Failure to thrive (FTT) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kenaikan berat badan (BB) yang tidak sesuai dengan seharusnya, tidak naik (flat growth) atau bahkan turun
dibandingkan pengukuran sebelumnya (diketahui dari grafik pertumbuhan). Istilah yang
lebih tepat adalah fail to gain weight, tidak tepat jika diterjemahkan sebagai gagal tumbuh, karena dalam hal ini yang dinilai hanyalah berat badan terhadap umur pada minimal 2 periode pengukuran, sedangkan tinggi badan dan lingkar kepala yang juga merupakan
parameter pertumbuhan mungkin masih normal. Oleh sebab itu definisi yang tepat
adalah perpindahan posisi berat badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2
persentil utama atau 2 standar deviasi ke bawah jika diplot pada grafik BB menurut
umur. FTT juga belum tentu gizi kurang atau gizi buruk. FTT bukanlah suatu diagnosis melainkan gejala yang harus dicari penyebabnya.
Diagnosis
Anamnesis
Oleh karena FTT merupakan suatu gejala, maka perlu dicari adanya keadaan berikut ini:
Asupan kalori yang tidak mencukupi -
Nafsu makan kurang
Anemia (misal, defisiensi Fe)
-
Masalah psikososial (misal apatis) -
Kelainan sistem saraf pusat (SSP) (misal hidrosefalus, tumor) -
Infeksi kronik (misal infeksi saluran kemih, sindrom imunodefisiensi didapat)
-
Gangguan gastrointestinal (misal nyeri akibat esofagitis refluks)
-
Gangguan pada proses makan Masalah psikososial (misal apatis,
- rumination)
Cerebral palsy
- /kelainan SSP (misal hipertonia, hipotonia)
Anomali kraniofasial (misal atresia koana, bibir dan sumbing langitan,
- micrognathia,
glossoptosis)
Sesak napas (misal penyakit jantung bawaan, penyakit paru) -
Kelemahan otot menyeluruh (misal miopati) -
Fistula trakeoesofageal -
Sindrom genetik (misal Sindrom Smith-Lemli-Opitz) -
Sindrom kongenital (misal
- fetal alcohol syndrome)
Paralisis palatum molle -
76 Failure to Thrive
Unavailability of food
Teknik pemberian makan yang tidak tepat -
Jumlah makanan tidak cukup -
Makanan tidak sesuai usia -
Withholding of food
- (misal abuse, neglect, psikososial)
Muntah
Kelainan SSP (misal peningkatan tekanan intrakranial) -
Obstruksi saluran cerna (misal stenosis pilorus, malrotasi) -
Refluks gastroesogafeal
-
Obat-obatan (misal pemberian sirup ipecak secara sengaja) -
Absorpsi zat gizi yang tidak mencukupi - Malabsorpsi Atresia bilier/sirosis - Penyakit seliak - Cystic fibrosis - Defisiensi enzim -
Intoleransi makanan, misalnya intoleransi laktosa -
Defisiensi imunologik, misalnya enteropati sensitif protein
-
Inflammatory bowel disease
- Diare Gastroenteritis bakterial - Infeksi parasit - Starvation diarrhea - Diare akibat - refeeding Hepatitis Penyakit Hirschsprung Masalah psikososial
Pengeluaran energi berlebihan -
Peningkatan metabolisme/peningkatan penggunaan kalori
-
Infeksi kronik/rekuren (misal, infeksi saluran kemih, tuberkulosis)
-
Insufisiensi pernapasan kronik (misal, displasia bronkopulomoner)
-
Penyakit jantung bawaan/penyakit jantung didapat
-
Keganasan -
Anemia kronik -
Toksin (misalnya timah) -
Obat-obatan (misalnya kelebihan levotiroksin) -
Penyakit endokrin (misalnya hipertiroidisme, hiperaldosteronisme) -
Gangguan penggunaan kalori -
Penyakit metabolik (misalnya
- aminoacidopathies, kelainan metabolisme
Asidosis tubular ginjal -
Hipoksemia kronik (misalnya penyakit jantung sianotik) -
Pemeriksaan fisis
Pemeriksaan antropometri (minimal dilakukan di dua periode terutama dalam 3 tahun -
pertama kehidupan) didapatkan penurunan persentil berat badan terhadap umur yang melewati lebih dari 2 persentil mayor (3rd , 5th , 10th , 25th , 50th , 75th , 90th, 95th, 97th) Mencari penyakit yang mungkin mendasari, misalnya penyakit jantung, paru, endokrin, -
neurologis, dan lain-lain.
