• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gagal Jantung

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 91-96)

Gagal jantung pada bayi dan anak adalah suatu sindrom klinis yang ditandai oleh ketidakmampuan miokardium memompa darah ke seluruh tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh termasuk kebutuhan untuk pertumbuhan. Gagal jantung dapat disebabkan oleh penyakit jantung bawaan maupun didapat yang diakibatkan oleh beban volume (preload) atau beban tekanan (afterload) yang berlebih, atau penurunan kontraktilitas miokard. Penyebab lain misalnya adalah takikardia supraventrikular, blok jantung komplit, anemia berat, kor pulmonal akut, dan hipertensi akut.

Diagnosis

Anamnesis

Sesak napas terutama saat beraktivitas. Sesak napas dapat mengakibatkan kesulitan -

makan/minum dan, dalam jangka panjang, gagal tumbuh

Sering berkeringat (peningkatan tonus simpatis) -

Ortopnea: sesak nafas yang mereda pada posisi tegak

-

Dapat dijumpai mengi -

Edema di perifer atau, pada bayi, biasanya di kelopak mata -

Pemeriksaan fisis Tanda gangguan miokard

Takikardia: laju jantung >160 kali/menit pada bayi dan >100 kali/menit pada

-

anak (saat diam). Jika laju jantung >200 kali/menit perlu dicurigai ada takikardia

supraventrikular.

Kardiomegali pada pemeriksaan fisis dan/atau foto toraks.

-

Peningkatan tonus simpatis: berkeringat, gangguan pertumbuhan

-

Irama derap

- (gallop)

Tanda kongesti vena paru (gagal jantung kiri)

- Takipne

- Sesak napas, terutama saat aktivitas

- Ortopne

- Mengi atau ronki

80 Gagal Jantung

Tanda kongesti vena sistemik (gagal jantung kanan)

Hepatomegali: kenyal dan tepi tumpul

-

Peningkatan tekanan vena jugularis (tidak ditemukan pada bayi) -

Edema perifer (tidak dijumpai pada bayi) -

Kelopak mata bengkak (pada bayi) -

Pemeriksaan penunjang

Foto toraks: hampir selalu ada kardiomegali

-

EKG: hasil tergantung penyebab, terutama melihat adanya hipertrofi atrium/ventrikel

-

dan gangguan irama misalnya takikardi supra ventrikular

Ekokardiografi: melihat kelainan anatomis dan kontraktilitas jantung, bermanfaat

-

untuk melihat penyebab Darah rutin

-

Elektrolit -

Analisis gas darah -

Tata laksana

Penatalaksanaan gagal jantung ditujukan untuk:

- Menghilangkan faktor penyebab, misalnya penutupan duktus arteriosus

persisten

- Menghilangkan faktor presipitasi, misalnya mengobati infeksi, anemia, aritmia - Mengatasi gagal jantungnya sendiri

Umum

- Oksigen

- Tirah baring, posisi setengah duduk. Sedasi kadang diperlukan: fenobarbital 2-3

mg/kg/dosis tiap 8 jam selama 1-2 hari

- Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

- Restriksi garam jangan terlalu ketat, pada anak garam <0.5 g/hari

- Timbang berat badan tiap hari

- Hilangkan faktor yang memperberat: atasi demam, anemia, infeksi jika ada

Medikamentosa

Ada tiga jenis obat yang digunakan untuk gagal jantung:

- Inotropik untuk meningkatkan kontraktilitas miokard

- Diuretik untuk mengurangi preloadatau volume diastolik akhir

- Vasodilator untuk mengurangi afterload atau tahanan yang dialami saat ejeksi

ventrikel

Obat inotropik yang bekerja cepat seperti dopamin dan dobutamin digunakan pada kasus kritis atau akut, sedangkan obat inotropik lain seperti digoksin digunakan pada

semua kasus yang tidak kritis. Diuretik hampir selalu diberikan bersama obat inotropik. Obat pengurang afterload (vasodilator) belakangan ini cukup banyak digunakan karena dapat meningkatkan curah jantung tanpa meningkatkan konsumsi oksigen miokard.

