• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejang Demam

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 162-166)

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380 C) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat ,gangguan elektrolit atau metabolik lain. Kejang disertai demam pada bayi berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam.

Kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, bersifat umum serta tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.

Kejang demam disebut kompleks jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi kejang umum didahului kejang fokal dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab kejang demam, yaitu (1) Imaturitas otak dan termoregulator, (2) Demam, dimana kebutuhan oksigen meningkat, dan (3) predisposisi

genetik: > 7 lokus kromosom (poligenik, autosomal dominan)

Diagnosis

Anamnesis

Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang -

Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval, keadaan anak pasca kejang,

-

penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala Infeski saluran napas akut/ ISPA, infeksi saluran kemih/ISK, otitis media akut/OMA, dll)

Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi dalam keluarga, -

Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya diare/muntah yang mengakibatkan

-

gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia)

Pemeriksaan fisik

Kesadaran: apakah terdapat penurunan kesadaran, Suhu tubuh: apakah terdapat

-

demam

Tanda rangsang meningeal : Kaku kuduk, Bruzinski I dan II, Kernique, Laseque

-

Pemeriksaan nervus kranial -

Tanda peningkatan tekanan intrakranial : ubun ubun besar (UUB) membonjol , papil

-

edema

Tanda infeksi di luar SSP : ISPA, OMA, ISK, dll

-

Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis, reflex patologis.

-

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam -

atau kejang. Pemeriksaan dapat meliputi darah perifer lengkap, gula darah, elektrolit, urinalisis dan biakan darah, urin atau feses.

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan/menyingkirkan

-

kemungkinan meningitis. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Jika yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal

dianjurkan pada :

Bayi usia kurang dari 12 bulan : sangat dianjurkan

-

Bayi usia 12-18 bulan : dianjurkan

-

Bayi usia > 18 bulan tidak rutin dilakukan -

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak direkomendasikan .EEG masih dapat

-

dilakukan pada kejang demam yang tidak khas, misalnya : kejang demam kompleks

pada anak berusia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

Pencitraan (CT-Scan atau MRI kepala) dilakukan hanya jika ada indikasi, misalnya :

-

Kelainan neurologi fokal yang menetap (hemiparesis) atau kemungkinan adanya lesi -

struktural di otak (mikrosefali, spastisitas)

Terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (kesadaran menurun, muntah -

berulang, UUB membonjol, paresis nervus VI, edema papil).

Tata laksana

Medikamentosa

Pengobatan medikamentosa saat kejang dapat dilihat pada algoritme tatalaksana kejang.

Saat ini lebih diutamakan pengobatan profilaksis intermiten pada saat demam berupa :

Antipiretik -

Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.

Anti kejang -

Diazepam oral dengan dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam atau diazepam rektal dosis 0,5

mg/kgBB setiap 8 jam pada saat suhu tubuh > 38,50 C.Terdapat efek samping berupa

ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.

Pengobatan jangka panjang/rumatan

-

Pengobatan jangka panjang hanya diberikan jika kejang demam menunjukkan cirri

152 Kejang Demam

- Kejang lama > 15 menit

- Kelainan neurologi yang nyata sebelum/sesudah kejang : hemiparesis, paresis Todd,

palsi serebral, retardasi mental, hidrosefalus. - Kejang fokal

Pengobatan jangka panjang dipertimbangkan jika : - Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam

- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan - Kejang demam > 4 kali per tahun.

Obat untuk pengobatan jangka panjang : fenobarbital (dosis 3-4 mg/kgBB/hari dibagi 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis) Pemberian obat

ini efektif dalam menurunkan risiko berulangnya kejang (Level I). Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

Indikasi rawat

Kejang demam kompleks -

Hiperpireksia -

Usia dibawah 6 bulan -

Kejang demam pertama kali -

Terdapat kelainan neurologis. -

Kemungkinan berulangnya kejang demam

Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya

kejang demam adalah :

Riwayat kejang demam dalam keluarga -

Usia kurang dari 12 bulan -

Temperatur yang rendah saat kejang -

Cepatnya kejang setelah demam -

Jika seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.

Faktor risiko terjadinya epilepsi

Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama. -

Kejang demam kompleks -

Riwayat epielpsi pada orang tua atau saudara kandung -

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%- 49%. Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah denagn pemberian obat rumat pada kejang demam.

Kepustakaan

1. Konsensus penatalaksanaan kejang demam UKK Neurologi IDAI 2006. 2. ILAE. Comission on Epidemiology and Prognosis.Epilepsia 1993;34:592-8.

3. .AAP.The neurodiagnostic evaluation of the child with simple febrile seizures.Pediatr 1996; 97:769- 95.

4. Wong V, dkk. Clinical guidelines on management of febrile convulsion. HK J pediatr;7:143-51. 5. Van Esch A, dkk. Antipyretic efficacy of ibuprofen and acetaminophen in children with febrile seizures.

Arch Pediatr Adolesc Med 1995; 149:632-5.

6. Knudsen FU. Intermitten diazepam prophylaxis in febrile convulsions: Pros and cos. Acta Neurol Scand 1991; 83(suppl. 135):1-24.

7. AAP. Practice parameter.Longterm treatment of the child with simple febrile aseizures. Pediatr 1999; 103:1307-9.

154 Kelainan Metabolik Bawaan

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 162-166)