• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Hati Nurani

Dalam dokumen Etika manajemen perspektif islam (Halaman 51-55)

Ciri khas dari suara hati nurani adalah ia tidak dapat ditawar dan hanya sepintas keluarnya dengan atau tanpa disadari, ini berlaku mutlak. Mutlak di sini mempunyai arti ia tidak dapat ditawar melalui

40

p

pertimbangan-pertimbangan dalam bentuk apapun. Hal itu disebkan karena suara hati nurani merupakan suara dari Maha Mutlak.

Tempat berkumpulnya bagi mereka yang hatinya bersih dan tak bernoda dan tempat mengingat Tuhan itulah Hati Nurani. Suara hati adalah suara halus yang murni datang langsung dari kesadaran sang Hidup yang ada dalam diri kita yang paling dalam yang bersih dan jujur, tanpa adanya pertimbangan dalam memberikan jawaban. Suara hati ini tidak akan keluar jika hati nurani manusia di isi dengan rasa dendam dan kebencian yang terjalin baik secara vertikal dan horizontal.

K. Bertens (2007: 56-59) Hati nurani bersifat personal dan adi personal. Hati nurani bersifat personal, artinya, ia selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan. Norma-norma dan cita-cita yang diterima dalam hidup sehari-hari dan seolah-olah melekat pada pribadinya, akan tampak juga dalam ucapan-ucapan hati nuraninya. Seperti perkataan bahwa tidak ada dua manusia yang sama, begitu pula tidak ada dua hati nurani yang persis sama. Hati nurani diwarnai oleh kepribadiannya. Hati nurani akan berkembang juga bersama dengan perkembangan seluruh kepribadiannya; sebagai orang setengah baya yang sudah banyak pengalaman hidup tentu hati nuraninya pun bercorak lain dibandingkan ketika masih remaja. Ada alasan lain lagi untuk mengatakan bahwa hati nurani bersifat personal, yaitu hati nurani hanya berbicara atas nama pribadinya. Hati nurani hanya memberi penilaiannya tentang perbuatannya sendiri.

Di samping aspek personal, hati nurani menunjukkan juga suatu aspek adipersonal. Selain bersifat pribadi, hati nurani juga seolah-olah melebihi pribadinya sendiri, seolah-olah meruapkan instansi di atas dirinya. Aspek ini tampak dalam istilah “hati nurani” itu sendiri. “Hati nurani” berarti “hati yang diterangi” (nur = cahaya). Dalam pengalaman mengenai hati nurani seolah-olah ada cahaya dari luar yang menerangi budi dan hatinya. Aspek yang sama tampak juga dalam nama-nama lain yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia untuk menunjukkan hati nurani; suara hati, kata hati, suara batin. Rupanya justru aspek ini sangat mengesankan, hingga terungkap dalam begitu banyak nama. Terhadap hati nurani, manusia seakan-akan menjadi “pendengar”. Manusia seseakan-akan-seakan-akan membuka diri terhadap suara yang datang dari luar. Hati nurani mempunyai suatu aspek transenden, artinya, melebihi pribadinya sendiri.

41 Karena aspek adipersonal itu, orang beragama kerap kali mengatakan bahwa hati nurani adalah suara Tuhan atau bahwa Tuhan berbicara melalui hati nurani. Ungkapan seperti itu dapat dibenarkan. Bagi orang beragama hati nurani memang memiliki suatu dimensi religius. Kalau ia mengambil keputusan atas dasar hati nurani, artinya, kalau ia senggguh-sungguh yakin bahwa ia harus berbuat demikian dan tidak bisa lain tanpa menghancurkan integritas pribadinya, maka ia akan mengambil keputusannya “di hadapan Tuhan”. Ia insyaf dengan itu akan mentaati kehendak Tuhan. Dan sebaliknya, bertindak bertentangan dengan hati nurani tidak saja berarti menghianati dirinya sendiri, tapi serentak juga melanggar kehendak Tuhan.

Hati Nurani adipersonal bersifat universal, Ary Ginanjar Agustian (2006: 70) menyebutnya sebagai anggukan universal. Dalam keadaan fitrah (suci), tanpa melihat latar belakang agama, suku, bangsa, bahasa, atau status soaial semua orang akan memberikan jawaban yang sama atas pertanyaan yang diajukan dan dijawab oleh hati nurani adi personal.