Inotropik

Digoksin -

Lakukan EKG sebelum pemberian digoksin -

Jika mungkin periksa kadar K karena keadaan hipokalemia mempermudah terjadinya -

toksisitas digoksin

Digoksin dapat diberikan IV (jarang) dengan dosis 75% dosis oral. -

Pemberian

- IM tidak dianjurkan

Digitalisasi diberikan dengan cara:

-

Dosis awal ½ dosis digitalisasi total -

8 jam kemudian ¼ dosis digitalisasi total, sisanya 8 jam kemudian -

Dosis rumat diberikan 12 jam setelah dosis digitalisasi selesai -

Pada gagal jantung ringan: dapat langsung dosis rumatan

-

Tanda tanda intoksikasi digitalis:

-

Pemanjangan

- PR interval pada EKG

Bradikardia sinus atau blok pada sinoartrial - Takikardia supraventrikular - Aritmia ventrikular - Dopamin -

Inotropik dengan efek vasodilatasi renal dan takikardia -

Dosis 5-10 mikrogram/kgBB/menit secara IV drip

-

Dobutamin -

Inotropik tanpa efek vasodilatasi renal atau takikardia -

Dosis 5-8 mikrogram/kg BB/menit secara IV drip

-

Dobutamin dan dobutamin dapat diberi bersamaan dalam dosis rendah -

Diuretik

Furosemid

Dosis: 1-2 mg/kgBB/hari, 1-2 kali perhari, oral atau IV

-

Dapat menimbulkan hipokalemia -

Spironolakton

Dosis: sama dengan furosemid

-

Dapat diberikan bersamaan dengan furosemid -

Bersifat menahan kalium -

Vasodilator

Kaptopril -

82 Gagal Jantung

Kaptopril biasanya diberikan pada gagal jantung akibat beban volume, kardiomiopati, -

insufisiensi mitral atau aorta berat, pirau dari kiri ke kanan yang besar Dosis 0,3 -3 mg/kgBB/hari per oral, dibagi dalam 2-3 dosis

-

Bersifat retensi kalium -

Seringkali digoksin, furosemid dan kaptoptril diberikan bersamaan per oral.

Pada penderita yang tidak dapat diberikan obat peroral maka dopamin/dobutamin dan

furosemid secara intravena dapat menjadi alternatif. Diuretik jangan digunakan sebagai obat tunggal.

Bedah

Tergantung penyebab misalnya pada defek septum ventrikel dilakukan penutupan defek setelah gagal jantung teratasi.

Suportif

Perbaikan penyakit penyerta atau kondisi yang memperburuk gagal jantung misalnya demam, anemia dsb.

Kepustakaan

1. Auslender M, Artman M. Overview of the management of pediatric heart failure. Prog Pediatr Cardiol. 2000; 11:321-9

2. Park MK. Pediatric Cardiology for Practitioner. 5th ed. Philadelphia: Mosby; 2008. h. 461-5 3. Burch M. Heart failure in the young. Heart. 2002;88:198-202.

4. Bernstein D.Heart Failure. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke-16. Philadelphia : Saunders Company; 2000. h. 1440-4.

5. Tortoriello TA. Hemodynamic adaptive mechanism in heart failure. Dalam :Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 60-84 6. Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of heart failure investigation. Student BMJ. 2000;8:103-06. 7. Wilkinson J. Assessment of the infant and child with suspected heart disease. Dalam: Robinson MJ,

Roberton DM, penyunting. Practical Paediatrics. Edisi ke-4. Edinburgh: Churchill Livingstone; 1998.h. 460-9. 8. Advani N, Diagnosis dan penatalaksanaan mutakhir gagal jantung pada anak. Dalam: Lubis M, Supriatmo,

Nafianti S, Lubis SM, Saragih RAC, Sovira N, penyunting. Prosiding International Symposium Pediatric Challenge 2006; 2006 May 1-4; Medan, Indonesia. Medan: Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang Sumatera Utara; 2006. h. 142-58.

9. Waight DJ. Heart failure and cardiomyopathy. Dalam: Koenig P, Hijazi ZM, Zimmerman F, penyunting. Essential Pediatric Cardiology. New York: McGraw-Hill; 2004. h. 98-105.

10. Advani N. Penatalaksanaan gagal jantung pada anak. Dalam: Updates in pediatric emergencies. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2002. h. 87-94.

11. Altman CA, Kung G. Clinical recognition of congestive heart failure in children. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 201-10

12. Bohn D. Inotropic agents in heart failure. Dalam: Chang AC, Towbin, JA, penyunting. Heart failure in children and young adults. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2006. h. 468-86.

Tabel 1. Dosis digoksin untuk gagal jantung (oral)

Usia Dosis digitalisasi (mikrogram/kg) Dosis rumatan (mikrogram/kg/ hari)

Prematur 20 5

Bayi <30 hari 30 8

Usia <2 tahun 40-50 10-12

84 Gagal Napas

Dalam dokumen IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 PEDOMA (Halaman 91-96)