• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gagal Napas

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 96-101)

Gagal napas adalah ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan pertukaran gas normal yang dapat terjadi akibat kegagalan paru atau pompa napas. Secara klasik, umumnya seseorang dianggap menderita gagal napas bila PaCO2 lebih dari 50 mmHg dan PaO2 kurang dari 50 mmHg saat bernapas dalam udara ruang. Dalam praktik sehari-hari, keputusan untuk memberikan bantuan ventilator tidak dapat didasarkan atas batasan ini saja. Penyebab gagal napas dan beratnya penyakit yang mendasari selalu harus menjadi pertimbangan pula.

Penyebab gagal napas antara lain:

Gangguan pada dinding dada, abdomen dan diafragma, contoh:

-

trauma atau pasca bedah, ascites - Kelainan intra-abdomen - tumor intra-abdomen - organomegali -

nyeri pasca bedah - Kelainan kongenital - Gastroschisis - Omphalocele -

Kelainan bentuk toraks -

Hernia diafragmatika (dapat disertai hipoplasi paru) -

Skoliosis -

Gangguan pada pleura, contoh:

- Pneumotoraks - Efusi pleura - Hemotoraks -

Gangguan neuromuscular, contoh:

-

Obat (overdosis salisilat, aminoglikosida, suksametonium, opiat, obat anestesi

- ,

nondepolarizing muscle relaxants)

Gangguan endokrin dan metabolik, contoh: diabetik ketoasidosis, hipertiroid,

-

hipokalsemia, hipofosfatemia, hipokalemia

Infeksi, contoh: ensefalitis, tetanus, guillain barre, sepsis

-

Lesi intracranial, contoh: tumor, perdarahan

-

Lesi spinal, contoh: tumor, trauma, abses

Gangguan parenkim paru, contoh: - Penumonia bacterial - Penumonia viral -

Penumonia karena Pneumocystis carinii -

Penumonia akibat Legionella pheumophila - Pneumonia hidrokarbon - Atelektasis - Edema paru - ARDS - Smoke inhalation -

Gangguan pada jalan napas, contoh:

- Croup - Bacterial tracheitis - Epiglotitis -

Kelainan congenital pembuluh darah besar (aorta, arteri inominata, carotis comunis -

kiri, arteri pulmonalis kiri atau arteri subklavia kanan yang menekan trakea) Abses retrofaringeal

-

Abses paratonsilar -

Aspirasi benda asing -

Asthma bronchial -

Diagnosis

Anamnesis

Mengingat penyebab gagal napas sangat beragam, anamnesis spesifik harus dilakukan

sesuai kecurigaan penyebabnya. Secara garis besar beberapa pertanyaan berikut perlu

dilakukan pada setiap keluhan sesak pada anak:

Sesak terjadi secara akut atau sudah lama -

Apakah pernah mengalami sesak serupa? -

Apakah anak dalam pengobatan tertentu? -

Apakah disertai demam? -

Apakah terdapat riwayat tersedak atau trauma? -

Kemungkinan diagnosis obstruksi jalan napas atas berdasar angka kejadian, gejala dan usia dapat dilihat pada Tabel 1. Penyebab obstruksi jalan napas bawah tersering pada balita adalah bronkiolitis, asma bronkial, dan obstruksi akibat benda asing.

Pemeriksaan fisis

Beberapa tanda spesifik antara lain:

Frekuensi napas dan volume tidal -

Kelainan susunan saraf pusat dan asidosis metabolik sering mengakibatkan -

86 Gagal Napas

hiperventilasi dengan frekuensi napas yang tinggi dan volume tidal yang besar Penurunan

- compliance (contohnya pada pneumonia dan edema paru) mengakibatkan pernapasan dangkal dan cepat

Peningkatan resistensi jalan napas (contohnya pada asma bronkial) mengakibatkan -

pernapasan yang lambat dan dalam Retraksi

-

Retraksi interkostal, suprasternal dan epigastrik terjadi bila terdapat tekanan negatif intratoraks yang tinggi. Keadaan ini biasanya dijumpai pada obstruksi jalan napas, terutama di luar rongga toraks, dan penurunan compliance paru

Stridor -

Stridor inspirasi terjadi bila pada tekanan negatif yang tinggi saat inspirasi, udara harus melalui bagian yang sempit di jalan napas besar yang terletak di luar rongga toraks. Pada saat ekspirasi, tekanan positif akan melebarkan jalan napas sehingga stridor tidak terdengar lagi. Stridor ekspirasi dapat terjadi bila penyebab obstruksi jalan napas besar terjadi di dalam rongga toraks, misalnya bila terdapat tumor yang menekan trachea bagian distal.

Mengi -

Mengi terjadi bila terdapat obstruksi di saluran napas yang terdapat dalam rongga toraks

Grunting -

Grunting terjadi akibat ekspirasi dengan glottis setengah menutup. Pola napas ini merupakan upaya untuk mempertahankan functional residual capacity (FRC) dan meningkatkan tekanan positif pada fase ekspirasi, hingga dapat memperbaiki oksigenasi. Biasanya dijumpai pada penyakit di saluran napas kecil dan alveoli seperti bronkiolitis dan sindroma distress napas neonatus.

