil. Selain produksi yang masih secara manual, Megawon II juga sangat sedikit dalam penggunaan alat atau bahan-bahan yang rawan yang terjadi peledakan. Lokasi produksi yang berada di sekitar pemukiman penduduk, menjadi acuan untuk menjamin kecilnya tingkat peledakan. Bahkan peneliti juga tidak menemukan adnya potensi bahaya peledakan yang dapat muncul dalam proses produksi yang berjalan.

25. Tersedia pintu darurat dan lokasi yang aman untuk menyelamatkan diri ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya. Demikian isi dari undang-undang nomor 1 tahun 1970 pasal 2 dan 4 sub d. Dengan demikian perusahaan harus mampu melakukan evakuasi atau menolong karyawan secara cepat dan tepat apabila terjadi hal luar biasa. Pada unit Megawon

II, tersedia sebuah pintu utama yang terletak di tengah bangunan. Pintu utama tersebut berukuran kurang lebih 9m², sehingga diharapkan mampu menjadi salah satu akses evakuasi. Selain sebuah pintu utama, ada 3 buah pintu darurat yang terletak di sisi kanan dan kiri bangunan gedung. Dengan demikian, duharapkan dapat menjadi pemenuhan persyaratan indikator sekaligus sebagai wujud kepedulian megawon II terhadap keselamatan kerja karyawannya.

26. Menyediakan alat pelindung diri untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja.

Alat pelindung diri merupakan suatu keharusan yang wajib dilaksanakan oleh pihak menejemen unit Megawon II. Tujuannya agar dapat menekan angka kecelakaan kerja yang mungkin saja terjadi. Alat Pelindung Diri yang disediakan unit SKT Megawon II itu meliputi :

o Penutup Kepala, yang bertujuan agar rambut tidak jatuh dan mengganggu dalam proses produksi yang berdampak kontaminasi pada produk.

o Masker, di gunakan untuk melindungi pekerja dari debu yang dihasilkan selama proses produksi terutama di bagian giling dan batil.

o Celemek, diperuntukkan untuk pekerja di bagian giling dan batil, untuk menjaga agar baju tidak kotor dan menghindari kontak baju secara langsung dengan bahan.

“Sementara,,alat pelindung diri memang kita menyediakan seperti masker itu, tapi secara umum memang belum..belum seluruh makai masker, disuruh pakai masker juga sulit,, Cuma kalau dia mau minta masker kita sediakan” ujar Bapak Fariz selaku wakil Koordinator P2LK3 unit Megawon II.

Seperti yang telah dikatakan bapak Fariz selaku wakil koordinator P2LK3, Megawon II memang telah menyediakan APD yang dirasa perlu untuk diberikan. Topi sebagai penutup kepala dan celemek adalah APD yang wajib dikenakan oleh karyawan. Sedangkan masker mesih menjadi pilihan untuk dikenakan. Walaupun potensi bahaya utama adalah debu tembakau, namun pada unit Megawon II ternyata memiliki tingkat yang masih aman atau dapat dikatakan debu yang berterbangan masih berada di bawah nilai ambang batas. Dapat dikatakan demikian karena debu tembakau yang berada pada area SKT Megawon 2 masih berada dibawah NAB 0,5 Mg/m3.

27. Tersedianya pelayanan kebersihan dan keamanan.

Unit Megawon II menjalankan pelayanan kebersihan dengan membentuk bagian cleaning service yang bertugas membersihkan sekitar lokasi produksi baik sebelum proses dimulai, saat proses dimulai, sampai dengan setelah proses produksi selsai. Petugas ini melakukan pembersihan lantai dengan cara menyapu dari rontoknya tembakau saat dilaksanakan proses produksi.

Pelayanan keamanan juga diberikan untuk menjamin adanya ganguan dari pihak-pihak tak terkait yang dapat mengganggu proses produksi. Selain itu petugas keamanan juga selalu melaksanakan geledah (pemeriksaan) pada pegawai saat karyawan hendak masuk ataupun keluar dari lokasi produksi. Geledah ini ditujukan untuk mencegah terjadinya penggelapan bahan baku produksi sampai pada barang hasil produksi.

28. Lingkungan kerja yang kondusif

Kondisi yang telah kondusif peneliti temukan di unit Megawon II.