Saya ingin mengajak anda meluangkan waktu sejenak menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah, dengan suara hati yang berasal dari hati nurani adipersonal:

1. Anda sedang makan di pinggir jalan, tiba-tiba ada seorang anak perempuan kecil berusia lima tahun berdiri tepat di depan Anda, menatap makanan yang anda pegang dengan penuh harap, suara hati apa yang muncul pada saat itu? 2. Bayangkan, pada saat Anda sedang berjalan sendiri di tengah

taman, di suatu kota. Melihat sebuah keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anaknya yang masih sangat kecil dan lucu sedang bercengkrama dengan riang gembira. Suara hati apa yang hadir saat itu?

3. Coba bayangkan situasi ini! Salah seorang teman sekantor Anda dikirim oleh perusahaan untuk mengikuti training manajemen selama dua minggu, sementara Anda sendiri tidak diplih. Apa yang Anda rasakan?

4. Kemudian setelah satu minggu, dia pulang ke kantor dengan wajah berseri-seri, dengan menunjukan sertifikatnya kepada Anda, suara hati apa yang timbul?

42

p

5. Anda sedang berada di suatu ruangan yang bersih dengan lantai marmer berkilat. Tiba-tiba Anda melihat sebuah kertas kotor di dekat kaki Anda, suara hati apa yang Anda rasakan? 6. Kemudian ada seseorang yang membuang putung rokok

sesenaknya di sana. Suara hati apa yang timbul di hati Anda? 7. Di dalam suatu perjalanan, anda melihat seorang pemuda

sedang berusaha menjambret tas wanita tua. Perasaan apa yang muncul saat itu?

8. Namun ketika anda sadari bahwa penjambret tersebut membawa sepucuk pistol, apa yang Anda rasakan

9. Anda sedang berada di tengah kebun hijau, tiba-tiba melihat sekuntum bunga berwarna merah, jingga. dan ungu. Apa yang anda rasakan?

10. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang memetik bunga itu dengan kasar, apa yang Anda rasakan?

Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya adalah salah satu materi dalam sebuah perlombaan pidato internasional yang pernah diadakan di Bali tahun 1999. Saat itu, para juri internasioanl dan peserta terlihat mengangguk-angguk tanpa sadar. Begitu pula jawaban-jawaban yang anda rasakan itu akan sama di seluruh dunia. Apakah dia seorang kaya, miskin, ras apa saja, agama apa saja, berbagai suku apa pun namanya, akan merasakan suara hati yang sama, apabila dalam kondisi fitrah.

Berikut saya kemukakan jawaban-jawaban suara hati itu: 1. Suara hati yang mendorong “ingin memberi” tatkala Anda

sedang makan makanan tersebut.

2. Suara hati dari “rasa kasih dan sayang” ketika menangkap rona kebahagian dan kasih sayang di wajah mereka.

3. Suara hati mengatakan bahwa Anda “ingin juga maju” sehingga ingin mengikuti training tersebut.

4. Suara hati yang mengatakan bahwa Anda juga ingin mengetahui “ilmu” tersebut. Anda juga ingin mengetahui materi training tersebut.

5. Suara hati “ingin bersih”sehingga Anda mersaa “perlu” memungut sampah itu.

6. Dorongan suara hati untuk “memelihara” sehingga Anda merasa harus melarang orang tersebut membuang puntung rokok atau memungut dan membuangnya ke bak sampah. 7. Dorongan suara hati untuk “menolong” wanitu tua tersebut.

43 8. Suara hati untuk menolong sekaligus “berhitung” ketika anda

harus berfikir dua kali untuk menolong wanita tua itu.

9. Karunia hati yang bisa merasakan “keindahan ketika Anda melihat bunga yang berwarna–warni itu.

10. Suara hati yang menyuruh Anda untuk “memelihara” dan ”melindungi” bunga indah tersebut.

Jawaban-jawaban dari suara hati tersebut adalah sama persis dengan sifat-sifat Allah Swt. yang terdapat dalam Alquran yang disebut dengan al-Asmaa’ al-Husna (Nama-nama Yang Baik), seperti Maha Penolong, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Ilmu, Maha Tahu, Maha suci, Maha memelihat, Maha Berhitung, dan Maha Melindungi. Alquran menjelaskan:

Artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam

(tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.”. (QS As-Sajdah/32: 9).

Artinya sifat-sifat mulia tersebut juga ditiupkan juga ke dalam jiwa manusia. Maksud contoh-contoh yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa manusia sebenarnya memilki suara hati yang sama. Itulah disebut God-Spot atau Fitrah.

Dalam dokumen Etika manajemen perspektif islam (Halaman 51-55)