Air entry -

Penurunan suara napas dapat terjadi pada berbagai penyebab gagal napas. Ronkhi

-

Ronkhi basah dapat dijumpai pada lesi di alveoli, misalnya pada pneumonia bakteri. Napas cuping hidung

-

Napas cuping hidung adalah upaya untuk menurunkan resistensi jalan napas atas. Aktivitas otot bantu napas

-

Penggunaan otot bantu napas bertujuan untuk meningkatkan kinerja otot saat terjadi peningkatan work of breathing. Otot yang umumnya menjadi aktif adalah pektoralis minor, scalenus dan seratus anterior.

Gejala lain yang menyertai -

ejala lain yang sering dijumpai pada anak dengan gagal napas adalah:

Takikardia -

Dehidrasi -

Gagguan kesadaran: iritabel, somnolen dan obtundasi

-

Sianosis -

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab gagal napas amat bergantung pada kecurigaan diagnosis. Analisis gas darah merupakan pemeriksaan penunjang utama. Untuk pemantauan selanjutnya saat ini telah berkembang alat pantau non-invasif seperti pulse oxymeter dan capnography.

Tata laksana

Tata laksana penunjang darurat pada gagal napas antara lain adalah:

Mempertahankan jalan napas terbuka, dapat dilakukan dengan alat penyangga -

oropharyngealairway(guedel), penyangga nasopharyngealairway, atau pipa endotrakea. Terapi oksigen

-

Berbagai teknik tersedia untuk memberikan oksigen supplemental, tetapi tidak ada satu pun yang dapat disebut terbaik karena pemilihannya harus disesuaikan secara individual terhadap situasi klinis dan kondisi pasien. Ketika memilih peralatan tertentu, seorang klinisi harus mempertimbangkan kebutuhan FiO2, flowinspirasi, kenyamanan pasien (sangat penting untuk compliance), dan humidifikasi. Berbagai teknik/ device

antara lain adalah:

Kanul nasal: dipergunakan untuk memberikan oksigen dengan laju aliran rendah.

-

Konsentrasi oksigen bervariasi dengan perubahan laju aliran inspirasi (inspiration flow rate) pasien. Pada neonatus, aliran oksigen maksimum dianjurkan tidak melebihi

2 L/menit. FiO2 inspirasi yang dihasilkan amat bergantung pada pola napas pasien.

Oxygen hood/head box:

- alat ini dirancang untuk memberikan konsentrasi oksigen

yang stabil pada neonatus atau bayi kecil. FiO2 hingga 100% dapat diberikan dengan laju aliran oksigen yang sesuai. Bukaan pada oxygen hood tidak boleh ditutup dengan plastik atau bahan lain agar tidak terjadi retensi karbon dioksida.

Masker: beberapa tipe masker dibuat untuk menghasilkan berbagai konsentrasi

-

oksigen, Aliran oksigen minimal harus sekitar 6 L/menit untuk mendapat konsentrasi

oksigen yang diinginkan dan mencegah terhisapnya kembali CO2. Masker oksigen sederhana

- (simple mask) dapat memberikan konsentrasi oksigen

rendah hingga sedang tergantung kecepatan aliran oksigen. Masker ini bukan pilihan ideal jika kita menginginkan FiO2 yang stabil.

Non-rebreathing mask

- didesain memiliki katup satu arah dan sebuah kantong reservoir yang akan kolaps saat inspirasi. Alat ini dapat menghasilkan konsentrasi oksigen tinggi.

88 Gagal Napas

Partial rebreathing mask

- mirip dengan masker sederhana, tetapi dilengkapi dengan

kantong reservoar dan mampu menyalurkan konsentrasi oksigen hingga 100%. Venturi mask

- dapat menghasilkan konsentrasi oksigen yang tepat yaitu antara 24-50%

Bantuan ventilasi -

Bantuan ventilasi dengan balon resusitasi dilakukan setelah jalan napas dapat dibebaskan.

Secara spesifik tata laksana gagal napas amat tergantung pada penyebabnya. Pemberian

beta agonis melalui nebulizer dapat sangat efektif bila penyebab gagal napas adalah serangan akut astma bronkial sementara pungsi pleura efektif bila penyebabnya tension pneumothorax.

Kepustakaan

1. Komisi Resusitasi Pediatrik UKK PGD – IDAI. Kumpulan Materi Pelatihan Resusitasi Pediatrik Tahap Lanjut. Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Pediatrik Gawat Darurat Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2003. 2. Stone R, Elmore GD. Oxygen therapy. Dalam: Levin DL, Morriss FC, editor. Essentials of pediatric

intensive care. 2nd ed. New York: Churchill Livingstone; 1997. H. 1333-6.

Tabel 1. Penyebab obstruksi jalan napas atas

Penyakit Usia Gejala spesifik

Tonsilitis berat Pra sekolah-sekolah Sesak timbul lambat

Abses peritonsilar > 8 tahun Sesak akut disertai demam tinggi Abses retrofaring Bayi hingga remaja Sesak pasca ISPA atau trauma

Epiglotitis 1-7 tahun Stridor akut, demam tinggi, afonia

Croup < 3 tahun Stridor timbul lambat, demam

ringan, suara parau

Benda asing 1-4 tahun Sesak setelah tersedak

Trakeitis bakterialis < 4 tahun Sesak dan demam timbul lambat

Glomerulonefritis Akut

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 96-101)