Dengan jumlah tenaga kerja yang mencapai 2.000 lebih, unit Megawon II mampu mengendalikan cara kerja hingga kemungkinan terjadinya hal buruk seperti perselisihan, keributan terhadap suatu hal hingga kemungkinan terjadinya hal-hal di luar kendali seperti bencana alam, tenaga kerja yang tiba-tiba sakit. Selain itu unit Megawon II memiliki tempat produksi yang bersih dan rapi sehingga para pekerja merasa nyaman untuk menyelesaikan pekerjaanya.

29. Proses kerja yang aman

Kemungkinan terjadinya kecelakaan di unit Megawon II bukan hanya karena kesalahan pekerja, tetapi juga dapat di sebabkan oleh alat yang di gunakan ataupun kondisi yang tidak diinginkan. Kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi di sebabkan karena adanya proses kerja yang tidak aman. Proses kerja pada unit Megawon II di nilai peneliti

sudah aman, akan tetapi unsur ketidak amanannya ada pada kecepatan dari proses tersebut. Akan tetapi para pekerja mengatakan bahwa mereka dapat melakukan kecepatan yang tinggi seperti yang saat ini mereka lakukan karena faktor kebiasaan. Sehingga peneliti menyimpulkan bahwa proses yang pekerja lakukan telah aman.

30. Akses dari rumah ke lokasi produksi telah aman dan lancar.

Keamanan akses jalan bagi karyawan yang hendak berangkat ataupun pulang kerja juga patut diperhatikan oleh pelaksana program K3. Melihat hasil studi dokumentasi menyatakan bahwa kecelakaan yang terjadi selama tiga tahun terakhir selalu terjadi pada kecelakaan lalu lintas. Tetapi dari studi dokumentasi juga di dapatkan data bahwa terjadi angka kecelakaan lalu lintas yang di alami karyawan unit Megawon II. Terlebih kecelakaan yang terjadi lebih menunjukkan pada kesalahan oarang lain. Maksudnya adalah pekerja unit Megawon II yang mengalami kecelakaan lalulintas terjadi karena di tabrak oleh pengendara lain.

31. Akses masuk ke tempat produksi yang aman dan lancar.

Selain akses lalu lintas keberangkatan dan pulang kerja karyawan unit Megawon II, hal lain yang wajib di perhatikan adalah akses masuk ke lokasi produksi. Unit Megawon II telah memiliki pintu utama yang yang berukuran besar, sehingga mampu menampung kedatangan para pekerja yang akan masuk. Selain itu jalan sebelum masuk ke ruang

produksi juga sangat baik sehingga menjadikan pekerja merasa aman dalam berjalan.

32. Pengecekan dan perawatan bangunan secara rutin.

Keterbatasan waktu penelitian menyebabkan peneliti tidakmenemukan pengecekan bangunan secara langsung. Tetapi berdasarkan pencarian sumber atau catatan yang dilakukan oleh peneliti, ditemukannya catatan tentang pengecekan bangunan secara rutin.

Pengecekan tersebut di sebut patrol lingkungan. Patrol ini dimaksudkan untuk melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap lingkungan sekitar lokasi produksi. Mulai dari kebersihan, keamanan, dan juga pengecekan bangunan. Patrol di jadikan salah satu cara untuk mengurangi adanya resiko kondisi luar biasa yang tidak dapat dikendalikan. Gedumg yang menjadi lokasi utama produksi juga peneliti nilai sangat memadai. Selain sangat kokoh, gedung lokasi produksi juga sangat bersih dan terawat.

Selain adanya lokasi gedung produksi, di unit Megawon II juga memiliki bangunan lain. Bangunan lain tersebut seperti mushola, bengkel, kamar mandi dan juga pos satpam dan tempat parkir. Semua bangunan itu juga tidak luput dari patrol lingkungan yang dilaksanakan oleh pelaksana program K3 di unit Megawon II. Peneliti mendapati bahwa pencatatan tentang diadakannya patrol dilaksanakan sebulan sekali, namun dengan tanggal yang berbeda-beda. Hal itu di sebabkan

karena adanya kesibukan produksi yang menyebabkan pelaksana program harus menyesuaikan tanggal dimana mereka dapat leluasa melakukan patrol. Namun pada catatan di temukan bahwa patrol tidak pernah melewati tanggal 10. Dengan kata lain patrol dilaksanakan pada awal bulan sebelum tanggal 10.

