• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter

Dalam dokumen Etika manajemen perspektif islam (Halaman 111-114)

A. Moral dan Susila

2. Tujuan, Fungsi dan Media Pendidikan karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

Pendidikan memiliki tujuan yang sangat mulia bagi kehidupan manusia. Berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan pendidikan karakter disemua pendidikan formal, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan sedikitnya ada lima hal dasar yang menjadi tujuan dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter sebagai berikut:

a.

Membentuk manusia Indonesia yang bermoral.

b.

Membentuk manusia Indonesia yang cerdas dan rasional.

c.

Membentuk manusia Indonesia yang inovatif dan bekerja keras.

d.

Membentuk manusia Indonesia yang optimis dan percaya diri.

e.

Membentuk manusia Indonesia yang berjiwa patriot. (Aunillah, 2011: 97-104).

Adapun tujuan pendidikan karakter bangsa adalah:

a. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;

b. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;

c. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;

100

p

d. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan

e. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity). (Kemendiknas, 2010: 7-9).

Sedangkan tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut :

a. Menguatkan dan mengembangkan niali-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. (Dharma Kesuma, 2013: 9).

Mulyasa (2001: 9) menjelaskan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Tujuan pendidikan karakter dapat dicapai jika pendidikan karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat. Pendidikan karakter dilakukan setidaknya melalui berbagai media diantaranya mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha dan media masa. Hal ini mengandung pengertian bahwa sesungguhnya pendidikan karakter bukan semata-mata tugas sekolah, melainkan tugas dari semua institusi yang ada.

Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

101 Pendidikan karakter dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan karakter berfungsi (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.

Pendidikan karakter bangsa yang berbasis pada pilar kebangsaan (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika) memainkan fungsi penting dalam hidup warga bangsa dan penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia. Secara nasional, fungsi pendidikan karakter bangsa adalah:

1) Fungsi Pengembangan: yang secara khusus disasarkan pada peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik, berdasarkan pada kebajikan umum (virtues) yang bersumber pada filosofi kebangsaan di dalam Pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik diharapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perilaku peserta didik, yang adalah warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

2) Fungsi Perbaikan: yang secara khusus diarahkan untuk memperkuat pendidikan nasional yang bertanggungjawab terhadap pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan untuk menghindari distorsi nasionalisme.

3) Fungsi Penyaring: terkait dengan fungsi perbaikan tadi, dalam fungsi penyaring ini sistem pendidikan karakter bangsa dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi ini bertujuan meningkatkan martabat bangsa. (Kemendiknas, 2010: 7).

102

p

Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media cetak, dan media masa. Pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlihat dalam usaha pendidikan (pendidik). Baik lembaga informal, nonformal, dan formal harus berbagi tanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan karakter. Pendidikan karakter diintegrasikan pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua unsur berperan dalam melakukan pendidikan karakter baik guru, orang tua atau siapa saja yang penting ia memiliki kepentingan untuk membentuk pribadi peserta didik atau anak.

Zubaedi (2012: 172) menjelaskan bahwa jika hubungan antar unsur lingkungan pendidikan tersebut tidak harmonis, maka pembentuka karakter pada anak tidak akan berhasil dengan baik. Oleh karena itu, upaya pendidikan karakter secara formal yang dilaksanakan oleh para pendidik di sekolah perlu mendapatkan penguatan dari ayah, ibu, kakak, kakek, nenek, paman melalui pendidikan karakter dalam keluarga. Hal ini belum cukup, masih diperlukan dukungan dari pendidik karakter pada institusi nonformal seperti aktivis LSM, wartawan, politisi, dan pemimpin/tokoh/pemuka masyarakat). Singkatnya, semua orang dewasa perlu memberikan konstribusi dalam penanaman karakter.

Untuk mewujudkannya, Suyatno menyatakan dalam Zubaedi (2012: 173), mereka memiliki tugas sebagai berikut:

1) Harus menunjukkan nilai-nilai moralitas serta sumber keteladanan bagi anak-anak.

2) Harus memiliki kedekatan emosional kepada anak dengan menunjukkan rsa kasih sayang.

3) Harus memberikan lingkungan atau suasana yang kondusif bagi pengembangan karakter anak.

4) Perlu mengajak anak-anaknya untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah, misalnya dengan beribadah secara rutin.

Dalam dokumen Etika manajemen perspektif islam (Halaman 111-114)