Bila ditemukan masalah pertambahan tinggi badan yang dominan, pikirkan kelainan tulang -
dan endokrin seperti hiperplasia adrenal kongenital, hipotiroid. Pada keadaan ini perlu dilakukan pengukuran arm span, lower segment (LS), upper segment (US), rasio US/LS Bila ditemukan masalah pertambahan lingkar kepala, pikirkan kelainan neurologis -
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium hanya bermanfaat bila terdapat temuan signifikan pada anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pemeriksaan laboratorium meliputi darah perifer
lengkap, laju endap darah, urinalisis (pH, osmolalitas, elemen seluler, glukosa, dan keton), kultur urin, tinja untuk melihat parasit dan malabsorpsi, ureum dan kreatinin serum, analisis gas darah, elektrolit termasuk kalsium dan fosfor, tes fungsi hati termasuk protein total dan albumin. Pemeriksaan lain misalnya skrining celiac dilakukan bila ada indikasi
sesuai dengan hasil temuan pada anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Bila dicurigai kelainan jantung, dapat dilakukan pemeriksaan ekokardiografi. Bila dicurigai
kelainan paru, dapat dilakukan pemeriksaan foto Rontgen dan uji Mantoux. Bila dicurigai kelainan endokrin atau tulang, dapat dilakukan pemeriksaan usia tulang dan bone survey. Bila dicurigai kelainan neurologis, dapat dilakukan pemeriksaan computed tomography (CT) scan kepala.
Tata laksana
Masa anak-anak adalah periode kritis pertumbuhan dan perkembangan, dan intervensi dini pada anak dengan FTT akan memaksimalkan hasil. Syarat utama tata laksana FTT adalah mengenali penyebab yang mendasari dan memperbaiki secara tepat. Dua prinsip tata laksana pada semua anak FTT adalah diet tinggi kalori untuk catch-up growth, dan pemantauan jangka panjang untuk melihat adanya gejala sisa.
Intervensi pemberian makanan untuk bayi dan balita FTT
Hitung kebutuhan kalori serta protein menggunakan prinsip BB ideal menurut PB atau
TB saat ini dikalikan RDA kalori /protein sesuai dengan height age (PB saat ini ideal
78 Failure to Thrive
Evaluasi pemberian ASI pada bayi Perbaiki manajemen laktasi -
Pastikan jumlah asupan serta jadwal pemberian ASI disesuaikan dengan kebutuhan -
bayi (on demand). Frekuensi pemberian berkisar antara 8-12 kali dalam 24 jam dengan lama pemberian minimal 10 menit disetiap payudara untuk memastikan asupan hind- milk
Atasi masalah ibu misalnya kelelahan, stress, rasa lapar -
Berkurangnya produksi susu dapat diatasi dengan antara lain:
-
Menggunakan pompa ASI untuk meningkatkan produksi -
Menggunakan obat-obatan misalnya metoklopramid -
Pemberian ASI pada batita (1-3 tahun)
Kebutuhan ASI pada batita kurang-lebih 1/3 dari total kebutuhan kalori dalam
-
sehari
Pastikan pemberian makanan cukup -
Hindari ”ngempeng”, bila berlanjut dan mendominasi asupan makanan maka hentikan -
pemberian ASI dan tingkatkan asupan susu formula atau MP-ASI Bottle Feeding
Berikan susu formula yang tepat:
- starting up untuk yang berusia di bawah 6 bulan dan
follow-on (formula lanjutan) untuk usia 6-36 bulan Pastikan cara pelarutan dilakukan dengan benar -
Jika perlu dapat diberikan formula khusus yang tinggi kalori misalnya formula prematur
- ,
after discharge formula, formula tinggi kalori, formula elemental, dll Pemberian makanan pada balita
3 kali makan dan 2 kali
- snack bergizi per hari
Susu sebanyak 480-960 mL per hari -
Stop pemberian jus,
- punch, soda sampai berat badan normal
Hentikan pemberian makan secara paksa -
Perhatikan lingkungan tempat memberikan makan -
Kepustakaan
1. Krugman SD, Dubowitz H. Failure to thrive. Am Fam Physician. 2003;68:879-86.
2. Zenel JA. Failure to thrive: A general pediatrician’s perspective. Pediatr Rev. 1997;18:371-8. 3. Olsen EM. Failure to thrive: still a problem in definition. Clin Pediatr. 2006;45:1-6.
4. Wright JM. Identification and management of failure to thrive: a community perspective. Arch Dis Child. 2000;82:5–9.