• Tidak ada hasil yang ditemukan

USAHA RAKYAT

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akses KUR

Estimasi model regresi logit dalam menentukan faktor-faktor utama rumah tangga usaha mikro untuk mengakses KUR tersaji di tabel 5.9. Berdasarkan likehood ratio (LR) 105.68 dengan degree of fredoom 14 atau dengan p-value 0,000 jauh dibawah tingkat signifikansi (α = 5 persen) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik diatas secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi keputusan rumah tangga usaha mikro untuk meminjam KUR.

Selanjutnya, untuk menguji faktor mana yang berpengaruh nyata terhadap keputusan rumah tangga usaha mikro meminjam KUR berdasarkan p-value (α = 1 persen) maka diketahui bahwa variabel-variabel yang memberikan arah positif

61 yang signifikan adalah jenis kelamin, hambatan usaha yang dihadapi (business barrier) dan kepemilikan rekening bank. Sedangkan yang memberikan arah negatif signifikan pada tingkat kepercayaan 1 persen adalah sumber pinjaman lain. Lama usaha memberikan arah negatif signifikan pada tingkat kepercayaan 5 persen.

Tabel 5.9 Faktor-faktor yang mendorong akses KUR

KUR Odd ratio Koefisien P>│Z│

Jenis kelamin 2,4 0.877 0,004*** Usia 0,99 -0,003 0,858 Status perkawinan 1,98 0,684 0,252 Pendidikan 0,83 -0,184 0,272 Jumlah tanggungan 0,98 -0,017 0,887 Jenis usaha 1,32 0,284 0,063 Lama usaha 0,933 -0,069 0,017** Jarak ke bank 0,982 -0,017 0,663

Jumlah jam kerja 0,998 -0,001 0,812

Hambatan usaha 2,06 0,726 0,013***

Rekening bank 3,05 1,116 0,000***

Pekerjaan sampingan 0,675 -0,393 0,225

Pasangan bekerja 1,24 0,219 0,458

Sumber pinjaman lain 0,34 -1,061 0,000***

Const 0,365 -1,006 0,387

Jumlah observasi : 332, LR Chi2 (14) : 105,68, Prob>Chi2 : 0,000 Log likehood : -176,05, Pseduo R2 : 0,2303

***signifikan 1%, ** signifikan 5%

Jenis Kelamin. Jenis kelamin yaitu mewakili pria dan wanita menunjukkan

sangat signifikan mempengaruhi rumah tangga usaha mikro untuk meminjam KUR. Pria memiliki peluang 2,4 kali lebih untuk mengakses KUR dibandingkan dengan wanita. Hasil ini sejalan dengan penelitian (Mpuga 2008; Messah and Wangai 2011; Ololade et al. 2013). Ololade menyebutkan bahwa wanita mengurangi peluang untuk akses kredit sebesar 71,3 persen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan dari keuangan inklusi dan pemberdayaan perempuan tampaknya belum menjadi prioritas di Indonesia. Kredit formal tampaknya belum menjadikan perempuan sebagai target program untuk meningkatkan pendapatan usaha mikro mendampingi program-program pemberdayaan perempuan lainnya. Perempuan kurang memiliki aset yang bisa dijadikan jaminan untuk mendapatkan kredit formal. Hal ini berkaitan dengan property right yang biasanya banyak dikuasai oleh pria pada rumah tangga usaha mikro. Faktor pendidikan dan literasi keuangan juga mempengaruhi wanita untuk akses ke kredit formal. Mayoritas pendidikan wanita dalam penelitian ini hanya lulusan sekolah dasar mencapai 47,33 persen. Roomi & parrott (2008) mengidentifikasikan bahwa wanita kurang memiliki akses modal, tehnologi dan kuatnya dominasi laki-laki di lingkungan masyarakat yang patriliniel (patriarchal society) yang cenderung mempengaruhi keputusan investasi (Akpalu et al. 2012). Menurut Okoji et al. (2010) wanita

tidak bisa akses ke formal bank karena tidak memiliki rekening tabungan, jaminan dan tidak mengetahui prosedur pengajuan kredit. Berbeda dengan akses kredit ke lembaga kredit informal yang biasanya didominasi oleh nasabah wanita (Syukur 2002). Dari total 332 rumah tangga dalam penelitian ini, lebih dari 45 persen usaha mikro dikelola oleh wanita. Namun, hanya sekitar 10,2 persen yang mengakses KUR.

Hambatan usaha (business barrier). Dalam penelitian ini secara garis

besarnya dibagi dua yaitu hambatan yang berkaitan dengan modal dan hambatan yang berkaitan dengan pemasaran. Faktor ini sangat signifikan dan menjelaskan bahwa usaha mikro yang menghadapi hambatan modal memiliki peluang 2,06 kali lebih besar untuk mengakses KUR dibandingkan dengan usaha mikro yang mengalami kesulitan pemasaran. Usaha mikro yang mengalami hambatan modal, biasanya ketika masalah modal teratasi, maka peluang usaha untuk berkembang lebih besar. Namun jika masalah pemasaran, karena keterbatasan pelanggan yang dimiliki maka tanpa ada kemampuan untuk menarik pelanggan lebih banyak maka akan lebih sulit berkembang.