33. APD khusus yang di sediakan untuk karyawan bengkel dan gudang.

Gudang pada unit Megawon II, adalah gudang sementara yang di sediakan untuk menyimpan tembakau untuk proses 2 hari produksi dan rokok jadi yang telah dimuat dalam dus. Sedangkan bengkel yang tersedia, tidaklah sama dengan bengkel pada umumnya kita temui.

Bengkel yang tersedia adalah bengkel kayu, yang tugasnya membuat spare parts untuk alat giling rokok. Selain itu bengkel juga melakukan pemotongan kain sebagai salah satu komponen dari alat giling rokok yang ada di unit Megawon II. Alat pelindung diri khusus yang di sediakan pelaksana program untuk karyawan bengkel dan gudang adalah sebagai berikut :

a. Goggle diperuntukkan bagi tenaga kerja dibagian bengkel untuk melindungi mata tenaga kerja dari terkena benda-benda berbahaya.

b. Tameng Muka digunakan untuk tenaga kerja yang bekerja di bengkel.

c. Safety Shoes, merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda.

Akan tetapi peneliti mendapati bahwa saat bekerja, karyawan gudang tidak menggunakan alat pelindung diri yang telah di sediakan oleh pelaksana program. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak nyaman apabila harus bekerja dengan menggunakan sepatu. Bahkan peneliti mendapati karyawan gudang yang bekerja hanya menggunakan celana pendek saat melakukan bongkar ataupun muat barang.

34. Akses masuk gudang yang mudah, aman dan lancar.

Akses masuk gudang juga merupakan salah satu indikator yang penting di penuhi oleh perusahaan. Pada unit SKT Megawon II tidak memiliki gudang penyimpanan dalam jangka waktu lama. Melainkan hanya gudang tembakau yang diguanakan dalah satu hari dan gudang sementara rokok jadi yang telah di kemas ke dalam kardus. Akses masuk ke gudang pun juga sangt mudah, aman dan lancar. Gudang berada di sisi kiri bangunan dengan jalan yang sudah di atur, sehingga membuat proses bongkar daaan muat barang menjadi sangat mudah di lakukan. Letak pintu gudang hanya sedikit serong ke arah selatan dari gernag utama lokasi produksi, sehingga lokasi gudang sangat mudah untuk di jangkau oleh karyawan.

35. Penataan listrik yang baik untuk mengurangi resiko terkena aliran listrik.

Pada unit Megawon II, penataan listrik yang dilaksanakan sudah sangat rapi. Bahkan dapat dikatakan pada meja pekerja press yang menggunakan tenaga listrikpun sudah sangat rapi. Hampir tidak ada

kabel yang nampak di atas meja ataupun menjalar di tembok. Selain dari kabel yang diguanakan untuk melakukan proses press dan pak, arus listrik yang ada pada unit Megawon II ada pada pengaliran arus listrik paad lampu tang membantu penerangan saat dilakukannya proses produksi. Namun peneliti juga tidak menemukan kemungkinan adanya sengatan listrik dari lampu ini. Selain letak lampu yang cukup jauh dari jangkauan pekerja. Letak kabel juga ditata dengan sangat rapi di dalam paralon yang menjadi tempat diletakkannya lampu.

36. Sosialisasi akibat dan himbauan tentang K3.

Sosialisasi merupakan cara paling efektif untuk melakukan peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja karyawan di unit Megawon II. Menurut bapak Jahroni selaku unit head bagian produksi,

“sosialisasi di Megawon II dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara langsung yaitu dengan menggunakan pengeras suara dan melalui gambar atau poster”. Pemasangan rambu dan simbol sebagai tanda informasi peringatan, larangan, dan petunjuk melakukan sesuatu menjadi jalan termudah yang dilakukan unit Megawon II untuk melakukan adanya sosialisasi K3.

37. Pendidikan dan pelatihan K3.

Pendidikan dan pelatihan K3 sangatlah beragam, mulai dari cara bertindak secara aman, simulasi evakuasi, simulasi P3K, dan juga menjaga lingkungan bersama. Demikian pula pada unit SKT Megawon

II, karyawan selalu di berikan pendidikan dan pelatiha baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya dengan melakukan simulasi evakuasi gemba dan atau kebakaran, simulasi pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan, dan juga himbauan-himbauan yang disampaikan oleh pelaksana program untuk bertindak secara aman sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat muncul.

3.2 Efektivitas Pelaksanaan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja di