• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etika dan Manajemen Bisnis Islam

Dalam dokumen Etika manajemen perspektif islam (Halaman 195-200)

Etika dan Manajemen

Bisnis Islam

184

p

yang berlangsung secara terus menerus selama masih memberikan keuntungan.

Selanjutnya etika bisnis dapat berarti pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas disini berarti aspek baik atau buruk, terpuji atau tercela, benar atau salah dari prilaku manusia. Kemudian dalam kajian etika bisnis islam susunan adjective diatas ditambah dengan halal dan haram.

Sedangkan etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan yang selanjutnya dijadikan sebagai kerangka praktis yang secara fungsional akan membentuk suatu kesadaran beragama dalam melakukan setiap kegiatan ekonomi. (Faisal Badroen dkk, 2015: 19-20).

Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etika bisnis

(akhlaq alislamiyah) yang dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang

mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang etis itu ialah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam Islam etika bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah Alquran dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran adalah elemen pokok dalam mencapai suksesnya suatu bisnis dikemudian hari.

B. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Islam

Muhammad Djakfar (2012: 34) menjelaskan beberapa prinsip dalam etika bisnis dalam Islam, antara lain: Pertama, jujur dalam takaran (quantity). Jujur dalam takaran ini sangat penting untuk diperhatikan karena Tuhan sendiri secara gamblang mengatakan: “celakalah bagi orang yang curang. Apabila mereka menyukat (menakar) dari orang lain (untuk dirinya), dipenuhkannya (sukatannya). Tetapi apabila mereka menyukat (menakar) (untuk orang lain) atau menimbang (untuk orang lain) dikuranginya. Masalah kejujuran tidak hanya merupakan kunci sukses seorang pelaku bisnis menurut Islam. Tetapi etika bisnis modern juga sangat menekannkan pada prinsip kejujuran.

Kedua, menjual barang yang baik mutunya (quality). Salah satu

185 yang berarti mengabaikan tanggung jawal moral dalam dunia bisnis. Padahal tanggung jawab yang diharapkan adalah tanggung jawab yang berkeseimbangan (balance) antara memperoleh keuntungan (profit) dan memenuhi norma-norma dasar masyarakat baik berupa hukum,maupun etika atau adat.

Ketiga, dilarang menggunakan sumpah (al-qasm). Seringkali di

temukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di kalangan para pedagang kelas bawah apa yang dikenal dengan obral sumpah. Mereka terlalu mudah menggunakan sumpah dengan maksud untuk meyakinkan pembeli bahwa barang dagangannya benar-benar berkualitas dengan harapan gara orang lain terdorong untuk membelinya (tatsamuh atau taraahum). Dalam transaksi terjadi kontak antara penjual dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjualakan mendapatkan berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.

Keempat, longgar dan bermurah hati (tatsamuh dan taraahum).

Dalam transaksi terjadi kontak antar penjual dan pembeli. Dalam hal ini seorang penjual diharapkan bersikap ramah dan bermurah hati kepada setiap pembeli. Dengan sikap ini seorang penjual akan mendapat berkah dalam penjualan dan akan diminati oleh pembeli.

Kelima, membangun hubungan baik (interrelationship/silat al-rahym) antara kolegan. Islam menekankan hubungan konstruktif

dengan siapa pun, inklud antar sesama pelaku dalam bisnis Islam tidak menghendaki dominasi pelaku yang satu di atas yang lain, baik dalam bentuk monopoli, ologopoli, maupun dalam bentuk-bentuk lain yang tidak mencerminkan rasa keadilan atau pemerataan pendapatan.

Keenam, tertib administrasi. Dalam dunia perdagangan wajar

terjadi praktik pinjam meminjam. Dalam Alquran mengajarkan perlunya administrasi hutang piutang tersebut agar manusia terhindar dari kesalahan yang mungkin terjadi. Dan Ketujuh, menetapkan harga dengan transparan. Harga yang tidak transparan bisa mengandung penipuan. Unutuk itumenetapkan harga dengan terbuka dan wajar sangat dihormati dalam Islam agar tidak terjerumus dalam riba. Kendati dalam dunia bisnis kita tetap ingin memperoleh prestasi (keuntungan), namun hak pembeli harus tetap dihormati.

186

p

Disisi lain, Abdul Aziz (2013: 39) mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islam, antara lain:

1. Kesatuan (unity) adalah kesatuan sebagaimana tereflesksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogeny, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

2. Keseimbangan (equilibrium) dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tiak disukai. Allah swt memerintahkan kepada seluruh hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perbuatan seperti yang terdapat dalam surat al-Maidah/5 ayat 8 :

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

3. Kehendak bebas (free will) kebebasan merupakan bagian penting dalam etika bisnis Islam, teapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.

4. Tanggung jawab (responsibility) kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggung jawaban dan akuntabilitas untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan kehendak bebas.

5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran. Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan

187 dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Allah Swt. berfirman dalam surat At-Taubah/9 ayat 119 mengenai berbuat jujur sebagaimana berikut:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah

kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.

C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis Menurut Alquran

Ada beberapa prinsip etika bisnis menurut Alquran, diantaranya: Pertama, Melarang bisnis yang dilakukan dengan proses kebatilan. Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat An-Nisa/4: 29 yang berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Bisnis harus didasari kerelaan dan keterbukaan antara kedua belah pihak dan tanpa ada pihak yang dirugikan. Orang yang berbuat batil termasuk perbuatan aniaya, melanggar hak dan berdosa besar (Lihat QS. An-Nisa’/4: 30) dan Bisnis tidak boleh mengandung unsur riba (lihat QS. Al-Baqarah/ 2: 275).

Kedua, Kegiatan bisnis juga memiliki fungsi sosial baik

melalui zakat dan sedekah. Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat At-Taubah/9:34:

188

p

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian

besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.

Ketiga, Melarang pengurangan hak atas suatu barang atau

komoditas yang didapat atau diproses dengan media takaran atau timbangan karena merupakan bentuk kezaliman. Allah berfirman dalam Alquran surat Hud/11: 85:

Artinya: Dan Syu`aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan

timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.

Keempat, Menjunjung tinggi nilai-nilai keseimbangan baik

ekonomi maupun sosial, keselamatan dan kebaikan serta tidak menyetujui kerusakan dan ketidakadilan. Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat An-Nahl/16: 90:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl: 90).

Kelima, Pelaku bisnis dilarang berbuat zalim (curang) baik

bagi dirinya sendiri maupun kepada pelaku bisnis yang lain. Allah Swt. berfirman dalam Alquran surat Al-A’raf/7: 85:

Dalam dokumen Etika manajemen perspektif islam (Halaman 195-200)