Rekening bank. Kepemilikan rekening di bank merupakan faktor yang

sangat signifikan untuk mengakses KUR. Usaha mikro yang memiliki rekening di bank akan memiliki peluang 3,05 kali lebih besar untuk mengakses KUR daripada yang tidak memiliki rekening. Dengan memiliki rekening di bank, akses informasi produk tabungan maupun kredit akan lebih cepat diperoleh karena interaksi langsung dengan pegawai bank. Data menunjukkan bahwa alasan terbanyak 40,36 persen usaha mikro tidak mengakses KUR karena tidak tahu program KUR, yang berarti informasi yang tidak sampai kepada mereka. Sejalan dengan penelitian Okojie et al. (2010) salah satu faktor yang menyebabkan wanita tidak mengakses kredit mikro karena kebanyakan wanita tidak punya rekening bank. Namun, hasil ini berlawanan dengan (Li et al. 2011; Khoi et al. 2013) yang memberikan alasan bahwa rumah tangga yang memiliki tabungan di bank akan mampu memenuhi kebutuhan modalnya dengan memanfaatkan tabungan yang ada, sehingga tidak memerlukan pinjaman dari bank. Masyarakat juga terkadang kurang bisa mengakses informasi tentang bagaimana dan kredit apa yang ada yang bisa mereka gunakan (Mel et al. 2011). Ketika rumah tangga miskin atau pun pelaku usaha mikro memiliki akses kredit, hasil penelitian dari nasabah Grameen bank menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan yang tinggi untuk menggunakan dana tersebut sehingga mampu memberikan dampak yang nyata seperti peningkatan ekonomi yang signifikan.

Lama usaha. Lamanya usaha mikro merupakan faktor yang signifikan

dalam mengakses KUR. Dengan tingkat signifikansi 5% dapat disimpulkan bahwa semakin lama usaha berjalan, maka maka kecenderungan usaha mikro tersebut untuk mengakses KUR sebesar 0.93 kali. Dengan kata lain, semakin lama usaha berdiri maka peluang untuk tidak mengakses kredit sebesar 1,07 kali dibanding dengan usaha yang baru berdiri. Semakin lama usaha berjalan, maka semakin besar kemampuan usaha mikro untuk mengumpulkan modal, aset, maupun keuntungan. Sehingga kemandirian usaha semakin tinggi dibandingkan dengan usaha mikro yang baru berdiri masih sering mengalami kesulitan modal.

Sumber pinjaman lain. Terdapat beberapa sumber pembiayaan yang ada

desa seperti program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM), koperasi, Baitul Mal Wattamwil (BMT), tetangga, saudara maupun rentenir. Dari estimasi

63 hasil logit, sumber pembiayaan lain signifikan mempengaruhi keputusan rumah tangga usaha mikro untuk tidak mengakses KUR. Usaha mikro yang memiliki sumber pinjaman selain KUR, maka kemungkinan usaha mikro untuk meminjam KUR sebesar 0,34 kali dibandingkan dengan usaha mikro yang tidak memiliki sumber pinjaman lain. Dengan kata lain, usaha mikro yang tidak memiliki sumber pinjaman lain, memiliki peluang untuk mengakses KUR sebesar 2,9 kali dibandingkan dengan usaha mikro yang memiliki sumber lain. Usaha mikro yang sudah memiliki hutang dari sumber informal lain, dan sudah terpenuhi kebutuhan modalnya maka tidak akan meminjam ke lembaga formal yang dianggapnya persyaratannya kurang fleksibel.

Dari hasil logit yang diperoleh dalam penelitian ini, faktor usia tidak mempengaruhi secara signifikan usaha mikro untuk mengakses KUR. Tampaknya usia tidak menjadi pertimbangan juga dari pihak penyedia kredit, sepanjang usia tersebut masih dalam rentang usia produktif. Hasil penelitian ini berkebalikan dari hasil penelitian (Chau et al. 2012; Khoi et al. 2013) yang menyimpulkan bahwa semakin tua usia kepala keluarga maka semakin besar akses kredit karena memiliki jaringan yang lebih luas. Khoi memproksikan usia sebagai level akuntabilitas dan komitmen dalam membayar kembali pinjamannya. Semakin tua usianya semakin sejahtera. Jarak lokasi usaha ke bank juga tidak mempengaruhi usaha mikro untuk mengakses KUR. Jarak dekat maupun jauh untuk daerah penelitian di sini kurang signifikan karena tersedianya infrastruktur jalan dan fasilitas kendaraan yang sudah merata. Semua usaha mikro memiliki kondisi yang hampir homogen di daerah penelitian. Hal ini berkebalikan dengan hasil penelitian (Quoc 2012; Vitor and Abankwah 2012) yang menemukan jarak atau lokasi merupakan faktor yang sangat menentukan. Semakin dekat lokasi usaha rumah tangga akan meningkatkan akses ke kredit formal.

6 PEMBAYARAN KEMBALI PINJAMAN KREDIT USAHA