• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foto toraks

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 76-80)

Pada DAP kecil, foto toraks masih normal, sedangkan pada DAP sedang sampai besar tampak kardiomegali, pembesaran atrium kiri, ventrikel kiri dan aorta asendens, serta tanda peningkatan vaskular paru.

Ekokardiografi

Dapat mengukur besarnya duktus, dimensi atrium kiri, dan ventrikel kiri. Makin besar pirau, makin besar dimensi atrium kiri dan ventrikel kiri. Doppler berwarna dapat memperlihatkan arus kontinu dari aorta ke A. pulmonalis melalui DAP.

Tata laksana

Medikamentosa

Pada neonatus prematur diberikan indometasin atau ibuprofen oral atau IV dengan -

dosis dan cara pemberian bervariasi:

Cara pertama adalah memberikan indometasin oral atau IV 0,2 mg/kgBB sebagai

-

dosis awal. Pada bayi <48 jam berikan dosis kedua dan ketiga sebesar 0,10 mg/

kgBB dengan interval 24 jam. Pada bayi berusia 2-7 hari dosis kedua dan ketiga

adalah 0,2 mg/kgBB, sedangkan pada bayi >7 hari dosis kedua dan ketiga adalah 0,25 mg/kgBB.

Cara lain adalah dengan memberikan indometasin 0,1 mg/kgBB sehari sekali sampai

-

5-7 hari. Pemberian 5-7 hari dianjurkan untuk mencegah pembukaan kembali duktus yang menutup.

Efek maksimal dapat diharapkan bila pemberian dilakukan sebelum bayi berusia 10 -

hari. Pada bayi cukup bulan efek indometasin minimal.

Belakangan ini banyak digunakan ibuprofen 10 mg/kg BB, hari kedua dan ketiga

-

Indometasin atau ibuprofen tidak efektif pada bayi aterm dengan DPA sehingga perlu -

tindakan medis seperti intervensi atau ligasi.

Pada DAP sedang atau besar yang disertai gagal jantung, diberikan digitalis atau -

inotropik yang sesuai, dan diuretik.

Pada DAP yang belum dikoreksi, profilaksis terhadap endokarditis bakterial subakut

-

diberikan bila ada indikasi. Prosedur-prosedur yang memerlukan tindakan profilaksis adalah:

Prosedur pengobatan gigi (termasuk manipulasi jaringan gusi) -

Insisi atau biopsi mukosa saluran napas (contohnya, tonsilektomi) -

Prosedur gastrointestinal atau traktus urinarius jika terdapat infeksi pada saluran -

tersebut. Profilaksis tidak diperlukan untuk prosedur esofagogastroduonenoskopi

atau kolonoskopi.

Prosedur yang melibatkan kulit, struktur kulit atau jaringan muskuloskeletal yang -

terinfeksi.

Untuk profilaksis sebelum tindakan tersebut di atas, antibiotik diberikan 30-60 menit sebelumnya. Obat yang dianjurkan adalah amoksisilin 50 mg/kgBB oral dosis tunggal atau ampisilin/cefazolin/ceftriakson 50 mg/kgBB IV/IM jika pasien tidak dapat minum obat oral. Pada pasien yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan sefaleksin (50 mg/ kgBB), klindamisin (20 mg/kgBB), azithromisin/klaritromisin (15 mgBB/kg) oral atau sefazolin, klindamisin, seftriakson IM/IV.

Penutupan tanpa pembedahan

Bila duktus tidak menutup dengan medikamentosa (bayi prematur) atau pada bayi aterm, setelah usia 3 bulan, penutupan dapat dilakukan dengan pemasangan device (coil atau Amplatzer Ductal Occluder) secara transkateter. Anjuran saat ini adalah DAP kecil (<3 mm) ditutup dengan Gianturco stainless coil, sedangkan untuk DAP sedang dan besar (4-10 mm) ditutup dengan Amplatzer ductal occluder (ADO). Biasanya ADO dilakukan jika BB >6 kg sedangkan coil dapat dilakukan jika BB >4 kg (Gambar 1).

Penutupan dengan pembedahan

Pada neonatus (prematur atau cukup bulan) dengan gagal jantung, penutupan DAP -

dengan pembedahan harus dilakukan secepatnya.

Pada bayi tanpa gagal jantung, tindakan intervensi dapat ditunda sampai mencapai -

berat badan ideal (di atas 6 kg). Tindakan dapat dilakukan kapan saja, tetapi jika bayi mengalami gagal jantung, hipertensi pulmonal, atau pneumonia berulang, operasi harus dilakukan sesegera mungkin. Intervensi bedah perlu dilakukan apabila bentuk anatomis DAP tidak memungkinkan untuk dilakukan pemasangan device.

Pada pasien anak/dewasa bila belum terjadi hipertensi pulmonal, maka langsung

-

dilakukan tindakan intervensi penutupan duktus.

Penutupan duktus tidak dikerjakan apabila telah terjadi hipertensi pulmonal yang -

66 Duktus Arteriosus Persisten

Kepustakaan

1. Moore P, Brook MM. Patent ductus arteriosus and aortopulmonary window. Dalam: Allen HD, Driscoll DJ, Shaddy RE, Feltes TF, penyunting. Moss and Adams’ heart disease in infants, children, and adolescents: including the fetus and young adult. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. h. 683-701. 2. Mullins CE, Pagotto L: Patent ductus arteriosus. Dalam: Garson A, Bricker JT,Fisher DJ, Neish SR, peyunting.

The science and practice of pediatric cardiology. Lippincott Williams & Wilkins; 1997:1181-98. 3. Park MK. Pediatric cardiology for practitioner. 5th ed. Philadelphia: Mosby; 2008. h. 175-8.

4. Mullins EC. Cardiac catheterization in congenital heart disease: pediatric and adult. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2006. h. 693-727.

Duktus arteriosus persisten

Neonatus/bayi Anak/remaja

Gagal jantung (+) Gagal jantung (-) Hipertensi pulmonal (-)

Hipertensi

pulmonal (+)

Prematur Cukup bulan

Ibuprofen/ indometasin + Antifailure Antifailure L  R R  L Hiperoksia Reaktif Non- reaktif Gagal Berhasil Gagal

Berhasil Umur >12 minggu

Berat > 4-6 kg Menutup

spontan Operasi ligasi

Transcatheter closure Konservatif

Ensefalitis

Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme (virus, bakteri, jamur dan protozoa). Sebagian besar kasus tidak dapat ditentukan penyebabnya. Angka kematian masih tinggi, berkisar 35%-50%, dengan gejala sisa pada pasien yang hidup cukup tinggi (20%-40%). Penyebab tersering dan terpenting adalah virus. Berbagai macam virus dapat menimbulkan ensefalitis dengan gejala yang kurang lebih sama dan khas, akan tetapi hanya ensefalitis herpes simpleks dan varisela yang dapat diobati.

Diagnosis

Anamnesis

Demam tinggi mendadak, sering ditemukan hiperpireksia. -

Penurunan kesadaran dengan cepat. Anak agak besar sering mengeluh nyeri kepala, -

ensefalopati, kejang, dan kesadaran menurun.

Kejang bersifat umum atau fokal, dapat berupa status konvulsivus. Dapat ditemukan -

sejak awal ataupun kemudian dalam perjalanan penyakitnya.

Pemeriksaan fisis

Seringkali ditemukan hiperpireksia, kesadaran menurun sampai koma dan kejang. -

Kejang dapat berupa status konvulsivus.

Ditemukan gejala peningkatan tekanan intrakranial. -

Gejala serebral lain dapat beraneka ragam, seperti kelumpuhan tipe

- upper motor

neuron (spastis, hiperrefleks, refleks patologis, dan klonus). Pemeriksaan penunjang

Darah perifer lengkap. Pemeriksaan gula darah dan elektrolit dilakukan jika ada -

indikasi.

Pungsi lumbal: pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) bisa normal atau menunjukkan

-

abnormalitas ringan sampai sedang: peningkatan jumlah sel 50-200/mm3

-

hitung jenis didominasi sel limfosit -

protein meningkat tapi tidak melebihi 200 mg/dl

-

glukosa normal. -

68 Ensefalitis Pencitraan (

- computed tomography/CT-Scan atau magnetic resonance imaging/MRI kepala) menunjukkan gambaran edema otak baik umum maupun fokal.

Pemeriksaan elektroensefalografi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat

-

penting pada pasien ensefalitis. Walaupun kadang didapatkan gambaran normal pada beberapa pasien, umumnya didapatkan gambaran perlambatan atau gelombang epileptiform baik umum maupun fokal

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 76-80)